Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan dunia yang utama dengan jumlah penderita sekitar 422 juta dewasa berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014. Pada populasi dunia diabetes, 90-95% di antaranya merupakan diabetes melitus tipe 2 (type 2 diabetes mellitus/ T2DM). Pasien-pasien dengan T2DM berisiko tinggi terkena komplikasi jantung dan pembuluh darah terkait kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) seperti penyakit jantung, hipertensi, stroke, kelainan retina (retinopati), dan kelainan ginjal (nefropati). Kadar gula darah tinggi yang menetap akan menyebabkan produksi berlebih reactive oxygen species (ROS) yang menyebabkan kerusakan oksidatif pada DNA, protein, dan lipid. Kelainan fungsi mitokondria akibat stres oksidatif merupakan salah satu mekanisme yang menyebabkan T2DM dan komplikasi-komplikasi terakit T2DM.
Beberapa studi terkini menemukan bahwa pasien-pasien dengan T2DM memiliki kadar coenzyme Q10 yang secara signifikan rendah dibandingkan orang sehat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa defisiensi coenzyme Q10 yang terjadi dapat menurunkan kemampuan organisme untuk mengatasi stres oksidatif akibat tingginya kadar gula darah, dan menjadi dasar pemberian suplemen coenzyme Q10 eksogen untuk memperbaiki fungsi mitokondria dan kontrol glikemik (kadar gula dalam darah) yang lebih baik.
Zhang, et al, melakukan sbuah studi ulasan sistematik dan meta-analisis yang mempelajari efek pemberian coenzyme Q10 pada pasien-pasien T2DM. Studi ini mengolah data dari 13 uji klinis acak yang dengan jumlah partisipan total 765 orang. Hasil analisis ketigabelas uji klinis acak menunjukkan bahwa pemberian coenzyme Q10 menurunkan kadar hemoglobin terglikosilasi (HbA1C) dibandingkan dengan kelompok kontrol (weighted mean difference [WMD] = -0,29; 95% confidence interval [CI] = -0,54 hingga -0,03; P = 0,03). Sementara 9 dari 13 uji klinis acak menunjukkan peningkatan kadar kolesterol HDL pada kelompok coenzyme Q10 dibandingkan kontrol (WMD = 3,53; 95% CI = 0,35-6,71; P = 0,03). Kedua perbedaan ini signifikan secara klinis, sementara parameter-parameter lainnya yang dianalisis pada studi ini (gula darah puasa, insulin puasa, adiponektin, kolesterol total, trigliserida dan LDL) tidak berbeda bermakna antara kelompok coenzyme Q10 dan kontrol.
Temuan yang berbeda dijumpai pada hasil studi lainnya oleh Moradi, et al, yang merupakan meta-analisis preliminary atas 14 studi (beberapa studi juga termasuk dalam studi yang diulas dan dianalisis oleh Zhang, et al). Hasil studi ini menemukan sedikit penurunan gula darah puasa (standardized mean difference [SMD] = -0,28 mg/dL; 95% CI = -0,12 hingga 0,04; P < 0,0001). Namun, efek coenzyme Q10 terhadap HbA1C dan insulin puasa tidak bermakna, berdasarkan hasil analisis studi ini.
L-carnitine dan Manfaat Pemberiannya pada Pasien dengan Gangguan Toleransi Glukosa
Pada pasien-pasien dengan T2DM ataupun individu yang berisiko menderita diabetes terdapat ciri khas infleksibilitas metabolik dan gangguan homeostasis gula darah (glukosa). Kurangnya ketersediaan carnitine dalam tubuh dapat menyebabkan infleksibilitas metabolik dan gangguan toleransi glukosa. Pada studi yang dilakukan oleh Bruls, et al, ditemukan bahwa suplementasi carnitine memperbaiki pembentukan acetylcarnitine dan fleksibilitas metabolik pada subyek-subyek dengan gangguan toleransi glukosa. Pada studi ini, sebanyak sebelas relawan dengan gangguan toleransi glukosa secara acak diberikan terapi L-carnitine (dosis 2 gram per hari) atau plasebo selama 36 hari, kemudian dibandingkan untuk fleksibilitas metaboliknya.
Hasil studi menunjukkan pemulihan fleksibilitas metabolik pada subjek-subjek dengan gangguan toleransi glukosa yang hampir mendekati nilai toleransi glukosa normal. Selain itu, suplementasi L-carnitine meningkatkan konsentrasi acetylcarnitine pasca-olahraga dan menurunkan spesies acylcarnitine rantai panjang pada subjek-subjek dengan gangguan toleransi glukosa, menunjukkan oksidasi lemak yang lebih utuh pada otot. Sementara sensitivitas insulin seluruh tubuh tidak terpengaruh.
Simpulan:
Hasil studi menunjukkan adanya manfaat pemberian coenzyme Q10 pada pasien diabetes tipe 2, di antaranya menurunkan kadar hemoglobin terglikosilasi (HbA1C), menaikkan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL), dan penurunan gula darah puasa. Sementara suplementasi L-carnitine pada pasien dengan gangguan toleransi glukosa ditemukan dapat memperbaiki fleksibilitas metabolik.
Silakan baca juga: Car Q100, suplementasi asam amino L-Carnitine dan Coenzyme Q10.
Image : Ilustrasi
Referensi:
- Zhang SY, Yang KL, Zeng LT, Wu XH, Huang HY. Effectiveness of coenzyme Q10 supplementation for type 2 diabetes mellitus: A systematic review and meta-analysis. Int J Endocrinol. 2018;2018:6484839.
- Moradi M, Haghighatdoost F, Feizi A, Larijani B, Azadbakht L. Effect of coenzyme Q10 supplementation on diabetes biomarkers: A systematic review and meta-analysis of randomized controlled clinical trials. Arch Iran Med. 2016;19(8):588-96.
- Bruls YM, de Ligt M, Lindeboom L, Phielix E, Havekes B, Schaart G, et al. Carnitine supplementation improves metabolic flexibility and skeletal muscle acetylcarnitine formation in volunteers with impaired glucose tolerance: A randomised controlled trial. EBioMedicine. 2019;49:318-30.