Detail Article
Artralgia Terkait Terapi Kanker Penghambat Aromatase, Apa saja Faktor Risikonya?
Hastarita Lawrenti
Des 12
Share this article
img-minum-obat1.jpg
Updated 25/Agt/2022 .

Sebagian besar kasus kanker payudara di Amerika adalah pada wanita pasca-menopause dengan stadium dini reseptor hormon positif di mana terapi endokrin adjuvan yang diberikan adalah penghambat aromatase.Artralgia atau nyeri sendi adalah gejala utama pada survivor kanker payudara dengan terapi penghambat aromatase.

Sejumlah 50% dari pasien mengalami onset baru artralgia setelah terapi penghambat aromatase dimulai dan 50%-nya melaporkan bahwa nyeri sendi yang sudah ada memburuk sejak dimulainya penghambat aromatase. Artralgia yang dikaitkan dengan penghambat aromatase ini bisa menyebabkan penghentian dini dan kepatuhan minum obat, yang kemudian dapat dikaitkan dengan peningkatan mortalitas.

 

Dalam hal faktor risiko, lebih pendeknya waktu sejak menopause, pajanan kemoterapi, obesitas, dan riwayat terapi hormon karena menopause telah dikaitkan dengan artralgia terkait penghambat aromatase. Faktor risiko klinis ini menunjukkan bahwa penurunan estrogen secara cepat karena terapi penghambat aromatase berperan penting dalam terjadinya artralgia terkait penghambat aromatase. Selain itu, variasi genetik pada gen yang terlibat dalam metabolisme estrogen terutama HSD17B, CYP1A2, SULT1E1, COMT, dan UGT2B4, dikaitkan dengan kadar estrogen, gejala terkait menopause selama transisi menopause alami, dan kerentanan terhadap kanker payudara.

 

Untuk mengetahui faktor risiko klinis dan genetik berkaitan dengan artralgia terkait penghambat aromatase, peneliti melakukan studi cross-sectional pada wanita pasca-menopause dengan kanker payudara stadium 0-III yang mendapat terapi adjuvan penghambat aromatase generasi ketiga (anastrozole, letrozole, exemestane) selama setidaknya 6 bulan atau menghentikan penghambat aromatase adjuvan sebelum terapi selesai. Peneliti tidak memasukkan pasien kanker payudara metastatik.

 

Hasil dari studi ini adalah di antara 1.049 partisipan kulit putih, sejumlah 543 pasien (52%) melaporkan artralgia yang dikaitkan penghambat aromatase. Dalam analisis multivariate, wanita dengan pendidikan setara perguruan tinggi, transisi ke menopause yang lebih cepat (< 10 tahun), yang memulai penghambat aromatase dalam 1 tahun, dan yang mendapat kemoterapi secara bermakna lebih mungkin melaporkan artralgia yang dikaitkan dengan penghambat aromatase. Selain itu, gen SNP rs11648233 (HSD17B2) secara bermakna berkaitan dengan artralgia terkait penghambat aromatase.

 

Kesimpulan dari studi ini adalah waktu sejak menopause dan memulai penghambat aromatase, kemoterapi sebelumnya, dan SNP rs11648233 dalam gen HSD17B2 pada jalur estrogen secara bermakna berkaitan dengan artralgia terkait penghambat aromatase yang dilaporkan pasien. Temuan ini menunjukkan bahwa faktor klinis dan genetik yang berperan dalam penurunan estrogen meningkatkan risiko artralgia terkait penghambat aromatase pada survivor kanker payudara pasca-menopause.

 

Silakan baca juga: Sindrom Hand Foot Akibat Kemoterapi Oral, dan Bagaimana Penanganannya?

Image ; Ilustrasi

Referensi:

1. Romero SAD, Su HI, Satagopan J, Li QS, Seluzicki CM, Dries A, et al. Clinical and genetic risk factors for aromatase inhibitor-associated arthralgia in breast cancer survivors. The Breast 2020;49:48-54.

2. Niravath P. Aromatase inhibitor-induced arthralgia: A review. Ann Oncol. 2013;24:1443-9.

Share this article
Related Articles