Detail Article

Penggunaan Antikoagulan Oral DOAC pada Pasien COVID-19 yang Dirawat di Rumah Sakit

dr. Jane Cherub
Okt 12
Share this article
28cf1ea83e86f7c3079fdd8c265b6d18.JPG
Updated 12/Okt/2020 .

Terapi antikoagulan telah direkomendasikan sebagai tatalaksana pencegahan ataupun pengobatan pada pasien coronavirus disease 19 (COVID-19) dengan peningkatan parameter pembekuan darah, dengan potensi manfaat menurunkan angka kematian. Beberapa rekomendasi telah dikeluarkan oleh organisasi medis di dunia, termasuk di Indonesia oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI).


Pasien COVID-19 derajat sedang yang dirawat di rumah sakit dan dilakukan pemberian antikoagulan profilaksis, dilakukan penilaian kelainan sistem/organ, komorbiditas (termasuk ganguan fungsi hati, ginjal, jantung, hematologi, saluran cerna, saluran kemih, otak dan lain-lain) sebagai penilaian risiko terjadinya perda­rahan sebelum pemberian antikoagulan (skoring risiko perdarahan IMPROVE/Tabel 1). Untuk pasien CO­VID 19 derajat ringan pemberian antikoagulan profilak­sis harus didasarkan pada hasil pemeriksaan D-dimer.


Tabel 1. Risiko perdarahan IMPROVE


Antikoagulan profilaksis yang lebih direkomen­dasikan adalah low molecular weight heparin (LMWH) atau unfractionated heparin (UFH). Pasca-pasien pulang dari rumah sakit dan terapi tromborofilaksis tetap dilanjutkan dapat dipertimbangkan untuk mengganti LMWH dengan DOAC (Direct Oral Anti-Coagulant).

 

Pemilihan Obat DOAC sebagai Terapi Trombofilaksis Lanjutan Pasien COVID-19

Dalam pemilihan obat DOAC (atau yang biasa disebut juga dengan NOAC/ non-vitamin K antagonist oral anticoagulant), perlu dipertimbangkan adanya interaksi masing-masing DOAC dengan obat-obat lain yang biasanya diberikan pada pasien dengan COVID-19.


Tabel 2.Profil utama DOAC


Selain pertimbangan akan interaksi masing-masing DOAC dengan obat-obat COVID-19 lainnya, dapat dipertimbangkan juga untuk karakteristik masing-masing DOAC (Tabel 2). Edoxaban memiliki kombinasi beberapa kelebihan profil dalam hal awitan (onset) kerja, dosisan sekali sehari di mana pemberiannya tidak dipengaruhi makanan (dapat sebelum atau setelah makan) dan minim interaksi dengan obat-obat yang dimetabolisme oleh enzim CYP. Selain itu, berdasarkan data studi meta-analisis dan beberapa studi real world evidence yang dilakukan di Asia menunjukkan profil keamanan edoxaban yang baik dan unggul di antara DOAC serta cost-effective.


Simpulan:

DOAC (Direct Oral Anti-Coagulant) dapat dipertimbangkan untuk diberikan sebagai terapi trombofilaksis pengganti/ lanjutan low molecular weight heparin (LMWH) pada pasien setelah pulang dari rumah sakit. Edoxaban secara umum dapat diberikan bersama obat-obat COVID-19 lainnya (penggunaan bersama beberapa obat memerlukan penurunan dosis).


Silakan baca juga: Lixiana, berisi Edoxaban, menghambat faktor Xa bebas, dan aktivitas protrombinase.

Image : Ilustrasi

Referensi:

1. Ikatan Dokter Indonesia. Rekomendasi IDI pemberian antikoagulan profilaksis pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. Jakarta, September 2020. [cited 2020 October 06]. Available online: https://www.pdspatklin.or.id/assets/files/pdspatklin_2020_09_30_22_58_39.pdf

2. The European Society for Cardiology. ESC Guidance for the Diagnosis and Management of CV Disease during the COVID-19 Pandemic. [cited 2020 October 06]. Available online:https://www.escardio.org/Education/COVID-19-and-Cardiology/ESC-COVID-19-Guidance. (Last update: 10 June 2020).

3. Kirchhof P, Benussi S, Kotecha D, Ahlsson A, Atar D, Casadei B, et al; ESC Scientific Document Group. 2016 ESC Guidelines for the management of atrial fibrillation developed in collaboration with EACTS. Eur Heart J. 2016 Oct 7;37(38):2893-2962. 



Share this article
Related Articles