Suatu studi kasus kerontokan rambut difus pada wanita di Sudan yang dialami selama 4 tahun, ternyata didapatkan adanya defisiensi vitamin D. Suplementasi vitamin D 50.000 IU/minggu selama 3 bulan dan dosis pemeliharaan 1000 IU/hari memberikan perbaikan klinis mulai bulan pertama dan paling baik setelah 3 bulan. Dari studi lainnya di Turki, didapatkan kadar 25(OH)D serum secara signifikan lebih rendah pada 79,6% pasien dengan kerontokan rambut difus.
Kerontokan rambut difus yang terjadi karena adanya perubahan pada siklus folikel rambut dapat disebabkan oleh beberapa factor, seperti stres fisiologis dan emosional, obat-obatan dan defisiensi nutrisi. Vitamin D dibutuhkan dalam pemeliharaan folikel rambut, sehingga kadar vitamin D serum kemungkinan berpengaruh pada kerontokan rambut dan seharusnya dinilai pada kasus kerontokan rambut.
Studi kasus di Sudan yaitu seorang wanita berusia 45 tahun dengan keluhan kerontokan rambut difus selama 4 tahun. Kondisinya statis tanpa diketahui faktor yang meredakan atau memperberat keluhannya. Pemeriksaan fisik umum dalam batas normal. Kulit kepala tampak normal, tidak ada sisik atau erosi. Tekstur rambut normal dengan kerontokan rambut difus dan tidak ada patch alopesia yang jelas. Semua investigasi berada dalam nilai normal kecuali vitamin serum D yang ditemukan sangat rendah (defisiensi), yaitu 9 ng/mL. Selanjutnya, dilakukan koreksi defisiensi vitamin D selama tiga bulan, dan kemudian dengan dosis pemeliharaan harian. Dilakukan juga pemantauan kadar vitamin D serum untuk menghindari hipervitaminosis. Pasien diberikan suplemen vitamin D oral 50.000 IU setiap minggu selama tiga bulan, dan dosis pemeliharaan 1.000 IU/hari. Perbaikan mulai terlihat dari bulan pertama dengan penurunan kerontokan rambut, dan hasil yang sangat baik dicapai setelah tiga bulan di mana rambut tumbuh kembali secara normal.
Studi lainnya di Turki oleh Tamer, et al, membandingkan kadar serum feritin, folat, vitamin B12, zinc, thyroid-stimulating hormone (TSH), dan vitamin D pada pasien dengan kerontokan rambut difus dan pada individu yang sehat. Sebanyak 54 orang pasien dengan rambut rontok (47 perempuan, 7 laki-laki) dan 55 orang kontrol sehat (47 perempuan, 8 laki-laki) dievaluasi kadar feritin, folat, vitamin B12, zinc, TSH, dan 25(OH)D serumnya secara retrospektif. Konsentrasi folat, vitamin B12, zinc, dan TSH serum tidak berbeda pada kedua kelompok. Namun, rata-rata kadar feritin serum dan 25(OH)D secara signifikan lebih rendah pada pasien dengan rambut rontok dibandingkan pada individu sehat. Sebelas (20,4%) pasien mengalaminya kadar feritin serum rendah, sedangkan 43 (79,6%) pasien memiliki kadar vitamin D rendah. Pada grup pasien kerontokan rambut difus terutama ditemukan kadar 25(OH)D serum yang rendah, sehingga sebaiknya kadar 25(OH)D dievaluasi sebelum dilakukan perawatan pada pasien.
Simpulan:
Vitamin D berperan pada siklus folikel rambut, sehingga berpengaruh pada kerontokan rambut. Suplementasi vitamin D 50.000 IU/minggu selama 3 bulan dan dosis pemeliharaan 1000 IU/hari memberikan perbaikan klinis mulai bulan pertama dan paling baik setelah 3 bulan.
Image : ilustrasi (https://www.health.harvard.edu/ - Getty Images/iStockphoto)
Referensi:
1.Suad HH, Modawe GA. Investigation of diffuse hair fall case due to vitamin D deficiency: A case report and literature review. SJMS. 2018;13(2):91-7.
2.Tamer F, Yuksel ME, Karabag Y. Serum ferritin and vitamin D levels should be evaluated in patients with diffuse hair loss prior to treatment. Adv Dermatol Allergol 2020;37(3):407–11.