Detail Article

Penggunaan Levofloxacin Pada Regimen Terapi Preventif MDR-TB

Johan Indra Lukito
Jun 03
Share this article
img-Lab1.jpg
Updated 03/Agt/2022 .

Infeksi tuberkulosis laten / Latent tuberculosis infection (LTBI) didefinisikan sebagai keadaan respons imun persisten akibat stimulasi oleh antigen Mycobacterium tuberculosis tanpa disertai bukti TB aktif secara klinis. Terapi preventif, juga disebut sebagai pengobatan LTBI, merupakan pengobatan yang diberikan kepada orang yang dianggap berisiko menderita penyakit TB untuk mengurangi risiko tersebut.

Strain rifampicin-resistant TB (RR-TB) dianggap resisten terhadap rifampisin berdasarkan tes sensitivitas antibiotik sehingga memenuhi syarat untuk diobati dengan rejimen MDR-TB. Strain RR-TB yang resisten juga terhadap isoniazid disebut multidrug-resistant TB (MDR-TB), atau resisten terhadap obat lini pertama TB lainnya (poliresisten) atau obat TB lini kedua, disebut extensively drug-resistant TB (XDR-TB).

Rejimen pengobatan terapi preventif MDR-TB harus didasarkan pada informasi profil resistensi antibiotik dari kasus yang menjadi sumber paparan.


Levofloxacin dianggap sebagai salah satu komponen penting dari rejimen terapi preventif kecuali jika strain bakteri TB dari kasus sumber paparan telah resisten. Meskipun ada kekhawatiran tentang penggunaan fluoroquinolone pada anak karena gangguan perkembangan tulang rawan pada percobaan hewan, efek serupa belum ditunjukkan pada manusia. Bukti yang mendukung untuk durasi perawatan masih terbatas dan hal ini harus didasarkan pada penilaian klinis. Rejimen yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan sejauh ini diberikan selama 6, 9 dan 12 bulan.


Terdapat dua uji klinis yang sedang berlangsung saat ini yang mengevaluasi levofloxacin sebagai rejimen pengobatan untuk terapi preventif MDR-TB, yang hasilnya rencana akan dilaporkan sekitar tahun 2022. Keduanya menggunakan rejimen selama enam bulan diikuti follow-up untuk kejadian penyakit TB selama 18-30 bulan. Di Vietnam, uji V-QUIN membandingkan levofloxacin selama 6 bulan setiap hari dengan plasebo pada anak-anak, remaja, bayi yang terpapar MDR-TB. Uji TB-CHAMP di Afrika Selatan membandingkan efikasi levofloxacin vs. plasebo pada anak di bawah 5 tahun.


Regimen pengobatan MDR-TB yang menggunakan levofloxacin ini biasanya diberikan selama 18-20 bulan dan dapat distandarisasi atau disesuaikan per individual. Regimen ini biasanya terdiri dari minimal lima obat yang dianggap efektif. Levofloxacin termasuk antibiotik yang diprioritaskan dalam regimen pengobatan MDR-TB dengan dosis berdasarkan rentang berat badan dengan pembatasan usia di atas dan bawah 15 tahun.


Image: Ilustrasi

Referensi: 

1. WHO. WHO consolidated guidelines on drug-resistant tuberculosis treatment. WHO[Internet] 2019 [cited 2019 May 21]. Available from: https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/311389/9789241550529-eng.pdf?ua=1 

2. WHO. Rapid communication: key changes to treatment of multidrug- and rifampicin-resistant tuberculosis (MDR/RR-TB). WHO[Internet] 2019 [Cited 2019 Jan 3]. Available from: http://www.who.int/tb/publications/2018/rapid_communications_MDR/en/. 

3. WHO. Latent TB Infection. Updated and consolidated guidelines for programmatic management. WHO[Internet] 2019 [Cited 2018 Dec 28]. Available from: http://www. who.int/tb/publications/2018/latent-tuberculosis-infection/en/.

4. Gaskell KM, Allen R, Moore DAJ. Exposed! Management of MDR-TB household contacts in an evidence light era. Int J Infect Dis. 2019;80S:S13-S16. doi: 10.1016/j.ijid.2019.02.037. 

5. DR-TB Clinical Trial Progress Report. Resist-TB[Internet] 2019 [Cited 2019 May 21]. Available from: http://www.resisttb.org/wp-content/uploads/2019/03/RESIST-TB-CTPR_03_05_2019-1.pdf

Share this article
Related Articles