Kongres nasional ke-18 merupakan kegiatan organisasi yang diadakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dengan topik “The Role of Internist in Global Health Improvement in Artificial Intelligence and Big Data Era”. Kongres ini biasanya diadakan setiap tiga tahun, namun situasi pandemi COVID-19 menyebabkan kongres yang seharusnya dilakukan pada tahun 2021 diundur selama satu tahun dan dilaksanakan pada tanggal 13 – 17 Juli 2022. Kegiatan yang dilakukan secara hybrid (offline dan online) ini dihadiri oleh 6000 dokter, dengan lebih dari 2000 dokter di antaranya hadir secara langsung di kota Semarang.
Sesi ilmiah dilakukan pada dua tempat, yaitu Hotel Patra (workshop dan simposium) dan Hotel Po (rapat organisasi PAPDI dan simposium). Untuk mencegah penularan COVID-19, seluruh dokter yang datang secara langsung (offline) ke acara ilmiah wajib menunjukkan hasil swab antigen atau PCR negatif pada saat akan masuk ke area kongres.
Acara workshop dilakukan pada tanggal 14 Juli 2022 dan simposium dimulai pada tanggal 15 Juli 2022. Simposium dimulai dengan acara pembukaan yang dilakukan di Hotel Po. Gubernur Jawa Tengah, Bpk. Ganjar Pranowo, turut hadir dan memberikan kata pengantar pada pembukaan simposium. Menurut beliau, ilmu kedokteran merupakan salah satu bidang ilmu dengan perkembangan teknologi yang pesat, sehingga penggunaan big data dan artificial intelligence dalam bidang kedokteran sudah menjadi keharusan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih mudah dan akurat.
Setelah pembukaan dilanjutkan acara simposium dengan topik: “Heart Failure and Thrombosis” oleh Prof. dr. Abdul Majid, Sp.PD, K-KV, AIF, FACC, FINASIM dan Prof. dr. Ali Ghanie, Sp.PD, K-KV, FINASIM. Prof. Ali memaparkan bahwa kejadian thrombo-emboli dapat terjadi pada pasien dengan gagal jantung, namun sering kali terluput dari pemeriksaan dokter. Menurut. Prof Ali, trombus mungkin baru dapat ditemukan pada penggunaan ekokardiografi dengan sudut-sudut yang tidak lazim. Beliau juga menunjukkan bukti dengan menampilkan beberapa potongan video pasien gagal jantung. Selain itu, beliau juga menekankan potensi penggunaan direct oral anticoagulant (DOAC) untuk melisiskan trombus tersebut.
Acara pada hari pertama diakhiri dengan simposium etika dan kecerdasan buatan yang dibawakan oleh Prof. Dr. dr. Daldiyono Hardjodisastro, Sp.PD,K-GEH, FINASIM, dr. Djoko Widyarto JS, DHM, MH.Kes, dr. Adityo Susilo, Sp.PD, K-PTI, Prof. Ir. Dwi Hendratmo Widyantoro, M.Sc, Ph.D, dan Prof Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K). Dr. Djoko menekankan bahwa keterbukaan data dan pengembangan kecerdasan buatan ini memang baik untuk perkembangan dunia kedokteran di Indonesia, namun masalah etika tetap menjadi salah satu perhatian khusus dalam pengembangannya. Prof. Dwi juga menjelaskan beberapa kemajuan kecerdasan buatan yang terdapat di Indonesia.
Pada hari kedua, simposium dengan topik: “Pain Control and Uric Acid Lowering Therapy” dibawakan oleh dr. Bantar Suntoko, Sp.PD, K-R, FINASIM, Dr. dr. Laniyati Hamijoyo, Sp.PD, K-R, M.Kes, FINASIM, dan Dr. dr, Rudy Hidayat, Sp.PD, K-R, FINASIM, FACR. Dr. Rudy menjelaskan penggunaan febuxostat sebagai salah satu urate lowering treatment (ULT). Beliau menjelaskan bahwa febuxostat dapat digunakan sebagai alternatif penggunaan allopurinol dan tidak memerlukan penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan ginjal. Febuxostat dapat digunakan jangka panjang dan bermanfaat dalam mengecilkan ukuran tophus.
Sesi berikutnya dibawakan oleh Dr. dr. Made Ratna Saraswati, Sp.PD, K-EMD, FINASIM, Dr. dr. Elfiani, Sp.PD, FINASIM, Dr. dr. Sonny Wibisono, Sp.PD, K-EMD, FINASIM, dr. Diana Novitasari, Sp.PD, K-EMD, FINASIM, dan Dr. dr. Dyah Purnamasari Sulistianingsih, Sp.PD, K-EMD, FINASIM dengan topik: “Vitamin D3 and Therapy for Diabetic Patients”. Dr. Sonny menjelaskan bahwa insulin biosimilar merupakan insulin yang dibuat menyerupai insulin referensi, namun karakteristik dan profil klinis dari insulin biosimilar dapat sedikit berbeda. Hal ini menyebabkan sebaiknya ada uji klinis yang menilai efikasi dan keamanan insulin. Dr. Dyah juga menjelaskan ada dosis vitamin D yang dapat diberikan baik sebagai dosis pemeliharaan maupun dosis terapeutik. Pasien yang mengonsumsi vitamin D pada dosis pemeliharaan tidak perlu melakukan pemeriksaan kadar vitamin D.
Pada hari terakhir, acara dimulai dengan kuliah PAPDI yang dilanjutkan dengan simposium mengenai: “Healthcare Policy Directions in the Era of Big Data and Artificial Intelligence in Indonesia” oleh dr. Agus Suryanto, Sp.PD, K-P, FCCP, MARS, M.H., FINASIM, dan Menteri Kesehatan Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU. Pak Budi menyatakan bahwa saat ini Kementerian Kesehatan sedang mengembangkan citizen health app dengan fokus utama mengintegrasikan sistem data kesehatan, sehingga data pasien dapat diakses oleh seluruh penyedia layanan kesehatan seperti puskesmas, lab, klinik, ataupun rumah sakit. Pertukaran data kesehatan menggunakan standar WHO (World Health Organization), yaitu HL7 FHIR. Melalui aplikasi ini, diharapkan pasien dapat memiliki rekam medis elektronik yang tidak terputus, dan data pasien yang terkumpul dapat digunakan untuk kepentingan penelitian sesuai dengan standar etika.
Sesi berikutnya masih ada simposium mengenai: “Rational Choice of Drugs in Prediabetic and Diabetic” oleh dr. Yulianto Kusnandi, Sp.PD, K-EMD, FINASIM, Prof. Dr. dr. Darmono, Sp.PD, K-EMD, FINASIM, dan Dr. dr. Soebagijo Adi Soelistijo, Sp.PD, K-EMD, FINASIM, FACP. Dijelaskan bahwa penggunaan obat diabetes kombinasi lebih awal dapat mencegah komplikasi vaskular diabetes.
Sebagai penutup, bahwa pada kongres tersebut juga menetapkan Dr. dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP sebagai ketua umum PB Papdi periode 2022-2025 dan Dr. dr. Irsan Hasan, SpPD, K-GEH, FINASIM sebagai ketua umum kolegium IPD periode 2022-2025.