Osteoporosis
Pendahuluan dan Fakta
Osteoporosis berasal dari kata “osteo” yang berarti tulang, dan “porous” yang berarti berlubang-lubang atau keropos. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang berkembang ketika kepadatan mineral tulang dan massa turun menurun, atau ketika struktur dan kekuatan tulang berubah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kekuatan tulang yang akan meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Osteoporosis dikenal sebagai “silent” disease karena biasanya tidak menunjukkan adanya gejala apapun dan bahkan penderita mungkin tidak menyadari akan adanya penyakit tersebut sampai terjadi fraktur.
Secara global, osteoporosis menyebabkan lebih dari 8,9 juta fraktur setiap tahunnya, mengakibatkan fraktur osteoporosis setiap 3 detik. Osteoporosis menyerang sekitar 6,3% pria berusia di atas 50 tahun dan 21,2% wanita pada rentang usia yang sama secara global. Berdasarkan populasi pria dan wanita di dunia, hal ini menunjukkan bahwa sekitar 500 juta pria dan wanita di seluruh dunia mungkin terkena dampak dari osteoporosis.
Patofisiologi
Osteoporosis disebabkan oleh ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan remodelling tulang, sehingga menyebabkan penurunan massa tulang. Pada sebagian besar individu, massa tulang mencapai puncaknya pada dekade ketiga (usia 20 sampai 30 tahun), setelah itu resorpsi tulang melebihi dari pembentukan tulang. Kegagalan mencapai puncak massa tulang normal atau percepatan pengeroposan tulang dapat menyebabkan osteoporosis.
Etiologi
Penyebab osteoporosis dapat dibagi menjadi osteoporosis primer dan sekunder.
Osteoporosis primer berkaitan dengan proses penuaan yang disertai dengan penurunan hormon seks. Tulang menunjukkan kerusakan mikroarsitektur, yang menyebabkan hilangnya kepadatan mineral tulang dan peningkatan risiko patah tulang. Penyakit lain atau pengobatannya menyebabkan osteoporosis sekunder. Laki-laki lebih besar kemungkinannya terkena osteoporosis sekunder dibandingkan perempuan. Obat-obatan yang dapat menyebabkan osteoporosis sekunder termasuk glucocorticoid dan antiepilepsi. Obat lain seperti agen kemoterapi, penghambat pompa proton, dan tiazolidine kurang diteliti, namun diduga juga berkontribusi terhadap osteoporosis.
Keadaan penyakit yang dapat menyebabkan osteoporosis antara lain hiperparatiroidisme, anoreksia, malabsorpsi, hipertiroidisme, atau pengobatan hipotiroidisme yang berlebihan, gagal ginjal kronik, Cushing, dan penyakit apa pun yang dapat menyebabkan imobilisasi jangka panjang. Amenore sekunder yang berlangsung lebih dari satu tahun akibat berbagai penyebab, antara lain terapi hormonal non-estrogen, berat badan rendah, dan olahraga berlebihan, juga dapat menyebabkan hilangnya massa tulang secara cepat.
Faktor Risiko
Faktor risiko osteoporosis antara lain bertambahnya usia, berat badan di bawah 128 pon atau 58 kg, merokok, riwayat keluarga osteoporosis, ras kulit putih atau Asia, menopause dini, rendahnya aktivitas fisik, dan riwayat patah tulang akibat jatuh dari permukaan tanah atau trauma ringan setelah usia 40 tahun. Pasien yang menderita kondisi yang mempengaruhi tingkat mobilitas secara keseluruhan, seperti cedera tulang belakang (spinal cord injury/SCI), dapat mengalami penurunan tingkat kepadatan mineral tulang dengan cepat dalam 2 minggu pertama setelah cedera.
Risiko patah tulang meningkat pada kondisi berikut:
- Usia lanjut
- Riwayat patah tulang sebelumnya
- Perempuan
- Penggunaan corticosteroid
- Indeks massa tubuh rendah
- Perokok
- Osteoporosis sekunder
- Konsumsi alkohol
Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang komprehensif mencakup penentuan faktor risiko potensial yang disebabkan oleh pengeroposan tulang sekunder. Riwayat sosial yang menyeluruh juga harus diperoleh dengan memperhatikan riwayat merokok dan konsumsi alkohol kronis. Riwayat keluarga yang menderita osteoporosis juga harus diperhatikan. Pasien perlu ditanyai tentang patah tulang sebelumnya dengan fokus diberikan pada mekanisme jatuh di permukaan tanah berenergi rendah dan patah tulang apa pun setelah usia 40 tahun.
Pemeriksaan fisik jarang menunjukkan adanya perubahan sampai osteoporosis yang dialami sudah cukup parah. Pada saat itu, hilangnya tinggi badan dan kifosis terlihat jelas dari patah tulang belakang.
