Detail Article
Stres Oksidatif dan Infertilitas pada Pria, Apa Kaitannya?
dr. Lydia Febriana
Apr 09
Share this article
1414e45d3188e8cbe3c6b2a65914b289.jpg
Updated 06/Jul/2022 .

Salah satu penyebab utama infertilitas pria adalah sperma abnormal atau rusak. Oligozoospermia atau jumlah sperma rendah adalah penyebab utama 90% infertilitas pada pria. Integritas DNA sperma penting untuk keberhasilan pembuahan dan perkembangan normal embrio. Stres oksidatif sperma dikaitkan dengan penurunan motilitas sperma, penurunan reaksi akrosom, kerusakan DNA, dan tingkat implantasi yang lebih rendah. 


Antioksidan berfungsi sebagai penangkal radikal bebas (ROS), yang melindungi sperma dari stres oksidatif. Antioksidan tersebut adalah superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT), dan gluthation peroksidase (GPx). Semen mengandung berbagai antioksidan non-enzimatik seperti vitamin C dan E, piruvat, glutathione, dan karnitin. Komponen utama kerusakan sperma yang dipicu oleh ROS adalah peroksidasi lipid sperma. Malondialdehyde (MDA) merupakan parameter tingkat peroksidasi lipid.

 

Suatu studi dilakukan pada dua grup, yaitu pria infertil (n = 40) dan pria fertil (n = 40), dan dilakukan pemeriksaan laboratorium pada darah dan semen. Studi tersebut meneliti kadar MDA, CAT, GPx, SOD, Vit-C, Vit-E, dan korelasinya dengan infertilitas pria. Sampel semen diperoleh setelah sekurang-kurangnya 72 jam (3-4 hari) pantang seksual. Sampel darah diambil untuk pengukuran stres oksidatif dan antioksidan.

 

Hasilnya, ditemukan kadar malonaldehida (MDA) semen lebih tinggi signifikan pada pria infertil dibandingkan pria fertil, dan tingkat antioksidan serum lebih rendah signifikan pada pria infertil dibandingkan dengan pria fertil.

 

Dari studi tersebut disimpulkan bahwa stres oksidatif berkaitan dengan kualitas sperma yang rendah dan mejadi faktor penyebab infertilitas pria, sehingga suplementasi antioksidan dipertimbangkan dapat memperbaiki infertilitas pada pria, dan pengukuran malondialdehida (MDA) bisa bermanfaat sebagai alat diagnostik untuk menilai stres oksidatif.

 

Suatu review membahas juga tentang terapi antioksidan pada infertilitas pria. Terapi antioksidan oral yang khas adalah vitamin C saja, vitamin E saja, atau kombinasi vitamin C dan E. Vitamin C dan E bekerja secara sinergis, telah dilaporkan dengan efek antioksidan kompleks dapat mengurangi fragmentasi DNA sperma (SDF) dan meningkatkan angka kehamilan klinis. Zinc adalah elemen penting untuk spermatogenesis dan sintesis DNA sperma. Selenium juga merupakan komponen penting dari selenoprotein GPx. Beberapa studi melaporkan bahwa antioksidan yang dikombinasikan dengan seng dan selenium mungkin menurunkan SDF dan meningkatkan angka kehamilan klinis. 



Gambar : Ilustrasi (www.freepik.com)

Referensi:

  1. Ambad RS, Butola LK, Bankar N, Mahakalkar C. Oxidative stress and anti oxidant status in male infertility. Eur. J. Mol. 2021;8(1):340-38.
  2. Takeshima T, Usui K, Mori K, Asai T, Yasuda K, Kuroda S, et al. Oxidative stress and male infertility. Reprod Med Biol. 2021;20(1):41-52.


Share this article
Related Articles