Osteoporosis merupakan komplikasi yang umum dari sirosis hati dan menyebabkan fraktur yang menurunkan kualitas hidup. Mekanisme yang terlibat meliputi penurunan faktor tropik, peningkatan mediator inflamasi, gangguan diferensiasi dan proliferasi osteoblas, polimorfisme genetik, hipogonadisme, alkoholisme, penggunaan corticosteroid kronik, dan hepatitis virus.
Keterkaitan antara keparahan penyakit hati dan pengeroposan tulang belum jelas, dan banyak pasien dengan sirosis terkompensasi mengalami osteoporosis dan fraktur. Pemeriksaan DXA (dual-energy x-ray absorptiometry) telah diterapkan untuk mendiagnosis osteoporosis dan sebaiknya dilakukan pada sirosis hati sesegera mungkin, khususnya pada penyakit hati lanjut, gangguan kolestatik, dan pengguna corticosteroid kronik. Terapi osteoporosis pada pasien sirosis meliputi asupan kalsium dan vitamin D yang adekuat, aktivitas fisik, dan penanganan faktor risiko, berhenti merokok dan konsumsi alkohol, serta obat antiresorpsi.
Bisphosphonate merupakan analog sintetik dari pyrophosphate inorganik dengan afinitas tinggi pada jaringan termineralisasi yang menghambat resorpsi tulang. Obat ini dikaitkan dengan penurunan risiko fraktur tulang dan mortalitas, baik sebagai sediaan intravena maupun oral. Namun, bisphosphonate infus intravena dapat menyebabkan efek samping pada hingga sepertiga pasien, yaitu menyebabkan pemanjangan artralgia dan mialgia, sedangkan bisphosphonate oral dapat menyebabkan kerusakan mukosa pencernaan, menyebabkan disfagia, esofagitis, dan ulkus. Efek samping tersebut telah menghalangi penggunaan bisphosphonate oral pada pasien dengan sirosis dan hipertensi portal, terutama karena risiko hipotetik perdarahan gastrointestinal bagian atas akibat ruptur varises esofagus. Namun, risiko tersebut kemungkinan diprediksi terlalu tinggi. Dalam suatu studi acak penggunaan antiosteoporosis pada pasien dengan hepatitis virus, bisphosphonate aman dan paling efektif. Tidak ditemukan efek samping perdarahan varises esofagus. Namun, sedikit pasien yang mendapat alendronate dan risedronate, dan beberapa di antaranya tidak menderita sirosis hati dan derajat varises esofagus tidak dinilai.
Suatu studi baru-baru ini juga telah dilakukan untuk menilai keamanan risedronate selama satu tahun pada pasien dengan osteoporosis, sirosis hati, dan varises esofagus dengan risiko rendah perdarahan. Parameter sekunder meliputi pemulihan densitas mineral tulang (BMD). Total 120 pasien dibagi menjadi 2 kelompok menurut BMD yang diukur dengan DXA. Pada kelompok intervensi, 57 pasien dengan osteoporosis mendapat risedronate oral 35 mg/minggu plus suplementasi kalsium minimal 1000 mg/hari dan vitamin D 400 IU/hari. Pada kelompok kontrol, 63 pasien dengan osteopenia hanya mendapat suplementasi kalsium dan vitamin D. Kedua kelompok mendapat terapi selama satu tahun dan pemeriksaan endoskopi setelah 6 bulan dan 12 bulan, serta DXA kontrol setelah 12 bulan follow-up. Riwayat gangguan pencernaan sebelumnya sebanding antara kedua kelompok.
Hasil studi menunjukkan bahwa kedua kelompok sebanding dalam skor Model for End-stage Liver Disease dan derajat varises esofagus, serta insidens efek samping pencernaan. Risiko efek samping pencernaan juga rendah dan sebanding antara kedua kelompok. Selain itu, ditemukan perbaikan skor T tulang lumbal yang bermakna pada kelompok risedronate, dari -3,053 menjadi -2,674 (p<0,001) dengan tanpa perbaikan pada skor T leher femur (p=923). Pada kelompok kontrol, tidak ditemukan perubahan skor T yang bermakna pada tulang lumbal (p=328) maupun leher femur (p=304). Tidak ada kejadian fraktur osteoporosis selama follow-up.
Dari data kombinasi yang diperoleh, hasilnya menunjukkan efek yang lebih baik pada terapi risedronate dengan risiko efek samping yang rendah dan perbaikan tulang yang bermakna. Namun hasil ini dicapai pada sampel yang sangat terkontrol, sehingga tidak boleh digeneralisasi untuk semua pasien sirosis.
Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa risedronate 35 mg/minggu aman digunakan pada pasien sirosis hati dan varises esofagus dengan risiko perdarahan yang rendah dengan pemeriksaan endoskopi dan efektif menyebabkan peningkatan massa tulang.
Silakan baca juga: Osteaonate OAW, berisi Risedronate, sebagai terapi dan pencegahan osteoporosis pada wanita pasca-menopause.
Image : Ilustrasi
Referensi:
1. Lima TB, Santos LAA, Nunes HRC, Silva GF, Caramori CA, Qi X, et al. Safety and efficacy of risedronate for patients with esophageal varices and liver cirrhosis: A nonrandomized clinical trial. Scientific Reports 2019;9:18958.
2. Yurci A, Kalkan AO, Ozbakir O, Karaman A, Torun E, Kula M, et al. Efficacy of different therapeutic regimens on hepatic osteodystrophy in chronic viral liver disease. Eur J Gastroenterol Hepatol. 2011;23(12):1206-12.