Pada individu sehat tanpa faktor risiko, para ahli menyarankan untuk mulai melakukan skrining pada wanita pada usia 65 tahun dan pria pada usia 70 tahun. Pasien dengan faktor risiko atau nilai tinggi pada tes penilaian risiko osteoporosis harus diskrining lebih awal.
Skrining awal yang dapat dilakukan untuk menilai osteoporosis sebagai berikut:
- Pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD) Test juga dilakukan untuk mengukur apakah Anda menderita osteoporosis atau seberapa besar kemungkinan Anda terkena osteoporosis di masa depan.
- Pemeriksaan X-ray konvensional yang digunakan untuk mengidentifikasi fraktur (misalnya patah tulang belakang) tidak dapat mengukur BMD. BMD harus diukur dengan teknik yang lebih khusus. Berbagai jenis tes BMD tersedia, namun metode yang paling umum digunakan dan direkomendasikan disebut DXA, yang merupakan singkatan dari dual-energy X-ray absorptiometry. DXA adalah jenis sinar-X yang mampu mendeteksi persentase pengeroposan tulang yang cukup kecil.
- T-score pada laporan kepadatan tulang menunjukkan seberapa besar perbedaan massa tulang Anda dengan massa tulang rata-rata orang dewasa sehat berusia sekitar 20 tahun. T-score diukur dalam standar deviasi (SD) dan menentukan apakah massa tulang Anda berada dalam kisaran normal, atau apakah saat ini menderita osteopenia (keropos tulang tahap peralihan antara kepadatan tulang normal dan osteoporosis) atau osteoporosis (t-score -2,5 atau lebih rendah).
Jika hasil tes BMD menunjukkan adanya osteopenia atau osteoporosis, bukan berarti secara otomatis mengalami fraktur. Terdapat cara lain dan sejumlah terapi yang mungkin diresepkan dokter untuk memperlambat pengeroposan tulang dan membantu mencegah fraktur.
Tata Laksana dan Perawatan
Pada saat ini terdapat lebih banyak variasi pilihan pengobatan osteoporosis dibandingkan sebelumnya. Jenis pengobatan yang diresepkan untuk setiap pasien akan bergantung pada profil risiko individu, termasuk risiko jenis fraktur tertentu (tulang belakang versus pinggul), kondisi medis lain, atau obat-obatan yang mungkin dikonsumsi. Perawatan telah terbukti mengurangi risiko patah tulang pinggul hingga 40%, patah tulang belakang sebesar 30-70% dan, dengan beberapa obat, mengurangi risiko patah tulang non-vertebra sebesar 15-20%.
Medikamentosa
Ada dua jenis pengobatan utama: agen anti-resorptif yang mengurangi kerusakan tulang dan menjaga BMD, sementara agen anabolik untuk merangsang pembentukan tulang, sehingga meningkatkan BMD.
Terapi obat yang disetujui secara medis untuk pengobatan osteoporosis dan pencegahan patah tulang meliputi:
- Bisphosphonate (alendronate, risedronate, ibandronate, zoledronate, minodronate)
- Raloxifene dan bazedoxifene
- Teriparatide dan abaloparatide
- Denosumab
- Romosozumab
- Calcitonin
- Strontium Ranelate
- Terapi Hormon Menopause (MHT)*
*MHT (estrogen dengan atau tanpa progestin) bukanlah pengobatan utama untuk osteoporosis namun telah terbukti meningkatkan BMD dan menurunkan risiko fraktur pada wanita setelah menopause. MHT hanya dianjurkan bagi wanita muda pascamenopause untuk pengobatan gejala menopause, tanpa kontraindikasi penggunaannya, dan untuk jangka waktu terbatas sekitar 10 tahun.
Suplementasi dan Gaya Hidup
Selain terapi obat, suplemen kalsium dan vitamin D dapat diresepkan untuk memastikan efektivitas pengobatan secara maksimal. Perlu disadari bahwa perhatian terhadap faktor gaya hidup (termasuk faktor risiko, nutrisi, dan olahraga) harus sejalan dengan pengobatan apa pun yang diberikan kepada pasien. Aktivitas fisik yang menahan beban (weight-bearing activities) dan olahraga yang meningkatkan keseimbangan, seperti yoga dan tai chi, sangat dianjurkan. Konsumsi alkohol dan merokok juga wajib dihentikan.
Referensi:
- Varacallo M, Porter JL. Osteoporosis. National Library of Medicine [Internet]. 2023. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441901/
- International Osteoporosis Foundation. Osteoporosis [Internet]. 2023. Available from: https://www.osteoporosis.foundation/patients/about-osteoporosis