Covid-19 merupakan gangguan pernapasan dan sistemik yang disebabkan oleh virus SARS-VoV-2 dengan gejala pernapasan ringan hingga injuri paru berat, gagal organ multipel, dan kematian.
Vitamin D telah menunjukkan memiliki efek protektif terhadap Covid-19 dan memiliki aktivitas imunomodulasi. Vitamin D [1,2(OH)2D] berinteraksi dengan reseptornya (VDR) pada sel-sel imun, memodulasi sistem imun alami dan didapat dalam respons terhadap invasi patogen bakteri dan virus. Selain itu, vitamin D juga berperan sebagai modulator jalur renin-angiotensin dan down-regulate ACE-2. Oleh karena itu, vitamin D dapat membantu terapi Covid-19 dengan mencegah badai sitokin dan ARDS yang sering menyebabkan kematian (mortalitas).
Sebuah penelitian yang menganalisis data rumah sakit dari 235 pasien yang terinfeksi Covid-19. Berdasarkan kriteria CDC, di antara pasien studi ini, 74% terinfeksi Covid-19 berat dan 32,8% cukup vitamin D. Setelah penyesuaian faktor perancu, ditemukan kaitan yang signifikan antara kecukupan vitamin D dengan penurunan keparahan klinis, kadar C-reactive protein (CRP) serum mortalitas pada pasien, dan peningkatan persentase limfosit.
Hasilnya menunjukkan bahwa dari 206 pasien yang berusia 40 tahun atau lebih, 20% memiliki kadar 25(OH)D darah <30 ng/mL, hanya 9,7% pasien yang meninggal memiliki kadar 25(OH)D darah minimal 30 ng/mL (p=0,04), dan hanya 6,3% pasien berusia >40 tahun meninggal dengan kadar 25(OH)D serum minimal 40 ng/mL. Oleh karena itu kadar 25(OH)D serum minimal 40 ng/mL merupakan kadar yang optimal untuk efek imunomodulasi vitamin D.
Penurunan CRP serum, suatu petanda inflamasi, bersama peningkatan persentase limfosit menunjukkan bahwa kecukupan vitamin D juga dapat membantu memodulasi respons imun kemungkinan dengan menurunkan risiko badai sitokin dalam respons terhadap infeksi virus.
Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa perbaikan status vitamin D pada populasi umum dan khususnya pada pasien yang dirawat di rumah sakit memiliki manfaat potensial dalam menurunkan keparahan morbiditas dan mortalitas yang dikaitkan dengan infeksi Covid-19.
Berdasarkan literatur yang tersedia dan hasil dari studi ini, beralasan untuk merekomendasikan suplementasi vitamin D, sesuai pedoman yang direkomendasikan oleh Endocrine Society untuk mencapai kadar 25(OH)D darah minimal 30/mL, untuk anak dan orang dewasa yang berpotensi menurunkan risiko terinfeksi dan untuk semua pasien COVID-19, terutama yang dirawat di rumah sakit.
Silakan baca juga: Prove D3, Suplementasi vitamin D
Image: Ilustrasi (sumber: http://news.unair.ac.id/)
Referensi:
1. Maghbooli Z, Sahraian MA, Ebrahimi M, Pazoki M, Kafan S, Tabriz HM, et al. Vitamin D sufficiency, a serum 25-hydroxyvitamin D at least 30 ng/mL reduced risk for adverse clinical outcomes in patients with COVID-19 infection. PLoS ONE 2020;15(9): e0239799.
2. COVID-19: The benefits of vitamin D [Internet]. 2020 [cited 2020 Oct 01]. Available from:https://healthcare-in-europe.com/en/news/covid-19-the-benefits-of-vitamin-d.html