Detail Article

Inclisiran dalam Manajemen Hiperkolesterolemia, Real World Evidence

dr. Lyon Clement
Jan 29
Share this article
00a7e1c3f3220adf35129b9691dac63e.jpg
Updated 01/Feb/2024 .

Inclisiran merupakan molekul small interfering RNA (siRNA) yang bekerja terhadap sintesis PCSK9 intraseluler hepar, yang dapat menyebabkan upregulation reseptor LDL hepatosit sehingga menurunkan LDL-C plasma. Inclisiran diindikasikan untuk pasien dewasa dengan ASCVD (atherosclerotic cardiovascular disease), hiperkolesterolemia (familial heterozigot atau nonfamilial), dislipidemia campuran, atau pasien yang tidak dapat mencapai target LDL-C.

Inclisiran memerlukan dosis pemberian yang lebih jarang dibandingkan lipid-lowering therapy (LLT) standar, dan dalam studi fase III, telah menunjukkan dapat menurunkan LDL-C hingga 50% pada 510 hari pasca-terapi ketika diinjeksikan secara subkutan pada dosis awal 284 mg, 3 bulan berikutnya, dan setiap 6 bulan setelahnya, sementara statin memerlukan pemberian setiap hari dan antibodi monoklonal terhadap PCSK9 memerlukan injeksi setiap 2-4 minggu. Studi ORION telah menunjukkan profil keamanan dan efektivitas inclisiran yang mendukung penggunaannya pada pasien dengan risiko tinggi ASCVD, termasuk untuk pasien dengan ASCVD dan hiperkolesterolemia familial. Namun, belum terdapat data dunia nyata yang memadai dalam hal penggunaan inclisiran, sehingga dalam studi ini mengeksplorasi efektivitas dan keamanan inclisiran dalam populasi rawat jalan.

 

Studi kohort retrospektif dilakukan di Imperial College London Diabetes Centre (ICLDC), suatu fasilitas rawat jalan di Abu Dhabi, Uni Arab Emirat. Studi ini mengikutsertakan semua pasien berusia 18 tahun ke atas yang memulai terapi inclisiran di ICLDC yang datang untuk follow-up pada saat pengulangan pemeriksaan profil lipid minimal satu kali. Kunjungan follow-up pasca-inisiasi inclisiran dilakukan dengan interval 3 bulan. Inclisiran diberikan dalam dosis 284 mg injeksi subkutan, diikuti pada 90 hari dan 180 hari kemudian. Setelahnya, inclisiran diinjeksi setiap 6 bulan selama periode follow-up. Profil lipid sesaat sebelum inisiasi inclisiran dianggap sebagai nilai baseline. Riwayat ASCVD atau kejadian kardiovaskular lainnya dilaporkan sebagai prevalensi ASCVD dan kejadian ASCVD atau kejadian kardiovaskular berikut lainnya dilaporkan sebagai insiden. Kohort ini diklasifikasikan menjadi kelompok pencegahan primer dan sekunder berdasarkan ada tidaknya riwayat ASCVD pada saat memulai terapi inclisiran.

 

Keluaran primer studi adalah terpenuhinya target LDL-C menurut ACC/AHA/MS, yaitu penurunan >30% atau LDL-C <100 mg/dL pada pencegahan primer, atau penurunan >50% atau LDL-C <70 mg/dL dalam pencegahan sekunder. Lebih lanjut lagi, semua pasien juga dilakukan penilaian pencapaian target LDL-C <55 mg/dL sesuai dengan pedoman ESC/EAS tahun 2022. Keluaran sekunder studi adalah insiden kejadian kardiovaskular baru pasca inisiasi inclisiran, yang diukur sebagai gabungan dari kejadian sindrom koroner akut, transient ischemic attack, stroke aterotrombotik, infark miokard atau angina pektoris tidak stabil, angina pektoris stabil atau revaskularisasi koroner atau arteri lainnya, atau penyakit arteri perifer, termasuk aneurisma aorta. Tolerabilitas dinilai berdasarkan kejadian efek samping yang terjadi. Secara keseluruhan, sejumlah 146 pasien diikutsertakan dalam analisis.

 

Hasilnya, secara keseluruhan, sejumlah 146 pasien memulai terapi inclisiran antara Mei 2021-Desember 2022 yang tersedia data nilai profil lipid baseline dan minimal 1 follow-up, yang diikutsertakan dalam analisis. Median (IQR) periode follow-up dari pasien yang diikutsertakan dalam analisis ini adalah 137 (90-193) hari. Perubahan LDL-C setelah dimulainya inclisiran selama waktu median follow-up 137 hari.


