Eksim atopik merupakan suatu reaksi alergi pada kulit yang kronik dan umum terjadi pada populasi anak dan dewasa, dengan prevalensi 10-20% dari total populasi. Alergi tipe ini didukung dengan adanya reaksi inflamasi berulang yang gatal pada kulit dengan disertai lesi lokal pada kulit. Keparahan penyakit ini diukur dengan skor SCORAD (SCORing Atopic Dermatitis) dan kadar beberapa sitokin inflamasi seperti IL-2 dan TGF-β1, serta ketidakseimbangan Th1 dan Th2.
Hasil interpretasi skor SCORAD dibagi menjadi 3 jenis, yaitu ringan (<25), sedang (25-50), dan berat (>50).1 Beberapa sitokin inflamasi yang meningkat pada saat terjadi reaksi alergi pada kulit meliputi IL-1, IL-2, IL-6, IL-8, IL-12 dan TNF-α yang umumnya diproduksi dari sel monosit dan makrofag. Sedangkan sitokin anti-inflamasi yang seharusnya ditingkatkan untuk meredam reaksi inflamasi yang terlalu tinggi pada alergi adalah IL-10. Selain itu, pengontrol respons imun seperti sel TGF-β menjadi error dalam jumlah tinggi, saat alergi, sehingga respons imun tubuh menjadi kurang terkendali.2
Probiotik selain sebagai mikroorganisme hidup yang bermanfaat memelihara kesehatan saluran pencernaan, juga mampu memelihara keseimbangan dalam sistem imun tubuh manusia. Diketahui bahwa probiotik intestinal merupakan sumber stimulasi awal imunitas tubuh. Beberapa studi membuktikan bahwa adanya perbedaan pola kolonisasi awal mikrobiota pada bayi yang berisiko mengalami penyakit alergi. Perbedaan itu menimbulkan spekulasi bahwa spesies probiotik dapat mempengaruhi respons imun sistemik (termasuk produksi selimun) pada tahap kontrol gejala alergi dan pencegahannya pada bayi sedini mungkin.1
Pada studi acak, tersamar ganda, terkontol plasebo dan LGG oleh Isolauri E, et al, pada 27 bayi ASI eksklusif usia rerata 4,6 bulan dengan eksim atopik ringan (skor SCORAD 10-15), dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu kelompok I (n: 9 pasien) diberikan plasebo, kelompok 2 (n: 9 pasien) diberikan strain probiotik BB-12® 1 x 109cfu/hari, dan kelompok 3 (n: 9 pasien) diberikan probiotik LGG 3 x 108cfu/hari. Intervensi ini diberikan selama 2 bulan. Sediaan probiotik dalam bentuk susu formula whey (EHF/ Extensively Hydrolysed whey Formula).
Dari studi ini didapatkan hasil bahwa pemberian suplemen strain probiotik BB-12 (Chr Hansen/Denmark) 1 x 109cfu/hari selama 2 bulan pada bayi usia rata-rata 4,6 bulan dan ASI eksklusif, efektif secara signifikan menurunkan skor SCORAD ke angka 0, sitokin inflamasi reaktif TGF-β1 dan komponen pendukung dominasi sel Th2 (sCD4 dan IL-2sRα); dengan nilai p masing-masing, yakni p=0,01 dan p<0,05.3
Silakan baca juga: Liprolac baby, untuk mengoptimalkan kesehatan pencernaan bayi dan anak.
Image : Ilustrasi
Referensi:
1. Ozdemir O, Erol AYG. Preventative and therapeutic probiotic use in allergic skin conditions: Experimental and clinical findings. BioMed Research International. 2014.
2. Ashraf R, Vasilijevic T, Smith SC, Donkor ON. Effect of cell-surface components and metabolites of lactic acid bacteria and probiotic organisms on cytokine production and induction of CD25 expression in human peripheral mononuclear cells. Journal of Dairy Science. 2014;97:5.
3. Isolauri E, Arvola T, Sutas Y, Moilanen E, Salminen S. Probiotics in the management of atopic eczema. Clinical and Experimental Allergy. 2000;30:1604-10.