Tuberkulosis (TB) masih merupakan tantangan kesehatan umum global dengan perkiraan insidens 10,4 juta kasus di 2015 dan 1,8 juta kematian akibat TB. Ada peningkatan bukti kaitan antara defisiensi berbagai mikronutrien dan penyakit TB aktif. Beberapa studi sebelumnya juga telah menemukan kadar vitamin E yang lebih rendah pada pasien TB dibanding kontrol sehat.
Infeksi Mycobacterium tuberculosis menginduksi ledakan oksidatif dan stres oksidatif yang berlebihan dapat menyebabkan injuri jaringan dan mengganggu sistem imun. Oleh karena itu, mikronutrien antioksidan, seperti vitamin E, juga dapat berperan penting dalam pertahanan terhadap M.tuberculosis.
Suatu studi case-control telah menilai kaitan antara kadar 3 isomer vitamin E (a-tocopherol, g-tocopherol, and δ-tocopherol) plasma basal dan risiko progresivitas TB pada dewasa dan anak dengan paparan rumah tangga terhadap kasus terkonfirmasi TB. Hasilnya menunjukkan bahwa defisiensi a-tocopherol basal meningkatkan risiko kejadian penyakit TB (adjusted OR: 1,59; 95% CI: 1,02-2,50; p=0,04). Kadar δ-tocopherol yang terendah juga meningkatkan risiko progresivitas penyakit TB dibandingkan dengan kadar tertinggi (tertile 1 vs tertile 3, adjusted OR: 2,29; 95% CI 1,29-4,09; p-trend=0,005). Tidak ada kaitan antara kadar basal g-tocopherol dengan kejadian penyakit TB.
Dari hasil studi disimpulkan bahwa defisiensi vitamin E (khususnya a dan d-tocopherol) dikaitkan dengan peningkatan risiko kejadian penyakit TB. Penilaian status vitamin E di antara individu dengan risiko tinggi penyakit TB dapat berperan dalam usaha mengontrol TB.
Gambar : Ilustrasi (www.pexels.com)
Referensi:
1. Alibana O, Franke MF, Huang C, Galea JT, Calderon R, Zhang Z, et al. Vitamin E status is inversely associated with risk of incident tuberculosis disease among household contacts. J Nutr 2018;148:56–62.
2. Vijayamalini M, Manoharan S. Lipid peroxidation, vitamins C, E and reduced glutathione concentration in patients with pulmonary tuberculosis. Cell Biochem Funct 2004;22:19–22.