Sejumlah 118 pasien (80,8%) berhasil mencapai target LDL-C berdasarkan ACC/AHA/MS dalam 180 hari dimulainya terapi inclisiran, di mana 110 (75,3%) mempertahankan hasil ini pada setiap kunjungan follow-up. Sejumlah 90 pasien (61,6%) mencapai target LDL-C berdasarkan ESC/EAS dalam 180 hari dimulainya terapi inclisiran, di mana 78 (53,4%) mempertahankan hasil ini pada setiap kunjungan follow-up. Sejumlah 32 (21,9%) dari 146 pasien dikategorikan risiko sangat tinggi, yang mana 16 (50%) mencapai kadar LDL-C <40 mg/dL. Sejumlah 55 pasien (37,7%) mencapai LDL-C <70 mg/dL pada ≤90 hari dimulainya terapi inclisiran, 23 pasien (15,8%) pada 91-180 hari, dan 12 (8,2%) pada >180 hari.

 

Pada kelompok pencegahan primer, LDL-C menurun dengan median (IQR) -37,9% (-9,5 sampai - 51,2%; p<0,0001) dan trigliserida menurun dengan median (IQR) -12,0% (-9,8% sampai -40,5%; p<0,0001). Pada kelompok pencegahan sekunder, LDL-C menurun dengan median (IQR) -54,1% (- 17,1% sampai -71,4%; p<0,0001) dan trigliserida menurun -15,3% (-14% sampai -38%; p<0,03). Median (IQR) peningkatan HDL-C adalah 2,3% (-7,2% sampai 9,9%; p>0,05) pada kelompok pencegahan primer dan 1,2% (-5,9% sampai 6,7%; p>0,05) pada kelompok pencegahan sekunder. Sebagai keluaran sekunder, 14 pasien (9,6%) mengalami kejadian kardiovaskular selama periode follow-up. Lima dari 57 pasien (8,8%) berasal dari kelompok pencegahan primer dan sembilan dari 89 pasien (10,1%) berasal dari kelompok pencegahan sekunder didiagnosis dengan kejadian kardiovaskular baru setelah inisiasi inclisiran. Risiko kejadian ASCVD baru lebih besar pada kelompok pencegahan sekunder dibandingkan kelompok pencegahan primer (HR: 1,2; 95% CI: 0,37-3,69; p<0,0001).


Dari segi keamanan, 1 pasien (0,7%) mengalami reaksi injeksi akibat inclisiran. Sejumlah 12 pasien (21,1%) dari kelompok pencegahan primer mengalami KTD yang sama sebelum dan sesudah dimulainya inclisiran, yaitu myalgia pada 7 pasien (12,3%), peningkatan enzim hati pada 3 pasien (5,3%), bronkitis dan batuk pada 1 pasien (1,8%), dan konstipasi pada 1 pasien (1,8%). Pada kelompok pencegahan sekunder, 17 pasien (19,1%) mengalami KTD yang sama sebelum dan sesudah inisiasi inclisiran (myalgia: 11 pasien [12,4%], peningkatan enzim hati: 5 pasien [5,6%], dan gastroenteritis: 1 pasien [1,1%]).

 

Kesimpulan:

Penurunan lipid pro-aterogenik yang nyata secara klinis dan konsisten diperoleh dengan pemberian inclisiran dan dapat ditoleransi dengan baik. Data dunia nyata ini pada populasi Arab ini mendukung penggunaan inclisiran dalam manajemen hiperkolesterolemia.

 

Gambar: Ilustrasi (Sumber: Freepik)

Referensi:

Iqbal S, Sabbour HM, Ashraf T, Santos RD, Buckley A. First report of inclisiran utilization for hypercholesterolemia treatment in real-world clinical settings in a Middle East population. Clin Ther. 2024; S0149-2918; 476-9.

Share this article
Related Articles
Related Products
ddc84f302254ea6da58e57f362b33823.jpg
73f47d6bbbb8b87bcdd0e168afed0149.jpg
12ed7b91b38d019c91398890f6caf94b.jpg
ac0e4c4431cf9f7f69fd081e45915de3.jpg
882cfbc2d6d460d7b8454d880ae0d78b.jpg
c2e8fd5d62695fc82ecb70c9b73dc51a.jpg
e3848483cc060947ffde241f42c71a38.jpg
063863e29e8136042918cea1fafc61db.jpg
a4b1636f4c2c9ab1ae47ff73dae21ecb.jpg
20e39f26ba3f2b74e3e2adb368515a1a.jpg