Ketika pandemik coronavirus disease 2019 (COVID-19) telah menginfeksi lebih dari 100.000 manusia di Cina dan seluruh dunia, terdapat beberapa laporan kaitan antara virus penyebab COVID-19, severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), dengan kelainan mata.
Beberapa ahli oftalmologi di Cina menyelidiki manifestasi ocular (tanda/ gejala pada mata) dan prevalensi virus pada konjungtiva pasien-pasien dengan COVID-19 dengan studi case series. Studi ini mengulas secara retrospektif pasien-pasien COVID-19 yang ditangani pada 9-15 Februari 2020 di sebuah pusat rumah sakit di provinsi Hubei, Cina. Selama periode tersebut, gejala dan tanda pada mata serta tes darah dan reverse transcriptase- polymerase chain reaction (RT-PCR) dari swab tenggorok (nasofaring) dan selaput mata (konjungtiva) untuk SARS-CoV-2 dicatat dan dianalisa. Dari 38 pasien yang diikutsertakan dalam studi yang terkonfirmasi COVID-19 secara klinis, 28 pasien (73,7%) memiliki temua positif untujk COVID-19 pada RT-PCR dari swab nasofaring, dan 2 pasien diantaranya (5,2%) mendapat temuan positif untuk SARS-CoV-2 di konjungtiva mereka yang sama dengan spesimen nasofaring mereka.
Dua belas dari tiga puluh delapan pasien (31,6%; 95% CI: 17,5-48,7) memiliki manifestasi kelainan mata yang konsisten dengan radang selaput mata (konjungtivitis), hiperemis konjungtiva, kemosis, epifora, atau peningkatan sekret. Berdasarkan analisis univariate, pasien-pasien dengan tanda kelainan mata lebih cenderung memiliki hitung sel darah putih dan neutrofil serta prokalsitonin, C-reactive protein, dan laktat dehidrogenase yang lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa gejala kelainan mata. Sebagai tambahan, 11 di antara 12 pasien dengan kelainan mata (91,7%; 95% CI: 61,5-99,8) memiliki hasil positif untuk SARS-CoV-2 pada RT-PCR dari swab nasofaring; di mana 2 pasien di antaranya (16,7%) memiliki hasil positif untuk SARS-CoV-2 pada RT-PCR dari swab konjungtiva dan nasofaring.
Beberapa kelainan mata yang terjadi pada pasien COVID-19 ini di antaranya hiperemia konjungtiva, sekresi lakrimasi, efifora, dan khemosis merupakan kelainan yang paling banyak dalam studi ini.
Dari studi ini, sepertiga pasien dengan COVID-19 memiliki kelainan mata yang cenderung terjadi pada pasien-pasien dengan COVID-19 yang lebih berat. Meskipun prevalensi SARS-CoV-2 di air mata rendah, terdapat kemungkinan penularan melalui mata.
Image: Ilustrasi (sumber: https://www.heart.org/)
Referensi: Wu P, Duan F, Luo C, Liu Q, Qu X, Liang L, et al. Characteristics of ocular findings of patients with coronavirus disease 2019 (COVID-19) in Hubei Province, China. J AMA Ophthalmol. 2020 Mar 31. doi: 10.1001/jamaophthalmol.2020.1291.