Limfedema
Pendahuluan dan Fakta
Limfedema adalah pembengkakan di berbagai area tubuh yang terjadi ketika ada sesuatu yang memengaruhi sistem limfatik. Sistem limfatik mengumpulkan kelebihan cairan, protein, dan racun dari sel dan jaringan tubuh dan mengembalikannya ke aliran darah.
Sistem limfatik mengumpulkan kelebihan cairan, protein, dan racun dari sel dan jaringan tubuh dan mengembalikannya ke aliran darah. Ketika sistem limfatik tidak berfungsi dengan baik, cairan tubuh akan menumpuk dan mulai membengkak. Pembengkakan biasanya terjadi pada lengan dan kaki, namun bisa juga memengaruhi area lain pada tubuh. Limfedema juga meningkatkan risiko terkena infeksi yang dimulai dari kulit.
Patofisiologi
Terdapat dua tipe limfedema, yaitu limfedema primer dan sekunder. Limfedema primer terjadi karena kondisi langka dan diturunkan (kongenital) yang memengaruhi perkembangan sistem limfatik tubuh. Limfedema primer dikaitkan dengan displasia sistem limfatik dan dapat juga timbul bersamaan dengan kelainan vaskular lainnya, termasuk sindrom Klippel-Trenaunay-Weber, dan sindrom Turner. Limfedema primer ditandai dengan hiperplasia, hipoplasia, atau aplasia pada pembuluh limfatik.
Limfedema sekunder berkembang karena adanya kerusakan atau disfungsi sistem limfatik yang normal. Filariasis adalah penyebab paling umum dari limfedema sekunder secara global. Filariasis adalah infeksi langsung pada kelenjar getah bening oleh parasit Wuchereria bancrofti. Penyebaran parasit melalui nyamuk mempengaruhi jutaan orang di wilayah tropis dan subtropis di Asia, Afrika, Pasifik Barat, serta Amerika Tengah dan Selatan.
Selain dari itu, prosedur bedah onkologis seperti biopsi kelenjar getah bening dan diseksi yang memerlukan eksisi kelenjar getah bening atau pembuluh darah regional dapat menyebabkan perkembangan limfedema sekunder. Prosedur pembedahan lain yang terkait dengan perkembangan limfedema sekunder meliputi pembedahan pembuluh darah perifer, eksisi bekas luka bakar, vein stripping, dan lipektomi.
Penyebab limfedema non-bedah termasuk tumor berulang atau keganasan yang telah bermetastasis ke kelenjar getah bening, lesi obstruktif pada sistem limfatik, pembuluh limfatik yang terinfeksi dan/atau mengalami trauma, jaringan parut yang melenyapkan lumen pembuluh limfatik. Edema akibat trombosis vena dalam (DVT) atau penyebab non-obstruktif dari insufisiensi vena kronis pada ekstremitas dapat menyebabkan limfedema sekunder.
Tanda dan Gejala
Gejala yang paling umum pada limfedema adalah pembengkakan. Pembengkakan bisa berkembang secara perlahan ataupun tiba-tiba. Gejala limfedema lainnya meliputi:
- Tidak dapat melihat atau merasakan pembuluh darah atau tendon di tangan dan kaki
- Lengan atau kaki tampak ukurannya yang berbeda
- Sendi terasa sangat kaku atau tidak fleksibel
- Kulit tampak bengkak atau merah
- Bengkak di lengan atau kaki atau area lain di tubuh
- Lengan, kaki, atau bagian tubuh lainnya terasa berat atau penuh dan tidak nyaman
- Adanya sensasi terbakar atau gatal
- Kulit menjadi terasa lebih tebal
Diagnosis
Diagnosis diberikan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Sangat penting untuk melakukan pemeriksaan tersebut untuk membedakan limfedema primer dan sekunder karena keduanya sangat mirip. Limfedema primer bersifat kongenital, sedangkan limfedema sekunder terjadi akibat cedera atau penyumbatan.
