Detail Article
Atorvastatin vs Rosuvastatin Dosis Tinggi Pasca PCI, Bagaimana Manfaatnya?
dr. Jane Cherub.
Jun 23
Share this article
18a9db7e293445815d8de56fc4243fca.jpg
Updated 25/Jun/2021 .

Atorvastatin 80mg/hari dan rosuvastatin-40mg/hari merupakan regimen statin dosis tinggi yang paling umum digunakan untuk terapi pasien pasca PCI (Percutaneous Coronary Interventions) guna menurunkan kolesterol low-density-lipoprotein (LDL) sebesar ≥50% (dari kadar awal/ baseline). 

Mempertimbangkan biaya terapi rosuvastatin yang lebih tinggi, Roy, et al, menyusun studi untuk membandingkan secara menyeluruh terapi atorvastatin dan rosuvastatin dosis tinggi di antara pasien pasca-PCI di rumah sakit perawatan jantung tersier Kolkata, India. Studi berdesain kohort non-konkuren berbasis catatan tersebut dilakukan dengan melibatkan 942 pasien pasca-PCI berusia 18-75 tahun yang mendapat terapi statin dosis tinggi selama tiga bulan dan ditindaklanjuti selama ≥1 tahun. 


Pasien yang menggunakan atorvastatin 80 mg (n = 321) dan rosuvastatin 40 mg (n = 621) dibandingkan untuk keluaran (kematian/ infark miokard [IM] non-fatal: IM/ rawat inap berulang/ revaskularisasi pembuluh darah target/pengendalian LDL dan high-sensitivity C-reactive protein:hsCRP), keamanan (transaminitis/ miopati/ mialgia/ miositis/ rabdomiolisis), tolerabilitas (gastroesophageal reflux disease: GERD/gastritis) dan penyesuaian kontrol peradangan untuk sosio-demografi, penggunaan tembakau, obat-obatan dan komorbiditas.


Kelompok bervariasi secara minimal dalam hal distribusi usia/ jenis kelamin/ penggunaan tembakau/ pengobatan/ komorbiditas/ kadar LDL dan hs-CRP baseline (pra PCI). Selama satu tahun tindak lanjut pasca-PCI, tidak ada pasien yang meninggal. Satu infark miokard (IM) akut dan dua revaskularisasi pembuluh darah target terjadi per kelompok. 


Rawat inap berulang untuk angina/ stroke sebanyak 2,18% pada kelompok atorvastatin banding 2,90% pada kelompok rosuvastatin. Pada tindak lanjut tiga bulan, GERD/ gastritis (2,18% banding 4,83%), kadar hs-CRP tidak terkontrol (22,74% banding 31,08%) dan non-tolerabilitas secara keseluruhan (4,67% banding 8,21%) lebih rendah untuk kelompok atorvastatin. Regresi logistik ganda menunjukkan bahwa dibandingkan dengan atorvastatin 80 mg, regimen rosuvastatin 40 mg memiliki kontrol yang lebih buruk terhadap hs-CRP (A3OR = 1,45; p = 0,0202), efek merugikan lebih tinggi (A3OR = 2,07), profil keamanan lebih buruk (A3OR = 1,23), GERD/ gastritis lebih tinggi (A3OR = 1,50) dan tolerabilitas keseluruhan yang lebih buruk (A3OR = 1,50).


Statin dosis tinggi untuk terapi pasca-PCI efektif, aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Rosuvastatin dosis tinggi memiliki efikasi klinis yang serupa dibandingkan dengan atorvastatin dosis tinggi. Pasien yang diterapi dengan atorvastatin berjumlah lebih sedikit secara signifikan dengan hs-CRP/ CRP melebihi batas aman yang sebanding dan relatif ditoleransi lebih baik dibandingkan dengan kelompok rosuvastatin 40 mg. Maka, dengan mempertimbangkan pula harga yang lebih rendah, atorvastatin 80 mg/ hari tampaknya lebih cost-effective. Diperlukan studi head-to-head cost-effectiveness dan efikasi lanjutan untuk memvalidasi temuan ini.



Gambar: Ilustrasi (sumber: https://www.freepik.com/)

Referensi: Roy D, Mahapatra T, Manna K, Kar A, Rana MS, Roy A, et al. Comparing effectiveness of high-dose Atorvastatin and Rosuvastatin among patients undergone Percutaneous Coronary Interventions: A non-concurrent cohort study in India. PLoS One. 2020 May 19;15(5):e0233230. doi: 10.1371/journal.pone.0233230. 


Share this article
Related Articles