Saat ini dunia berada dalam cengkeraman pandemi COVID-19. Tindakan kesehatan masyarakat yang dapat mengurangi risiko infeksi dan kematian selain karantina sangat dibutuhkan. Salah satu artikel yang ditulis oleh Dr. William B. Grant dari Sunlight, Nutrition, and Health Research Center, San Francisco, USA dan kolega yang telah dipublikasikan dalam Jurnal Nutrients tahun 2020 mengulas peran vitamin D dalam mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan, pengetahuan tentang epidemiologi influenza dan COVID-19, dan bagaimana suplemen vitamin D bisa menjadi ukuran yang berguna untuk mengurangi risiko.
Melalui beberapa mekanisme, vitamin D dapat mengurangi risiko infeksi. Mekanisme-mekanisme itu termasuk menginduksi cathelicidin dan defensin yang dapat menurunkan tingkat replikasi virus dan mengurangi konsentrasi sitokin pro-inflamasi yang menghasilkan peradangan yang melukai lapisan paru-paru, menyebabkan pneumonia, serta meningkatkan konsentrasi sitokin anti-inflamasi. Beberapa penelitian observasional dan uji klinis melaporkan bahwa suplementasi vitamin D mengurangi risiko influenza, sedangkan yang lain tidak.
Bukti yang mendukung peran vitamin D dalam mengurangi risiko COVID-19 termasuk bahwa wabah terjadi di musim dingin, saat konsentrasi 25-hydroxyvitamin D (25 (OH) D) paling rendah; bahwa jumlah kasus di Belahan Bumi Selatan dekat akhir musim panas rendah; bahwa kekurangan vitamin D telah ditemukan berkontribusi pada sindrom gangguan pernapasan akut; dan bahwa tingkat fatalitas kasus meningkat dengan bertambahnya usia dan dengan komorbiditas penyakit kronis, keduanya terkait dengan konsentrasi 25 (OH) D yang lebih rendah.
Untuk mengurangi risiko infeksi, direkomendasikan bahwa orang yang berisiko influenza dan / atau COVID-19 mempertimbangkan untuk mengonsumsi 10.000 IU / d vitamin D3 selama beberapa minggu untuk secara cepat meningkatkan konsentrasi 25 (OH) D, diikuti oleh 5000 IU / d. Tujuannya adalah untuk meningkatkan konsentrasi 25 (OH) D di atas 40-60 ng / mL (100-150 nmol / L). Untuk pengobatan orang yang terinfeksi COVID-19, dosis vitamin D3 yang lebih tinggi mungkin bermanfaat. Uji coba terkontrol acak dan studi populasi besar harus dilakukan untuk mengevaluasi rekomendasi ini.
Image: Ilustrasi (sumber: https://lifestyle.kompas.com/)
Referensi: Grant WB, Lahore H, McDonnell SL, Baggerly CA, French CB, Aliano JL, et al. Evidence that vitamin D supplementation could reduce risk of influenza and COVID-19 infections and deaths. Nutrients. 2020;12(4). pii: E988. doi: 10.3390/ nu12040988.