Telur sudah menjadi menu santapan harian bagi kebanyakan orang. Selain enak dan mudah didapat, telur mudah diolah. Namun di balik semua hal ini, konsumsi telur sering dihubungkan dengan peningkatan kadar kolesterol darah, khususnya oleh mereka yang mengalami sindrom metabolik.
Namun berdasarkan studi terbaru menyebutkan bahwa kekhawatiran tersebut tidak beralasan, studi yang dilakukan oleh dr. Melanie dan kolega dan telah dipublikasikan dalam Journal of the American College of Nutrition akhir tahun 2018. Dalam studi tersebut, peneliti melibatkan sebanyak 1392 anak perempuan dengan rentang usia 9-10 tahun dan diikuti selama 10 tahun. Konsumsi telur mingguan dikelompokan dalam <1 butir per minggu, 1-<3 telur, dan 3 atau lebih butir per minggu.
Dari studi tersebut menunjukkan bahwa, anak perempuan dengan asupan telur yang rendah, sedang, dan tinggi dengan penyesuaian mempunyai kadar kolesterol lipoprotein densitas rendah masing-masing sebesar 99,7, 98,8, dan 95,5 mg/ dL dan tidak ada perbedaan dari ketiga kelompok tersebut. Jika dikombinasikan dengan asupan serat, susu, atau buah-buahan dan sayuran yang lebih banyak, efek menguntungkan ini lebih kuat dan bermakna secara statistik. Tidak ada bukti bahwa konsumsi telur ≥3 butir/ minggu memiliki efek buruk dalam kadar lipid, glukosa, ataupun HOMA-IR. Gadis yang lebih aktif yang mengonsumsi ≥3 butir/ minggu memiliki tingkat resistensi insulin terendah.
Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa telur dapat dimasukkan sebagai bagian dari diet remaja yang sehat tanpa efek buruk pada glukosa, kadar lipid, atau resistensi insulin.
Image: Ilustrasi (sumber: https://www.aeb.org/)
Referensi: Melanie M. Mott, Megan A. McCrory, Linda G. Bandini, Howard J. Cabral, Stephen R. Daniels. et al. Egg Intake Has No Adverse Association With Blood Lipids Or Glucose In Adolescent Girls. Journal of the American College of Nutrition 2019:38(2):119-24.