Detail Article
Vitamin D Membantu Menurunkan Berat Badan pada Pasien Obesitas
dr. Martinova Sari Panggabean
Agt 26
Share this article
51339c2ace63756706fc924ceb9a518e.jpg
Updated 26/Agt/2020 .

Obesitas merupakan kondisi kronik yang kompleks dengan manifestasi akumulasi lemak abnormal atau berlebihan, dan dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Insufisiensi dan defisiensi vitamin D sangat umum ditemukan pada pasien obesitas

Hal ini kemungkinan karena asupan makanan yang tidak mencukupi dan aktivitas fisik di luar ruangan yang terlalu sedikit. Selain itu, semakin tinggi massa lemak, semakin tinggi kemungkinan untuk memiliki konsentrasi 25(OH)D darah yang lebih rendah, yang diakibatkan oleh sekuestrasi vitamin ke dalam jaringan adiposa.


Penelitian telah menunjukkan bahwa konsentrasi vitamin D serum memiliki korelasi negatif dengan indeks massa tubuh (BMI) dan dengan beberapa nilai antropometrik dan petanda biokimia. Penelitian juga telah mengkonfirmasi bahwa pasien obesitas memiliki kadar 25(OH)D yang lebih rendah dan konsentrasi hormon paratiroid serum (PTH) yang lebih tinggi dibandingkan orang yang non-obese.

Pada beberapa penelitian mengenai efek suplementasi vitamin D dalam menurunkan berat badan pada pasien overweight dan obesitas yang telah dilaporkan sebelumnya, disimpulkan bahwa vitamin D dapat mengurangi BMI, berat badan, dan lingkar pinggang secara signifikan serta meningkatkan kadar vitamin D serum pada pasien overweight dan obesitas.


Sebuah review terbaru menyebutkan bahwa ada beberapa kemungkinan mekanisme yang mendasari hubungan antara kadar 25(OH)D dan berat badan. Kurangnya kadar 25(OH)D dianggap sebagai suatu kemungkinan alasan dibalik terjadinya akumulasi jaringan lemak/adiposa melalui regulasi hormon paratiroid (PTH) dan modulasi adipogenesis. Kadar vitamin D yang rendah berpotensi meningkatkan diferensiasi pra-adiposit menjadi sel-sel adiposit (pertumbuhan sel-sel adiposit).

Sebagai konsekuensi langsung akibat kadar rendah 25(OH)D pada pasien obesitas, terjadi hiperparatiroidisme sekunder (peningkatan kadar hormon PTH) yang mencetuskan masuknya kalsium ke dalam sel-sel adiposit. Peningkatan kalsium intraseluler oleh PTH menyebabkan penghambatan lipolisis dan merangsang sintesis asam lemak dan akibatnya penumpukan lemak dalam adiposit akan meningkat dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya penambahan berat badan.

Seperti yang kita ketahui, penelitian telah menunjukkan bahwa VDR (Vitamin D receptor/reseptor vitamin D) ditemukan dalam adiposit yang menunjukkan bahwa vitamin D berperan dalam modulasi jaringan metabolisme aktif tersebut. Studi menunjukkan bahwa vitamin D memainkan peran sentral dalam metabolisme adiposit melalui penghambatan adipogenesis (pembentukan jaringan adiposa/lemak).


Terdapat beberapa sudut pandang teoretis dalam beberapa literatur mengenai mekanisme yang menjelaskan bagaimana suplementasi cholecalciferol (vitamin D3) dapat mendukung proses penurunan berat badan. Pertama, cholecalciferol memiliki efek fisiologis dan biokimiawi dalam mengurangi gangguan metabolisme dan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh adiposit.

Kedua, cholecalciferol memiliki peranan langsung dalam menekan hormon paratiroid (PTH). Literatur menunjukkan bahwa kadar hormon PTH yang lebih rendah dapat menyebabkan penurunan berat badan melalui thermogenesis dan lipolisis yang dimediasi oleh sistem saraf simpatis. Penekanan hormon PTH akan mengurangi masuknya kalsium ke dalam sel dan akhirnya memicu proses lipolisis (pemecahan lemak) dan menekan lipogenesis (pembentukan lemak) pada jaringan adiposa. Selain itu, 1,25-dihydroxyvitamin D, bentuk aktif vitamin D, dapat mencetuskan dan menginduksi terjadinya apoptosis sel-sel lemak/adiposit.


Ketiga, studi lain melaporkan bahwa cholecalciferol meningkatkan penyerapan kalsium dalam usus yang membantu penurunan berat badan. Beberapa studi menunjukkan bahwa suplementasi kalsium bersamaan dengan cholecalciferol berperan dalam penurunan massa lemak yang dikaitkan dengan metabolisme kalsium. Diet kaya kalsium dapat meningkatkan oksidasi lemak, mencetuskan apoptosis sel lemak dan menurunkan penyerapan lemak melalui proses pembentukan sabun asam lemak-kalsium yang tidak larut dalam usus.

Mekanisme lain yang mendasari adalah cholecalciferol menstimulasi reseptor insulin dan bertanggung jawab dalam mempertahankan homeostasis kalsium. Peningkatan berat badan merupakan akumulasi konsekuensi antara cholecalciferol dan resistensi insulin.

 

Sebagai kesimpulan, berdasarkan hasil penelitian sebelumnya mengenai efek suplementasi vitamin D dalam menurunkan berat badan pada penderita overweight dan obesitas serta mekanisme yang mendasari, suplementasi cholecalciferol dapat dipertimbangkan sebagai strategi efektif dalam menurunkan berat badan bagi individu yang mengalami overweight dan obesitas.


Silakan baca juga: Prove D3 1000, untuk meningkatkan kadar 25(OH)D dalam darah pada pasien dengan kekurangan vitamin D

Image : Ilustrasi (<a href='https://www.freepik.com/photos/background'>Background photo created by jcomp - www.freepik.com</a>)

Referensi:

1.     Perna S. Is vitamin D supplementation useful for weight loss programs? A systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. Medicina (Kaunas). 2019;55(7):368.

2.     Roosta S, Kharadmand M, Teymoori F, Birjandi M, Adine A, Falahi E. Effect of vitamin D supplementation on anthropometric indices among overweight and obesitase women: A double blind randomized controlled clinical trial. Diabetes Metab Syndr. 2018. pii: S1871-4021(18)30049-3.

3.     Wortsman, Jacobo & Matsuoka, Lois & Chen, Tai & Lu, Zhiren & Holick, Michael. Decreased bioavailability of vitamin D in obesity. The American Journal of Clinical Nutrition 2000;72:690-3.

4.     Soares M, Chan She Ping-Delfos W, Ghanbari M. Calcium and vitamin D for obesity: A review of randomized controlled trials. Eur J Clin Nutr. 2011;65:994–100.


Share this article
Related Articles