Detail Article

Hubungan Status Vitamin D Maternal pada Kehamilan dengan Neurodevelopment Bayi

dr. Josephine Herwita Atepela
Des 28
Share this article
d56452e254e341bb90552c7b70e9c142.jpg
Updated 16/Mar/2022 .

Vitamin D diketahui memiliki berbagai fungsi fisiologis dan fisiologis pada manusia. Kecukupan kadar vitamin D pada masa prenatal penting untuk kelangsungan kehamilan dan pertumbuhan bayi. Namun sayangnya, kejadian hipovitaminosis D cukup tinggi di dunia dimana wanita hamil adalah salah satu kelompok berisiko. Hipovitaminosis D dapat berakibat komplikasi selama kehamilan, seperti preeklampsia, diabetes gestasional, vaginosis bakterial, atau infeksi fetus. Pada bayi, hipovitaminosis D dikaitkan dengan kejadian lahir prematur, berat badan lahir rendah, faktor risiko penyakit kardiovaskular, abnormalitas pembentukan tulang, asma, dan masalah pembentukan saraf (neurodevelopment). Studi menunjukkan vitamin D memiliki kemampuan faktor neuroprotektif dan mendukung neurodevelopment dari anak. Namun, studi yang sudah ada belum cukup konklusif.

Voltas, dkk. (2020) melakukan sebuah studi RCT (randomized controlled trial) berbasis komunitas di Spanyol untuk mengevaluasi hubungan kadar 25(OH)D3 pada trimester pertama dan ketiga terhadap neurodevelopmental bayi pada usia 40 hari. Kriteria inklusi untuk subjek adalah usia ≥18 tahun, usia kehamilan pada kunjungan pertama ≤ 12 minggu, dan tidak ada anemia (Hb >110 g/L). Sebanyak 793 subjek terlibat dalam studi ini, namun hanya sebanyak 422 subjek pasangan ibu-bayi yang datang pada penilaian hari ke-40 post-partum.


Status vitamin D dikelompokkan berdasarkan kadar 25(OH)D3 pada serum darah, defisiensi didefinisikan sebagai kadar <30 nmol/L (<12 ng/mL), insufisiensi 30-50 nmol/L (12-20 ng/mL), sufisiensi >50 nmol/L (≥30 ng/mL), dan defisiensi berat <20 nmol/L (<8 ng/mL). Skoring Bayley Scales of Infant Development (BSID-III) digunakan untuk menilai neurodevelopment bayi yang menjadi subjek, di antaranya kemampuan kognisi, motorik, dan bahasa. 


Hasil studi menunjukkan, pada trimester pertama, sebanyak 50,2% wanita hamil mengalami defisiensi (mean = 20,3; SD= 5,6), sebanyak 30,3% mengalami insufisiensi (mean = 38,7; SD = 5,5), sebanyak 19,5% sufisiensi (mean = 61,6; SD 9,1), dan sebanyak 22,8% defisiensi berat (mean = 15,2; SD = 3,7). Pada trimester ketiga, 49,7% mengalami defisiensi (mean = 20,3; SD 5,4), sebanyak 33,2% mengalami insufisiensi (mean = 39,1; SD = 5,8), 17,2% sufisiensi (mean = 61,9; SD = 10,8), dan sebanyak 23,7% defisiensi berat (mean = 15,5; SD = 3,0). Antropometri bayi ketika lahir menunjukkan berat lahir, panjang lahir, dan lingkar kepala normal. Skor apgar ketika lahir juga rerata normal dengan 96% bayi lahir matur.


Analisis post-hoc menunjukkan bayi yang lahir dari ibu defisiensi vitamin D pada trimester pertama memiliki skor kognitif BSID-III yang secara bermakna lebih rendah (mean = 100,9, SD = 8,1) dibanding bayi yang lahir dari ibu sufisiensi vitamin D (mean = 103,9, SD = 8,3). Selain itu, bayi yang lahir dari ibu yang defisiensi berat secara signifikan memiliki skor lebih rendah pada parameter bahasa BSID-III dibanding bayi yang lahir dari ibu insufisiensi vitamin D. Tidak ditemukan hasil bermakna pada analisis bivariat.


Pada analisis multiple linear regression, ditemukan bahwa defisiensi vitamin D (<30 nmol/L) selama trimester pertama merupakan prediktor skor kognitif yang rendah dan defisiensi vitamin D (<20 nmol/L dan <30 nmol/L) selama trimester pertama juga berhubungan dengan skor rendah pada kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif. Selain itu, model regresi juga menunjukkan bahwa defisiensi berat vitamin D (<20 nmol/L) pada trimester ketiga memiliki pengaruh buruk terhadap parameter kemampuan motorik.


Berdasarkan studi ini, dapat disimpulkan bahwa status vitamin D wanita pada awal dan akhir kehamilan memiliki pengaruh bermakna terhadap neurodevelopment bayi pada usia 40 hari. Defisiensi vitamin D pada awal kehamilan mengakibatkan kemampuan kognitif dan bahasa yang lebih rendah. Defisiensi vitamin D pada akhir kehamilan juga mengakibatkan kemampuan motorik yang lebih rendah. Oleh karena itu, pemeriksaan status vitamin D dan pemenuhan kebutuhan vitamin D sangat penting sejak masa awal kehamilan karena kebutuhan vitamin D janin bergantung pada status vitamin D maternal. Namun demikian, studi jangka panjang perlu dilakukan untuk memastikan hubungan ini.



Silakan baca: Prove D3, berisi Vitamin D3 (cholecalciferol) 1000 IU (25 mcg), memenuhi kebutuhan vitamin D

Gambar: Ilustrasi (sumber: https://www.freepik.com/free-photo/)

Referensi:

Voltas N, Canals J, Hernández-Martínez C, Serrat N, Basora J, Arija V. Effect of vitamin D status during pregnancy on infant neurodevelopment: The eclipses study. Nutrients. 2020;12(10):3196. 


Share this article
Related Articles