Detail Article

Update Rekomendasi Penggunaan PARPi pada Pasien Kanker Ovarium

dr. Hastarita Lawrenti
Okt 10
Share this article
f4225d31528e747065659197a0b5e9d3.jpg
Updated 11/Okt/2022 .

Pada tahun 2020, ASCO (American Society of Clinical Oncology) mempublikasikan guideline mengenai terapi penghambat PARP (poly(ADP-ribose) polymerase/PARP inhibitor/PARPi) dalam tata laksana kanker ovarium. Namun, kemudian berbagai hasil uji klinik telah dilaporkan, seperti rucaparib, olaparib, niraparib, sehingga hal ini menjadi sinyal untuk memperbarui rekomendasi dalam guideline tersebut. 


Baru-baru ini, ASCO memperbarui guideline mengenai penggunaan PARPi pada pasien kanker ovarium epitelial stadium lanjut. Pembaruan yang disampaikan meliputi rekomendasi baru untuk pasien newly diagnosed dan dengan penyakit rekuren berdasarkan hasil uji klinik fase III baik positif maupun negatif yang menggunakan PARPi. 

 

Berikut adalah pembaruan rekomendasi dalam guideline ASCO yang dipublikasikan:

1.Kanker Ovarium Newly Diagnosed

Terapi pemeliharaan PARPi pada pasien kanker ovarium endometrioid atau serosa derajat tinggi, stadium III-IV, newly diagnosed yang berespons terhadap kemoterapi lini pertama berbasis platinum.

Olaparib (300 mg oral setiap 12 jam selama 2 tahun), rucaparib (600 mg oral, 2 kali sehari selama 2 tahun), dan niraparib (200-300 mg oral per hari selama 3 tahun) merupakan pilihan untuk pasien dengan BRCA1/2 germline atau somatik patogenik atau likely pathogenic. Terapi dapat diperpanjang pada pasien tertentu. Rucaparib dan niraparib merupakan pilihan pada pasien dengan homologous recombination deficiency (HRD) positif atau dengan HRD negatif dan tidak mengalami mutasi BRCA.

2.Pasien dengan Penyakit Rekuren

Terapi pemeliharaan lini kedua atau selanjutnya dengan PARPi merupakan pilihan untuk pasien kanker ovarium epitelial rekuren yang belum mendapat PARPi dan yang berespons terhadap terapi berbasis platinum, terlepas status mutasi BRCA. Olaparib (300 mg setiap 12 jam), rucaparib (600 mg oral setiap 12 jam), atau niraparib (200-300 mg, 1 kali sehari) dapat diberikan sampai penyakitnya progresif atau toksisitas menetap walaupun telah dilakukan penurunan dosis dan diberikan perawatan suportif terbaik.


Dalam guideline disebutkan bahwa terapi pemeliharaan niraparib dapat memperpanjang progression free survival (PFS), tetapi memperpendek overall survival (OS) pada pasien tanpa mutasi BRCA germline atau somatik. Monoterapi PARPi secara rutin tidak direkomendasikan untuk pasien kanker ovarium epitelial rekuren sensitif platinum. Selain itu, monoterapi PARPi tidak direkomendasikan untuk pasien kanker ovarium epitelial rekuren resisten platinum, atau BRCA wild-type.

 

Keputusan untuk melanjutkan terapi PARPi pada populasi tertentu seperti mutasi BRCA, tanpa penggunaan PARPi sebelumnya, sensitif platinum, lini terapi berikutnya harus didasarkan pada pasien secara individu dan penilaian risiko, manfaat, dan preferensi.

 


Gambar: Ilustrasi (Freepik)

Referensi:

1. Tew WP, Lacchetti C, Kohn EC. Poly(ADP-ribose) polymerase inhibitors in the management of ovarian cancer: ASCO guideline rapid recommendation update. J Clin Oncol. 2022 doi: 10.1200/JCO.22.01934.

2.Primeau ASB. ASCO updates guidelines for PARP inhibitors in ovarian cancer. Cancer Therapy Advisor [Internet]. 2022 Oct 4 [cited 2022 Oct 7]. Available from: https://www.cancertherapyadvisor.com/home/cancer-topics/gynecologic-cancer/ovarian-cancer-parp-inhibitors-asco-updates-guidelines/


Share this article
Related Articles