Detail Article
Mengungkap Rahasia: Mengatasi Tantangan Memulai Terapi Insulin dalam Manajemen T2DM
dr. Riska Rasyidin, M. Epid
Mei 26
Share this article
4e07c938e37bbd845e6cd7cfd8a838f0.jpg
Updated 02/Jun/2023 .

Hambatan untuk inisiasi insulin dapat diatasi dengan langkah dan tindakan sederhana yang akan membantu mencapai target glikemik mereka secara optimal.

Dalam manajemen diabetes tipe 2, insulin basal dapat diinisiasi pada tahap manapun secara efektif. Namun keengganan diabetisi (penyandang diabetes) untuk menggunakan insulin basal menyebabkan kondisi hiperglikemia yang seharusnya bisa dicegah dan luaran yang buruk. Bukti klinis menyebutkan hampir 25% pasien yang diresepkan insulin basal tidak menggunakannya, atau tidak menebus resep tersebut sama sekali. Terlebih lagi, di antara mereka yang memulai insulin basal, 62%-nya menggunakannya secara tidak patuh dan 18% di antaranya berhenti menggunakan insulin basal dalam 1 tahun. Meskipun sudah terbukti efektif, hanya 30% pasien yang menggunakan basal insulin mencapai target glikemiknya.


Beberapa hambatan dalam memulai insulin di antaranya yang pertama adalah regimen yang kompleks, di mana hal ini bisa diatasi dengan menggunakan pena insulin yang mudah digunakan, mengajarkan kepada pasien teknik menyuntik pada saat pasien diresepkan insulin, menyiapkan materi edukasi seperti video teknik injeksi insulin untuk mengurangi kekhawatiran akan regimen kompleks tersebut. Mengenalkan cara titrasi yang mudah dan menjelaskan bahwa materi edukasi tersedia, dan apabila diperlukan dapat disarankan menggunakan aplikasi untuk titrasi insulin.


Kedua adalah pasien menyalahkan diri sendiri atau merasa gagal dalam mengontrol penyakitnya apabila dokter meresepkan insulin. Hal ini juga merupakan hambatan dan dapat diatasi dengan dokter menyarankan penggunaan insulin pada saat awal diagnosis, sehingga pasien tidak merasa bahwa insulin adalah pilihan terakhir. Dokter juga harus menegaskan bahwa titrasi dosis bukan berarti penyakitnya bertambah parah. Penggunaan insulin jangan dianggap sebagai “ancaman” atau “hukuman” karena pasien tidak patuh terhadap diet, olahraga maupun mengonsumsi obat oral. 


Ketiga, hipoglikemia dapat menurunkan kepatuhan pasien. Yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko hipoglikemia di antaranya adalah titrasi dosis dan kontrol yang ketat pada 8-16 minggu pertama penggunaan insulin, penggunaan insulin basal, terutama insulin basal durasi kerja >24 jam (longer acting basal insulin), dan edukasi mengenai cara mencegah hipoglikemia dan kadar glukosa darah berapa yang dikatakan rendah atau hipoglikemia. 


Keempat, kenaikan berat badan. Hal ini dapat diminimalisir dengan cara mengedukasi pasien bahwa formulasi insulin sekali suntik biasanya menyebabkan kenaikan berat badan yang lebih sedikit dibanding regimen yang >1 kali suntik. Hal ini didukung data klinis yang menunjukkan bahwa kenaikan berat badan lebih rendah pada penggunaan insulin basal analog generasi kedua. Juga dapat direkomendasikan diet yang sehat dan olahraga untuk meminimalkan kenaikan berat badan dan memperbaiki kontrol glikemik.


Yang terakhir, pasien mempunyai pandangan yang salah terhadap insulin, dan mereka harus diberikan pemahaman sejak awal bahwa diabetes tipe 2 adalah penyakit yang serius dan keparahannya bukan diakibatkan oleh inisiasi insulin. Mitos dari lingkungan sekitar bahwa insulin membuat hidup lebih rumit dapat dihalau dengan meyakinkan pasien bahwa insulin dapat digunakan hanya sekali sehari dan penyuntikannya mudah dan dilakukan ditempat tertutup. Teknologi pena insulin terus berkembang dan membuat penyuntikan insulin lebih mudah dan cepat, dan lebih fleksibel mengikuti situasi dari pasien. Insulin ultralong acting dapat membuat waktu penyuntikan lebih fleksibel. Rasa cemas dapat dimitigasi dengan menggunakan pena injeksi insulin modern dengan jarum yang lebih kecil, halus dan mengajarkan injeksi insulin pada awal saat diagnosis.

 


Gambar: Ilustrasi (Sumber: Foto oleh Sanofi)

 Referensi

1.  Perreault L, Vincent L, Neumiller JJ, Santos-Cavaiola T. Initiation and Titration of Basal Insulin in Primary Care: Barriers and Practical Solutions. J Am Board Fam Med. 2019;32(3):431-447. doi: 10.3122/jabfm.2019.03.180162. PMID: 31068410

2.  Rosenstock J, et al. More Similarities Than Differences Testing Insulin Glargine 300 Units/mL Versus Insulin Degludec 100 Units/mL in Insulin-Naive Type 2 Diabetes: The Randomized Head-to-Head BRIGHT Trial. Diabetes Care 2018;41:2147–2154.

3.  Riddle M, et al. Efficacy and Safety of Flexible Versus Fixed Dosing Intervals of Insulin Glargine 300 U/mL in People with Type 2 Diabetes Technol Ther. 2016;18(4):252–257

4.  Ritzel, et Al. Patient-level meta-analysis of the EDITION 1, 2 and 3 studies: glycaemic control and hypoglycaemia with new insulin glargine 300 U/ml versus glargine 100 U/ml in people with type 2 diabetes. Diabetes Obes Metab. 2015 Sep; 17(9): 859–867


Share this article
Related Articles
Suplementasi Vitamin D3 dan K2 Bermanfaat pada Pasien Diabetes, Ini Studinya
dr. Esther Kristiningrum | 05 Jun 2023
Nasal Spray Methylcobalamin Lebih Efektif pada Pasien Diabetes yang Menerima Metformin
dr. Allen | 09 Mei 2023
Suplementasi Grape Seed Extract Memperbaiki Profil Lipid
dr. Della Sulamita | 12 Apr 2023
Tata Laksana Terapi Basal Insulin Glargine U300 dan Fixed Ratio Combination iGlarLixi pada Pasien T2DM di Bulan Ramadhan
apt. Yiyip Ika Yasmitasari, S.Farm | 28 Mar 2023
Suplementasi Vitamin D3 Meningkatkan Penurunan Adipositas Viseral
dr. Esther Kristiningrum | 20 Mar 2023
Calcitriol Memperbaiki Resistensi Insulin dan Fungsi Sel Beta Pankreas pada PGK
dr. Esther Kristiningrum | 09 Feb 2023
Korelasi Vitamin D dan Kadar Trigliserida Darah
dr. Kupiya | 28 Okt 2022
Kombinasi Vitamin K dan Kalsium Meningkatkan BMD
dr. Esther Kristiningrum | 11 Agt 2022
Protein Prostasin, Adakah Korelasinya dengan Insidensi Diabetes dan Mortalitas akibat Kanker?
dr. Kupiya | 10 Agt 2022
Metformin dan Perubahan Gaya Hidup Bermanfaat untuk Anak dengan Obesitas dan Resistensi Insulin
dr. Lyon | 20 Jul 2022