Kadar HbA1c saat ini dianggap sebagai gold standard sebagai modalitas untuk memantau efektivitas terapi pada pasien dengan diabetes pada praktek klinis sehari-hari dan bahkan untuk uji klinis. Namun, interpretasi kadar HbA1c sebaiknya tetap dilakukan secara cermat dan akan lebih baik bila ditunjang dengan data-data penunjang lainnya seperti pemantauan glukosa darah mandiri dengan sampel darah kapiler atau modalitas yang lebih modern seperti continuous glucose monitor (CGM).1
Hal ini disebabkan karena mungkin terdapat diskrepansi yang signifikan antara kadar HbA1c dan juga rerata kadar glukosa yang disebabkan oleh fluktuasi dari kadar glukosa dalam darah. Inovasi terkini seperti CGM dapat menjadi solusi. Bukti terkini menunjukkan bahwa nilai persentase time above range (%TAR) dan persentase time in range (%TIR) yang didapat dengan menggunakan CGM memiliki korelasi lebih tinggi dengan rerata glukosa bila dibandingkan dengan kadar HbA1c dan dapat menjadi indikator yang lebih spesifik untuk menilai efikasi terapi.1 Berbagai studi juga menunjukkan bahwa penggunaan CGM dapat membantu memperbaiki kendali glikemik pada pasien dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2.2
Monitoring yang akurat untuk menggambarkan keadaan kendali glikemik sangat penting sebagai panduan untuk memulai intensifikasi terapi, serta mencegah terjadinya inersia terapi. Fenomena inersia terapi sendiri merupakan penyebab utama dari kendali glikemik yang tidak optimal. Untuk dapat mencapai target kendali glikemik, sangat penting untuk melakukan intensifikasi terapi secara tepat waktu. Data menunjukkan bahwa seringkali intensifikasi terapi dilakukan secara terlambat dengan median waktu sekitar 2,9 tahun. Keterlambatan intensifikasi sangat berpengaruh pada luaran pasien, dimana keterlambatan selama setahun berkorelasi dengan peningkatkan risiko terjadinya kejadian serangan jantung sebesar 67%, gagal jantung sebesar 64% dan stroke sebesar 51%.2
Pemilihan modalitas terapi yang tepat untuk intensifikasi terapi dan juga ditambah dengan penggunaan CGM untuk memandu pengambilan keputusan secara akurat berpotensi untuk mengurangi terjadinya inersia terapi.2 Salah satu modalitas inovatif yang dapat dipertimbangkan untuk intensifikasi terapi pada pasien dengan diabetes adalah kombinasi insulin basal dan glucagon-like peptide-1 receptor agonist (GLP-1RA), seperti IGlarLixi (insulin Glargine + Lixisenatide). Intensifikasi terapi secara tepat waktu dengan IGlarLixi dapat membantu meningkatkan perbaikan capaian TIR bila dibandingkan dengan menggunakan insulin basal saja atau GLP-1RA tunggal, serta tidak meningkatkan risiko hipoglikemia pada pasien dengan diabetes tipe 2.3
Hasil dari penelitian Soli-D4 yang dipublikasikan pada tahun 2024 menunjukkan bukti bahwa injeksi IGlarLixi sekali sehari dapat memberikan kendali glikemik yang efektif sepanjang hari. Selain itu, pasien yang mendapatkan IGlarLixi berkorelasi dengan nilai pemantauan glukosa darah mandiri (diperiksa 7 kali sehari) yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan IDegAsp (koformulasi insulin Degludec + Aspart) setelah 24 minggu.4
Gambar 1. Perubahan nilai pemantauan glukosa darah mandiri setelah 24 minggu pada pasien yang mendapatkan IGlarLixi dibandingkan IDegAsp. Keterangan: SMPG: self-monitored plasma glucose; LS: least significance; CI: confidence interval; PPG: post-prandial glucose. (Gambar diadaptasi dari Liu M, et al. Diabetes Obes Metab. 2024)
Selain itu, data terbaru juga menunjukkan manfaat pemberian IGlarLixi untuk perbaikan kendali glikemik berdasarkan pemeriksaan CGM. Hasil dari penelitian Soli-CGM menunjukkan bahwa intensifikasi terapi IGlarLixi pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 yang belum terkontrol (HbA1c ≥9%) dengan setidaknya 2 dapat meningkatkan persentase TIR dari 26,4% pada awal penelitian menjadi 52,7% setelah 16 minggu (rerata perubahan 26,2%, 95% CI: 20,5%-31,9%; p<0,001).5
Kesimpulan
Penggunaan CGM dan intensifikasi terapi secara tepat waktu dengan IGlarLixi dapat dipertimbangkan sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan capaian kendali glikemik pada pasien dengan diabetes yang belum terkontrol baik tanpa meningkatkan risiko hipoglikemia. Data terkini menunjukkan bahwa pemberian IGlarLixi sekali sehari dapat mengontrol gula darah sepanjang hari, serta dapat memperbaiki kendali glikemik yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai TIR yang didapat dari pemeriksaan CGM.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: Freepik)
Referensi:
1. Rodbard D. Continuous glucose monitoring metrics (Mean Glucose, time above range and time in range) are superior to glycated haemoglobin for assessment of therapeutic efficacy. Diabetes Obes Metab. 2023;25(2):596-601. doi: 10.1111/dom.14906.
2. Martens TW and Parkin CG. How use of continuous glucose monitoring can address therapeutic inertia in primary care. Postgrad Med. 2022;134(6):576-588. doi: 10.1080/00325481.2022.2080419.
3. Guo X, Yang W, Zhang J, Dong X, Liu M, Gu S, et al. iGlarLixi provides a higher derived time-in-range versus insulin glargine 100 U/mL or lixisenatide in Asian Pacific people with type 2 diabetes: A post hoc analysis. Diabetes Obes Metab. 2023;25(7):2005-2011. doi: 10.1111/dom.15074.
4. Liu M, Gu W, Chen L, Li Y, Kuang H, Du Jet al. The efficacy and safety of iGlarLixi versus IDegAsp in Chinese people with type 2 diabetes suboptimally controlled with oral antidiabetic drugs: The Soli-D randomized controlled trial. Diabetes Obes Metab. 2024;26(9):3791-3800. doi: 10.1111/dom.
5. Frias JP, Dex T, Meneghini L, Amelie R, Shah V. Effect of IGlarLixi on continuous glucose monitoring-measured time in range in insulin-naïve adults with suboptimally controlled type 2 diabetes (A1C ≥11.7–18.1 mmol/L/9–13%) Presented at ATTD 2024. Oral Presentation #02