Pada pasien obesitas, seringkali mengalami gangguan regulasi glukosa plasma darah di mana dipengaruhi oleh resistensi insulin yang meningkat ataupun produksi insulin yang mulai menurun. Hal ini berdampak pada peningkatan kejadian pre-diabetes atau toleransi glukosa terganggu. Gangguan toleransi ini dapat diperbaiki, baik dengan modifikasi pola diet maupun obat-obatan.
Saxagliptin, merupakan obat golongan DPP-IV inhibitor yang berperan dalam menurunkan glukosa plasma darah, dengan memperbaiki regulasi glukosa plasma darah melalui peningkatan kadar hormon inkretin yang aktif (GLP-1/Glucagon-like peptide, GIP/Glucose dependent insulinotropic peptide), sehingga meningkatkan pelepasan insulin ke dalam usus dan menurunkan kadar hormon glukagon (hormon peningkat glukosa darah). Selain itu, obat ini juga menurunkan apoptosis sel beta pankreas dan mengoptimalkan fungsi sel tersebut.
Studi oleh Rezki A, et al, (2021) yang dilakukan dengan metode acak, tersamar ganda, dan terkontrol plasebo, pada 24 pasien obesitas usia 18-70 tahun dengan toleransi glukosa terganggu selama <3 minggu. Kelompok 1 (n:12) diberikan oral 5 mg saxagliptin 1x/hari (30 menit sebelum makan pagi). Kelompok 2 (n:12) diberikan plasebo. Intervensi dilakukan selama 12 minggu dan selama intervensi tidak ada modifikasi diet. Follow-up dilakukan di hari ke-1 dan minggu ke-12, dengan evaluasi kadar glukosa plasma 3 jam pertama post-prandial dan 24 jam post-prandial, dengan CGM (continuous glucose monitoring). Lalu, 3 hari setelah intervensi berakhir, dilakukan pengukuran glukosa plasma melalui tes toleransi glukosa oral. Laporan efek samping selama studi juga diperhatikan untuk mengevaluasi keamanannya.
Hasilnya, jika dibandingkan dengan plasebo, tampak perbaikan kadar glukosa plasma darah selama 3 jam post-prandial pada hari ke-1 dan minggu ke-12 dengan kestabilan variabilitas glukosa plasma, yang jauh lebih signifikan pada kelompok intervensi/saxagliptin, dengan nilai p<0,02 dan p<0,01. Tidak terdapat efek samping serius selama intervensi berlangsung. Selain itu, jika dibandingkan dengan plasebo, tampak penurunan kadar glukosa plasma darah yang lebih besar pada tes toleransi glukosa oral dalam 2 jam pertama, secara signifikan pada kelompok intervensi/saxagliptin, dengan nilai p<0,008. Diketahui pula bahwa 9 dari 10 pasien dengan saxagliptin sembuh dari toleransi glukosa terganggu, sedangkan 5 dari 9 pasien kontrol masih menderita toleransi glukosa terganggu; dengan nilai p<0,01.
Pada studi ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian oral 5 mg saxagliptin 1x/hari (30 menit sebelum makan pagi), pada 12 pasien obesitas usia 18-70 tahun dengan toleransi glukosa terganggu, selama 12 minggu, secara signifikan (jika dibandingkan dengan kelompok plasebo) menurunkan kadar glukosa plasma 1-3 jam post-prandial sejak hari ke-1 intervensi, dengan kestabilan variabilitas glukosa plasma hingga akhir intervensi; dan menurunkan kadar glukosa plasma lebih besar pada tes toleransi glukosa oral dalam 2 jam pertama, di hari ke-3 pasca-intervensi. Sebanyak 9 dari 10 pasien saxagliptin sembuh dari toleransi glukosa terganggu; dengan nilai p<0,02; p<0,01; p<0,008; dan p<0,01.
Gambar: Ilustrasi
Referensi:
Rezki A, Fysekidis M, Chiheb S, Vicaut E, Cosson E, Valensi P. Acute and long-term effects of saxagliptin on post-prandial glycemic response in obese patients with impaired glucose tolerance. Nutrition, Metabolism & Cardiovascular Diseases. 2021;31:1257-66.