
Puasa selama bulan Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim yang telah mencapai usia baligh, kecuali jika mereka memiliki masalah kesehatan atau alasan sah lainnya yang membolehkan mereka tidak berpuasa. Dalam kondisi tersebut, mereka diperbolehkan untuk mengganti puasa pada hari lain di luar bulan Ramadan atau menggantinya dengan membayar fidyah.1
Selain itu, negara-negara seperti Indonesia dan Mesir, yang juga memiliki mayoritas populasi Muslim, termasuk dalam 10 negara dengan prevalensi diabetes tertinggi. Sebagian besar orang dewasa Muslim dengan diabetes tipe 2 (T2D) memilih untuk berpuasa selama bulan Ramadan, dengan lebih dari 85% berpuasa selama ≥ 15 hari.1
Ada berbagai risiko yang dapat dihadapi oleh individu dengan diabetes saat berpuasa selama Ramadan, termasuk hipoglikemia, hiperglikemia, bahkan kemungkinan mengalami krisis hiperglikemik atau dehidrasi/ trombosis. Namun, insiden hipoglikemia pada penderita T2D diketahui meningkat selama Ramadan dibandingkan dengan sebelum Ramadan, meskipun risikonya dipengaruhi oleh pilihan regimen pengobatan.1
Pendekatan Farmakologis: Kombinasi Rasio Tetap (FRC) Injeksi
Pedoman konsensus Asia Selatan menyoroti kenyamanan penggunaan GLP-1 RA selama Ramadan, yaitu frekuensi injeksi yang rendah, fleksibilitas waktu pemberian, ketersediaannya dalam bentuk kombinasi rasio tetap (FRC), dan minimalnya titrasi dosis yang diperlukan.2
Kombinasi insulin basal dan agonis reseptor GLP-1 dalam rasio tertentu, yang tersedia dalam bentuk injeksi, adalah modalitas farmakologis yang digunakan dalam pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 (T2DM). Kombinasi Rasio Tetap (FRC) yang saat ini tersedia di Indonesia adalah Insulin Glargine dan Lixisenatide (iGlarLixi).
Studi SoliRam
Studi SoliRam bertujuan untuk mengevaluasi keamanan dan efektivitas iGlarLixi pada orang dewasa dengan T2D selama Ramadan dan untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana Ramadan mempengaruhi pengelolaan diabetes di pengaturan praktik klinis.2
SoliRam adalah studi observasional dunia nyata, prospektif, satu kelompok yang dilakukan selama Ramadan pada tahun 2020 dan 2021. Studi ini melibatkan orang dewasa dengan T2D yang telah menggunakan iGlarLixi selama minimal tiga bulan sebelum dimulainya studi. Titik akhir utama adalah untuk mengukur persentase peserta yang mengalami satu atau lebih episode hipoglikemia berat atau simptomatik yang didokumentasikan, yang didefinisikan sebagai kadar glukosa darah di bawah 70 mg/dL (3,9 mmol/L).2
Dari 409 peserta yang memenuhi syarat, 96,8% berhasil berpuasa selama minimal 25 hari, dan 92,4% berhasil menyelesaikan puasa mereka tanpa membatalkannya. Hanya 4 peserta yang perlu membatalkan puasanya karena hipoglikemia. Sepanjang studi, hanya ada sedikit penyesuaian dalam terapi antihiperglikemik. Angka kejadian hipoglikemia simptomatik sangat rendah, dengan 1,0% peserta mengalaminya pada bulan sebelum Ramadan, 2,3% selama Ramadan, dan hanya 0,3% pada bulan setelah Ramadan.2
Selain itu, studi ini menunjukkan bahwa rata-rata kadar HbA1c turun sebesar 0,75% (atau 8,2 mmol/mol) dari pre-to post-Ramadan, dengan persentase peserta yang mencapai kadar HbA1c kurang dari 7% meningkat dari 7,9% sebelum Ramadan menjadi 28,6% setelah Ramadan.2
Penyesuaian Penggunaan Kombinasi Rasio Tetap Selama Ramadan
Untuk membantu mengelola kadar glukosa darah secara efektif selama Ramadan dan meminimalkan risiko hipoglikemia, IDF-DAR dan PERKENI telah memberikan pedoman khusus untuk penyesuaian regimen pengobatan. Pedoman ini bertujuan untuk memastikan bahwa individu dengan diabetes dapat berpuasa dengan aman sambil mempertahankan kontrol glukosa darah yang optimal.3
Kesimpulan :
Sebagai kesimpulan, studi SoliRam menunjukkan bahwa iGlarLixi memiliki risiko hipoglikemia yang rendah pada orang dewasa dengan T2D yang berpuasa selama Ramadan, mayoritas peserta dapat berpuasa selama Ramadan, dengan kejadian hipoglikemia yang minimal. Selain itu, ada penurunan kadar HbA1c, dan persentase peserta yang mencapai HbA1c kurang dari 7% meningkat setelah Ramadan.
Gambar: Ilustrasi (Source: Freepik)
Daftar Pustaka :
1. Hassanein M, Afandi B, Ahmedani MY, Alamoudi RM, Alawadi F, Bajaj HS, et al. Diabetes and Ramadan: Practical guidelines 2021. Diabetes Res Clin Pract. 2022 Mar;185:109185. doi: 10.1016/j.diabres.2021.109185. Epub 2022 Jan 8. PMID: 35016991.
2. Hassanein M, Malek R, Shaltout I, Sahay RK, Buyukbese MA, Djaballah K, et al. Real-world safety and effectiveness of iGlarLixi in people with type 2 diabetes who fast during Ramadan: The SoliRam observational study. Diabetes Metab Syndr Clin Res Rev. 2023;17(2):102707. doi:10.1016/j.dsx.2023.102707.
3. PERKENI. Pedoman Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Individu Dewasa di Bulan Ramadan2022. PB PERKENI; 2022.