Vitiligo
Pendahuluan dan Fakta
Vitiligo merupakan suatu kelainan umum yang disebabkan karena hilangnya melanosit pada epidermis dan secara klinis bermanifestasi sebagai bercak putih berbatas jelas pada sebagian area tubuh. Vitiligo biasanya berhubungan dengan beberapa penyakit autoimun. Vitiligo adalah penyebab paling umum dari depigmentasi. Penyakit ini dapat muncul pada semua usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa, namun puncak kejadiannya dilaporkan pada dekade kedua dan ketiga. Usia timbulnya penyakit biasanya bervariasi antar jenis kelamin. Prevalensinya sekitar 0,1% hingga 2% orang, termasuk orang dewasa dan anak-anak di seluruh dunia dan memengaruhi semua ras.
Patofisiologi
Vitiligo umumnya dikenal sebagai kelainan poligenik multifaktorial dan memiliki patogenesis yang kompleks. Penyakit ini umumnya dikaitkan dengan faktor genetik dan non-genetik. Akan tetapi, berbagai teori mengenai patogenesis vitiligo telah diajukan tapi etiologi pastinya masih belum diketahui. Secara umum, prinsip yang disepakati adalah tidak adanya melanosit pada kulit orang dengan vitiligo karena destruksi melanosit itu sendiri. Kerusakan yang terjadi menyebabkan melanosit menurun secara progresif. Teori mengenai destruksi melanosit meliputi mekanisme sitotoksik, autoimun, cacat melanosit intrinsik, saraf, serta oksidan dan antioksidan.
Pada hipotesis mekanisme saraf, mediator kimia saraf biasanya menghancurkan melanosit dan menurunkan produksinya. Dalam mekanisme oksidan dan anti-oksidan, produk metabolik dari sintesis melanin menyebabkan rusaknya melanosit. Yang terjadi pada kecacatan melanosit intrinsik, terdapat kelainan bawaan yang menghambat pertumbuhan dan diferensiasinya. Hipotesis lain pada vitiligo adalah autoimun atau sitotoksik dimana terjadi perubahan imunitas humoral dan seluler yang menyebabkan rusaknya atau disfungsi melanosit.
Etiologi
Etiologi pasti dari vitiligo tidak diketahui. Vitiligo sering dikaitkan dengan beberapa penyakit autoimun. Ada berbagai teori tentang patogenesisnya dan etiologinya yang bersifat multifaktorial. Hal ini ditandai dengan penetrasi yang tidak lengkap, heterogenitas genetik, dan lokus kerentanan ganda. Penelitian pada keluarga dan saudara kembar lainnya menunjukkan bahwa vitiligo herediter itu rumit dan juga melibatkan faktor lingkungan dan genetik. Selain itu, ada hipotesis bahwa faktor genetik dapat memengaruhi usia timbulnya vitiligo. Vitiligo herediter juga dapat mencakup gen yang terkait dengan biosintesis melanin, regulasi autoantibodi, dan respons terhadap stres oksidatif.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala vitiligo meliputi:
- Bercak pada kulit atau selaput lendir yang kehilangan warna. Ini mungkin tampak lebih putih atau lebih terang dari warna kulit.
- Rambut di tubuh berubah menjadi perak, abu-abu, atau putih pada bercak-bercak putih di kulit.
Gejalanya yang terjadi bisa ringan dan hanya memengaruhi sebagian area di tubuh, atau parah dan memengaruhi sebagian besar. Beberapa penderita vitiligo mengalami kulit gatal sebelum depigmentasi dimulai.
Diagnosis
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis vitiligo diawali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, beberapa pertanyaan yang pasti akan ditanyakan meliputi gejala yang dialami, onset timbulnya gejala, penyebaran lesi, perubahan yang terjadi pada lesi, riwayat vitiligo pada keluarga, riwayat penyakit autoimun pada keluarga, dan masih banyak pertanyaan lainnya. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan ditemukan bercak dengan batas tanpa tanda peradangan dengan warna kulit normal disekitarnya. Bercak biasanya berwarna lebih terang dari warna kulit asli. Biasanya ditemukan pada wajah, leher, tangan, kulit kepala, dan ekstremitas. Lesi kulit juga dapat muncul pada area yang mengalami trauma. Selain daripada gejala yang terlihat, gejala pada penyakit lain yang terkait juga dapat terlihat. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis vitiligo dengan pemeriksaan lampu Wood untuk membedakan vitiligo dengan kelainan hipopigmentasi lainnya. Pemeriksaan histologi juga dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya melanosit.
Tata Laksana
Berbagai jenis obat topikal dan sistemik, fototerapi, terapi laser, dan terapi bedah digunakan untuk tata laksana vitiligo. Pengobatan topikal, modalitasnya termasuk corticosteroid, calcineurin inhibitors, dan analog vitamin D. Fototerapi adalah pilihan tata laksana yang efektif untuk menginduksi repigmentasi pada sebagian besar pasien dengan vitiligo awal dan melokalisasinya. Narrowband UV-B banyak digunakan, kebanyakan dua hingga tiga kali dalam seminggu dengan panjang gelombang 311-312nm. Narrowband UV-B sebagian besar menggantikan fotokemoterapi psoralen karena efek samping toksiknya. Excimer Laser digunakan untuk mengobati vitiligo yang terbatas dan stabil. Pada vitiligo segmental yang resisten terhadap sebagian besar pengobatan, Tacrolimus dan corticosteroid sistemik dapat dikombinasikan excimer laser. Pilihan tata laksana pembedahan terbatas pada vitiligo segmental atau lokal yang terbatas hanya pada area kecil. Lima metode dasar repigmentasi meliputi suspensi epidermal yang tidak dikultur, cangkok dermo-epidermal, suction epidermal graft, punch grafting, dan kultur epidermis dengan melanosit.
Referensi:
- Ahmed N, Masood S. Vitiligo. National Library of Medicine [Internet]. 2023. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559149/
- Cleveland Clinic. Vitiligo [Internet]. 2022. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/12419-vitiligo#symptoms-and-causes
- National Health System UK. Vitiligo [Internet]. 2023. Available from: https://www.nhs.uk/conditions/vitiligo/