Kadar vitamin D atau 25(OH)D serum secara klinis memiliki peran penting dalam fungsi tulang dan otot, penyakit kardiovaskular, penyakit autoimun, dan beberapa jenis kanker. Pada mayoritas studi menunjukkan perbaikan secara statistik pada fungsi motorik, mobilitas, dan gangguan stroke dengan suplementasi vitamin, namun bukti tidak mendukung perbaikan aktivitas harian dengan suplementasi.
Defisiensi vitamin D setelah stroke dapat dikaitkan dengan paparan sinar matahari yang terbatas dan berkurangnya asupan makanan yang kaya akan vitamin D. Data lain menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D sebelumnya dapat menyebabkan perburukan keluaran stroke, daripada menjadi gejala sisa stroke itu sendiri.
Suatu hasil penelitian pada pasien stroke iskemik akut menemukan bahwa kadar vitamin D serum yang lebih rendah saat masuk ke perawatan akut berbanding terbalik dengan tingkat keparahan stroke, yang diukur dengan National Institute of Health Stroke Scale dan volume infark. Lebih lanjut, kadar vitamin D yang rendah dikaitkan dengan keluaran yang buruk yang diukur dengan modified Rankin Scale saat keluar dari rumah sakit, setelah 3 dan 6 bulan pasca-stroke. Penelitian lain juga menunjukkan adanya perbaikan bermakna pada keluaran stroke setelah 3 bulan pada pasien yang diberi suplemen vitamin D, sehingga skrining defisiensi vitamin D pada pasien stroke penting untuk dilakukan dan suplementasi vitamin D dapat memperbaiki keluaran stroke.
Suatu kajian sistematik dilakukan untuk mengeksplorasi efek suplementasi vitamin D terhadap keluaran fungsional (fungsi motorik, mobilitas, aktivitas harian, dan gangguan stroke) pada pasien pasca-stroke. Sumber data artikel diambil dari MEDLINE, PsyINFO, EMBASE, dan CINAHL yang dipublikasi hingga 5 Maret 2023. Data studi yang dipilih adalah studi yang menilai suplementasi vitamin D dibandingkan dengan plasebo atau perawatan biasa pada pasien stroke dewasa. Dari 43 studi, 10 studi memenuhi kriteria inklusi (8 studi klinik acak dan 2 studi intervensi non-acak).
Hasil yang dilaporkan dalam studi antara lain fungsi motorik (Brunnstrom Recovery Stage, Berg Balance Score), mobilitas (Functional Ambulation Category), aktivitas harian (Barthel Index, Functional Independence Measure), dan gangguan stroke (modified Rankin Scale, National Institutes for Health Stroke Severity, Scandinavian Stroke Severity). Hasilnya menunjukkan bahwa dari 691 pasien yang diteliti di mana 11 dari 13 pengukuran keluaran menunjukkan perbaikan dengan suplementasi vitamin D.
Kesimpulan:
Pada mayoritas studi menunjukkan perbaikan secara statistik pada fungsi motorik, mobilitas, dan gangguan stroke dengan suplementasi vitamin D; namun, bukti tidak mendukung perbaikan aktivitas harian dengan suplementasi. Studi acak terkontrol yang kuat dan masuk akal secara metodologi diperlukan untuk memverifikasi penemuan ini.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: jcomp-Freepik)
Referensi:
1. Fleet JL, McIntyre A, Janzen S, Saikaley M, Qaqish M, Cianfarani R, et al. A systematic review examining the effect of vitamin D supplementation on functional outcomes post-stroke. Clinical Rehabilitation 2023;37(11):1451-66.
2. Narasimhan S, Balasubramanian P. Role of vitamin d in the outcome of ischemic stroke - A randomized controlled trial. J Clin Diagn Res. 2017;11(2):CC06–CC10.