Suatu studi dilakukan oleh Bennouar dkk. untuk menilai hubungan antara status vitamin D dan kalsium serum diantara pasien COVID-19 derajat berat dengan prognosis pasien/mortalitas di RS. Studi ini merupakan studi kohort dan prospektif yang melibatkan 120 pasien COVID-19 derajat berat dengan usia rata-rata 62,3±17,6 tahun. Vitamin D dan kalsium serum total masing-masing dinilai dengan metode immuno-fluoroassay dan kolorimetri. Hubungan antara vitamin D dan kalsium serum total dengan mortalitas di rumah sakit dinilai menggunakan kurva Kaplan-Meier dan analisis regresi Cox proporsional.
Pada penelitian ini, 75% pasien COVID-19 derajat berat mengalami kekurangan vitamin D. Insufisiensi vitamin D (52–75 nmol/L atau 20–29 ug/L), defisiensi vitamin D (26–52 nmol/L atau 10–20 ug/L), dan defisiensi berat vitamin D (<26 nmol/L atau <10 ug/L), masing-masing terjadi pada 19,2%, 29,2%, dan 26,7% pasien. Hipokalsemia (nilai serum kalsium terkoreksi <2,2 mmol/L) terjadi pada 64,2 % pasien. Tingkat kematian terendah (13,3%) diamati pada kelompok dengan nilai 25(OH)D yang cukup (>30 ug/L). Sedangkan tingkat kematian tertinggi tercatat pada pasien dengan defisiensi berat vitamin D (46,9%). Tingkat kematian tertinggi (46,8%) juga tercatat pada pasien dengan hipokalsemia dengan kadar kalsium serum pada tertile terendah (<2.05 mmol/L).
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah:
Ditemukan hubungan terbalik yang signifikan antara status vitamin D (p=0.001) dan kalsium serum (p<0.0001) dengan tingkat mortalitas pasien COVID-19 derajat berat.
Pada analisis survival, defisiensi berat vitamin D dan hipokalsemia secara signifikan berhubungan dengan penurunan kemungkinan bertahan hidup (pLog-Rank masing-masing =0,009 dan 0,001).
Defisiensi berat vitamin D dan hipokalsemia secara signifikan dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian di rumah sakit (HR 6,9, 95% CI [2.0–24.1], p=0,002; HR 6.2, 95% CI [2.1–18.3], p=0.001)).
Kadar vitamin D <39 nmol/L dan kalsium serum <2,05 mmol/L dapat memprediksi prognosis yang buruk pasien COVID-19 dengan sensitivitas masing-masing 76% dan 84% serta spesifitas 69% dan 60%.
Studi ini menunjukkan bahwa hipokalsemia dan hipovitaminosis vitamin D banyak ditemukan pada pasien COVID-19 derajat berat. Studi ini memberikan bukti lebih lanjut tentang hubungan potensial antara hipokalsemia dan defisiensi vitamin D dengan prognosis buruk jangka pendek pada pasien COVID-19. Oleh karena itu, koreksi hipokalsemia dan defisiensi vitamin D kemungkinan bermanfaat dalam menurunkan derajat keparahan serta meningkatkan prognosis vital pasien COVID-19. Studi lebih lanjut diperlukan untuk meneliti efek suplementasi kalsium dan vitamin dalam menurunkan derajat keparahan serta meningkatkan prognosis vital pasien COVID-19.
Gambar: Ilustrasi (sumber: https://www.klikdokter.com/penyakit/coronavirus)
Referensi: Bennouar S, Cherif AB, Kessira A, Bennouar DE, Abdi S. Vitamin D Deficiency and Low Serum Calcium as Predictors of Poor Prognosis in Patients with Severe COVID-19 [published online ahead of print, 2021 Jan 12]. J Am Coll Nutr. 2021;1-11.