Batu ginjal merupakan kelainan ginjal yang sering ditemukan. Ekskresi kalsium urin yang lebih tinggi merupakan faktor risiko mayor untuk pembentukan batu kalsium ginjal, yang mungkin dapat meningkat dengan kadar
Batu ginjal merupakan kelainan ginjal yang sering ditemukan. Ekskresi kalsium urin yang lebih tinggi merupakan faktor risiko mayor untuk pembentukan batu kalsium ginjal, yang mungkin dapat meningkat dengan kadar 1,25-dihydroxyvitamin D [1,25(OH)2D] dalam sirkulasi.
Pada suatu studi case-control, risiko batu ginjal 73% lebih tinggi pada kadar 1,25(OH)2D kuartil tertinggi. Namun kaitan antara prekursor 1,25(OH)2D seperti 25-hydroxyvitamin D [25(OH)D] dengan asupan vitamin D3 dan D2 belum jelas. Namun di sisi lain, insufisiensi vitamin D dan densitas mineral tulang yang rendah sering ditemukan pada penderita batu ginjal, dan terdapat kaitan antara status vitamin D dengan kondisi lain seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan kejadian kardiovaskuler, dan semuanya juga sering ditemukan pada penderita batu ginjal. Ada studi yang menunjukkan bahwa tidak ada kaitan antara asupan vitamin D dengan risiko batu ginjal.
Suatu studi analisis yang meneliti asupan vitamin D dan risiko kejadian batu ginjal telah dilakukan pada 3 cohort prospektif besar, dengan 193.551 partisipan Health Professionals Follow-up Study (HPFS), Nurses’ Health Study (NHS) I dan II yang dibagi berdasarkan asupan vitamin D total (<100, 100-199, 200-399, 400-599 600-999, ≥1000 IU/hari) dan suplemen (tanpa suplemen, <400, 400-599, 600-999, ≥1000 IU/hari) menunjukkan bahwa tidak ada kaitan yang bermakna secara statistik antara asupan vitamin D dan risiko batu pada HPFS (HR untuk dosis vitamin D ≥1000 IU/hari vs <100 IU/hari 1,08, 95%CI 0,8-1,47, p=0,92) dan NHS I (HR 0,99, 95%CI 0,73-1,35, p=0,70) dan NHS II (HR 1,18, 95%CI 0,94-1,48, p=0,02). Dengan demikian, disimpulkan bahwa asupan vitamin D dalam jumlah tertentu secara statistik tidak dikaitkan dengan risiko pembentukan batu ginjal meskipun risiko dengan dosis yang lebih tinggi tidak bisa disingkirkan.
Studi meta-analisis lain dari 48 studi dengan 19.883 partisipan dengan efek samping hiperkalsemia, hiperkalsiuria, atau batu ginjal menunjukkan bahwa batu ginjal lebih sedikit dilaporkan pada subjek dengan suplementasi vitamin D dibanding plasebo (RR: 0,66, 95% CI: 0,41-1,09; P= 0,10), risiko hiperkalsemia meningkat pada subjek dengan vitamin D (RR: 1,54; 95% CI: 1,09-2,18; P= 0,01), demikian juga hiperkalsiuria (RR: 1,64; 95% CI: 1,06-2,53; P= 0,03).
Suplementasi vitamin D jangka panjang menyebabkan peningkatan risiko hiperkalsemia dan hiperkalsiuria yang tidak terkait dosis, tetapi tidak meningkatkan risiko batu ginjal. Namun studi acak dengan kontrol yang besar untuk suplementasi vitamin D jangka panjang diperlukan untuk mengkonfirmasi penemuan ini.
Silakan baca juga: PROVE D3-1000, untuk meningkatkan kadar 25(OH)D dalam darah pada pasien dengan kekurangan vitamin D
Image: Ilustrasi (sumber: https://teachmesurgery.com/)
Referensi:
1. Ferraro PM, Taylor EN, Gambaro G, Curhan GC. Vitamin D intake and the risk of incident kidney stones. J Urol. 2017; 197(2):405-10.
2. Malihi Z, Wu Z, Stewart AW, Lawes CM, Scragg R. Hypercalcemia, hypercalciuria, and kidney stones in long-term studies of vitamin D supplementation: A systematic review and meta-analysis. Am J Clin Nutr 2016;104(4):1039-51.