
Perkembangan teknologi untuk penanganan pasien diabetes melitus terus berkembang pesat. Namun, capaian target kendali glikemik tetap menjadi tantangan pada praktik klinis sehari-hari. Beberapa permasalahan yang sering menghambat pasien mencapai target kendali glikemik, di antaranya fenomena inersia klinis, kurangnya kepatuhan berobat, beban penyakit dan juga akses yang terbatas. Intensifikasi terapi dengan regimen insulin dengan kompleksitas tinggi dapat berdampak negatif pada kualitas hidup dan menurunkan kepatuhan berobat karena efek samping yang ditimbulkan. Simplifikasi terapi dengan modalitas fixed-ratio combination (FRC) insulin basal dan GLP-1 RA dapat menyederhanakan terapi serta berpotensi mengurangi beban penyakit.1
Publikasi expert opinion terbaru pada tahun 2024 mengulas penggunaan FRC insulin basal dan GLP-1 RA untuk optimisasi terapi diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Pada publikasi tersebut, para pakar mengambil kesimpulan bahwa FRC merupakan pilihan terapi yang sederhana dan efektif untuk intensifikasi terapi dari insulin basal dan simplifikasi regimen insulin yang kompleks. Penggunaan regimen FRC memiliki efikasi yang setara atau bahkan lebih baik bila dibandingkan dengan terapi insulin intensif dengan manfaat penurunan berat badan dan juga risiko hipoglikemia yang lebih rendah.1
Pedoman terbaru dari ADA/EASD dan AACE juga memberikan rekomendasi untuk simplifikasi terapi dengan rasional bahwa penyederhanaan terapi dapat meningkatkan kepatuhan terapi dan mengurangi beban penyakit yang dapat meningkatkan capaian kendali glikemik. Kandidat pasien untuk simplifikasi terapi dengan FRC, di antaranya pasien yang mengalami peningkatan berat badan yang signifikan setelah inisiasi basal bolus atau premix, kejadian hipoglikemia yang sering, kurangnya kepatuhan pada regimen insulin yang kompleks atau pemantauan gula darah mandiri, kualitas hidup yang rendah, dan pasien geriatri.1
Salah satu pilihan FRC yang dapat dipertimbangkan, contohnya adalah kombinasi insulin glargine dan lixisenatide (iGlarLixi) yang telah terbukti memiliki efikasi dan profil keamanan yang baik dari berbagai penelitian. Kedua komponen tersebut bekerja sinergis untuk mencapai kendali glikemik yang optimal, di mana insulin glargine merupakan insulin basal kerja panjang dapat mengendalikan komponen gula darah puasa dan komponen GLP-1 RA kerja pendek lixisenatide dapat mengendalikan komponen gula darah post-prandial.1
Mengingat lama durasi kerja lixisenatide yang tergolong GLP-1 RA kerja pendek, sering timbul pertanyaan terkait dengan kemungkinan memberikan iGlarLixi 2 kali sehari untuk memaksimalkan potensi dari lixisenatide. Data terbaru dari penelitian Soli-D menunjukkan bahwa pemberian iGlarLixi sekali sehari sebelum sarapan dapat mengendalikan kadar glukosa plasma secara efektif sepanjang hari. Pada studi tersebut didapati rerata kadar glukosa pada 7 waktu pemantauan konsisten berada pada target kendali glikemik dibawah 180 mg/dL.2
Temuan lain yang cukup menarik pada studi Soli-D, pemberian iGlarLixi sekali sehari ternyata dapat menurunkan kadar gula darah post-prandial lebih banyak dibandingkan dengan pemberian IDegAsp sekali sehari, di mana mayoritas rerata kadar glukosa plasma pada 7 waktu pemantauan lebih rendah pada kelompok iGlarLixi.2 Pada analisis lanjutan studi Soli-D yang membandingkan efektivitas dan keamanan pemberian iGlarLixi sekali sehari dan juga 3 kelompok yang mendapatkan IDegAsp (47,8% diberikan sebelum sarapan, 18,6% diberikan sebelum makan siang, dan 33,7% diberikan sebelum makan malam) juga konsisten menunjukkan bahwa kelompok yang mendapatkan iGlarLixi memiliki penurunan rerata HbA1c, gula darah puasa, serta gula darah post-prandial yang superior dibandingkan dengan 3 kelompok yang mendapatkan IDegAsp.3
Pada analisis lanjutan tersebut, didapati bahwa pemberian iGlarLixi sekali sehari sebelum sarapan dapat menurunkan kadar gula darah 2 jam post-prandial secara signifikan lebih rendah pada waktu pemantauan setelah sarapan dan setelah makan siang jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan IDegAsp sebelum sarapan. Jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan IDegAsp sebelum makan siang, pemberian iGlarLixi dapat menurunkan kadar gula darah 2 jam post-prandial secara signifikan lebih rendah pada waktu pemantauan setelah sarapan. Dan jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan IDegAsp sebelum makan malam, pemberian iGlarLixi dapat menurunkan kadar gula darah 2 jam post-prandial secara signifikan lebih rendah pada waktu pemantauan setelah sarapan dan makan siang.3
Gambar. Perbandingan hasil pemantauan rerata kadar glukosa pada 7 waktu pada kelompok yang mendapatkan iGlarLixi dibandingkan dengan 3 subgrup IDegAsp. (Gambar diadaptasi dari Li X, et al. Poster #1988-LB; Presented at ADA 2025 CHICAGO, IL.)
Kesimpulan:
Simplifikasi terapi dengan modalitas FRC insulin basal dan GLP-1 RA dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan capaian kendali glikemik pada pasien serta menghindari terjadinya inersia terapi. FRC iGlarLixi telah terbukti memiliki efikasi dan profil keamanan yang baik dari berbagai penelitian, serta dapat mengendalikan kadar glukosa plasma secara efektif sepanjang hari hanya dengan sekali suntikan. Penelitian terbaru juga menunjukkan superioritas iGlarLixi dibandingkan dengan modalitas terapi insulin kombinasi seperti IDegAsp, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai pilihan pertama untuk intensifikasi terapi pada pasien DMT2 yang belum mencapai target.
Gambar: Ilustrasi (Image by Freepik)
Referensi:
1. Haluzik M, Taybani Z, Araszkiewicz A, Cerghizan A, Mankovsky B, Zuhdi A, et al. Expert opinion on optimising type 2 diabetes treatment using fixed-ratio combination of basal insulin and GLP-1 RA for treatment intensification and simplification. Diabetes Ther. 2024;15(8):1673–1685.
2. Liu M, Gu W, Chen L, Li Y, Kuang H, Du J, et al. The efficacy and safety of iGlarLixi versus IDegAsp in Chinese people with type 2 diabetes suboptimally controlled with oral antidiabetic drugs: The Soli-D randomized controlled trial. Diabetes Obes Metab. 2024;26(9):3791-3800.
3. Xin Li, Juan Wang, Tong Liu, Agustina Alvarez, Felipe Lauand, Lydie Melas-Melt, et al; 1988-LB: Impact of Time of Injection Comparing iGlarLixi vs. IDegAsp in Chinese People with Type 2 Diabetes—Exploratory Analysis of the SoliD Study. Diabetes.2025; 74 (Supplement_1): 1988–LB.