Limfedema dapat dibagi menjadi beberapa stadium, yaitu:
- Stadium 0: Daerah yang terkena mungkin terasa bengkak, kencang, dan berat tetapi tanpa tanda-tanda pembengkakan yang terlihat
- Stadium 1: Ada pembengkakan yang sesekali timbul kemudian hilang saat tungkai di elevasi
- Stadium 2: Area yang terkena hampir selalu bengkak dan kulit di area tersebut mungkin terasa lebih kencang dibandingkan daerah sekitarnya
- Stadium 3: Daerah yang terkena mengalami pembengkakan yang signifikan seiring dengan perubahan pada kulit seperti perubahan warna dan tekstur.
Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, beberapa pemeriksaan yang mendukung diagnosis limfedema dapat dilakukan, seperti:
- Ultrasound (USG) Doppler: Pemeriksaan ini dilakukan dengan memperhatikan aliran darah dengan cara memantulkan gelombang suara frekuensi tinggi (USG) dari sel darah merah. Al ini membantu menemukan adanya obstruksi dan menyingkirkan kemungkinan penyebab pembengkakan lainnya, seperti pembekuan darah.
- Magnetic Resonance Imaging (MRI): Pemeriksaan ini menggunakan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk membuat serangkaian gambar 3D (tiga dimensi) mendetail di dalam tubuh. Dilakukan untuk melihat apakah ada penyakit lain, seperti tumor, yang memberikan tekanan pada sistem limfatik.
- Computed tomography (CT) scan: Pemeriksaan ini menggunakan sinar-X untuk menunjukkan gambaran struktur tubuh secara detail. Seperti MRI, pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa ada tidaknya penyebab obstruksi lain yang menekan sistem limfatik.
Tata Laksana
Penanganan limfedema bertujuan untuk meredakan gejala dan mengurangi pembengkakan. Pengobatan limfedema bervariasi tergantung pada penyebab dan stadiumnya. Pengobatan termasuk terapi fisik atau pengobatan yang lain untuk menjaga cairan limfatik tetap mengalir dan mengurangi pembengkakan serta rasa nyeri. Selain itu, pemberian obat simtomatik seperti pereda nyeri atau antibiotik dapat juga diberikan.
Beberapa terapi fisik pada limfedema adalah:
- Compression garments merupakan stoking khusus yang berfungsi untuk menekan lengan atau kaki agar cairan limfatik dapat mengalir
- Olahraga ringan untuk melenturkan otot yang bermasalah dan membantu mengurangi cairan limfatik yang menumpuk
- Melakukan elevasi dengan memposisikan lengan atau tungkai yang terdampak lebih tinggi daripada jantung saat berbaring untuk meredakan nyeri atau gejala
- Manual lymphatic drainage, yaitu sebuah teknik pijat manual yang dilakukan oleh tenaga medis untuk melancarkan aliran sistem limfatik
- Pneumatic compression adalah alat yang dililitkan di lengan dan tungkai untuk memompa dan memberikan tekanan secara berkala sehingga cairan limfatik dapat mengalir dengan lancar
Jika setelah melakukan langkah-langkah di atas, namun kondisi tidak membaik atau semakin parah, maka akan dianjurkan untuk melakukan operasi untuk mengeluarkan kelebihan cairan atau untuk mengangkat jaringan. Beberapa jenis operasi yang dapat dipertimbangkan pada limfedema yang tidak kunjung membaik atau memburuk, yaitu:
- Lymphatic bypass procedure: Operasi ini melibatkan penyambungan dan pengubahan rute pembuluh limfatik dan vena, sehingga terhindar dari penyumbatan dan membiarkan cairan limfatik mengalir ke sistem vena.
- Lymph node transfer: Ahli bedah mengganti kelenjar limfatik yang rusak dengan kelenjar limfatik sehat yang diambil dari area lain di tubuh, yang pada dasarnya menciptakan sistem limfatik baru untuk area tubuh yang terkena limfedema.
- Debulking: Operasi ini mengobati bentuk limfedema yang sangat parah. Tindakan ini melibatkan pembedahan untuk mengangkat seluruh kulit, lemak, dan jaringan di area tubuh yang terkena, lalu memasang cangkok kulit di area tersebut.
Referensi:
- Kementerian Kesehatan RI. Limfedema [Internet]. 2022. Available from: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1461/limfedema
- Sleigh BC, Manna B. Lymphedema. National Library of Medicine [Internet]. 2023. Available from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537239/
- Cleveland Clinic. Lymphedema [Internet]. 2022. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8353-lymphedema