Detail Article
Vitamin E pada Pasien NAFLD, Apa Perannya?
dr. Josephine Herwita
Sep 09
Share this article
52cf7c8d9910622eba9ebd393e3ca746.jpg
Updated 20/Sep/2021 .

Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) adalah kelainan organ hati yang ditandai dengan adanya perlemakan sel hati (steatosis hepatosit) >5% hepatosit secara histologis. Kondisi ini terjadi melalui beberapa proses, yaitu non-alcoholic fatty lifer (NAFL) atau non-alcoholoc steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis hati, bahkan menjadi kanker sel hati (hepatocellular carcinoma/HCC). 


Hingga saat ini, belum ada terapi farmakologis spesifik untuk NAFLD. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup seperti penurunan berat badan dan olahraga rutin merupakan pilihan tatalaksana utama. Patogenesis NAFLD juga belum dapat dijelaskan dengan pasti, namun beberapa mekanisme yang disebutkan berperan dalam penyakit ini di antaranya adalah resistensi insulin dan stres oksidatif. Oleh karena itu, penggunaan antioksidan sebagai tatalaksana stres oksidatif disebutkan efektif sebagai tatalaksana NAFLD, salah satunya adalah vitamin E yang telah dikenal secara luas memiliki kemampuan antioksidan yang sangat baik.


Vardalis, et al, (2020) melakukan studi meta-analisis (total 8 studi) mengevaluasi pengaruh suplementasi vitamin E pada pasien dewasa yang terdiagnosis dengan NAFLD atau NASH. Vitamin E yang dimaksud adalah vitamin E dalam bentuk tokoferol atau tokotrienol, dengan dosis, durasi, dan rute pemberian apapun, kemudian dibandingkan dengan plasebo. Hasil studi menunjukkan adanya penurunan kadar alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate aminotransferase (AST) yang signifikan secara statistik dengan pemberian vitamin E dibandingkan plasebo. Rerata penurunan ALT didapatkan sebesar -7,35 IU/L, 95% CI (p<0,00001) dan rerata penurunan AST didapatkan sebesar -5,71 IU/L, 95% CI (p=0,003).


Hasil studi juga menunjukkan adanya perbaikan skor fibrosis yang signifikan secara statistik dengan pemberian suplementasi vitamin E dibanding plasebo. Perbaikan didapatkan sebesar -0,26, 95% CI (p=0,02). Pemberian vitamin E juga terbukti dapat menurunkan skor steatosis secara signifikan, yaitu sebesar 0,61, 95% CI (p<0,00001). Selain itu, skor inflamasi lobular (0,31, 95%CI; p=0,004) dan skor ballooning hepatosit (0,32, 95%CI; p=0,005) juga menurun secara signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian suplementasi vitamin E dapat memperbaiki histologi hati dan menurunkan risiko progresivitas penyakit.


Studi ini juga menilai efek pemberian vitamin E terhadap perbaikan faktor biokimia dan metabolik. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat perbaikan kadar kolesterol total dan trigliserida yang bermakna. Namun, penurunan kadar low-density lipoprotein (LDL) didapatkan signifikan secara statistik, yaitu sebesar -4,39mg/dL, 95% C (p=0,0002). Selain itu, terdapat penurunan kadar glukosa puasa didapatkan signifikan secara statistik yaitu -8mg/dL, 95% CI (p=0,002).


Berdasarkan hasil meta-analisis disimpulkan bahwa pemberian vitamin E sangat bermanfaat pada pasien NAFLD dengan kemampuannya menurunkan kadar transaminase dan memperbaiki kondisi histologis organ hati. Mengingat belum adanya terapi farmakologis spesifik untuk NAFLD, hasil temuan ini dapat menjadi dasar pemberian vitamin E sebagai antioksidan pada tatalaksana NAFLD.

 


Silakan baca: Prove E, berisi vitamin E yang merupakan vitamin antioksidan yang menghentikan produksi ROS yang terbentuk saat lemak mengalami oksidasi.

Gambar: Ilustrasi (www.pexels.com)

Referensi:

Vadarlis A, Antza C, Bakaloudi DR, Doundoulakis I, Kalopitas G, Samara M, et al. Systematic review with meta‐analysis: The effect of vitamin e supplementation in adult patients with non‐alcoholic fatty liver disease. Journal of Gastroenterology and Hepatology. 2020;36(2):311–9.  




Share this article
Related Articles