Suatu uji klinik fase 3, double-blind, acak, terkontrol plasebo, dilakukan untuk mengevaluasi efikasi dan keamanan terapi molnupiravir 5 hari setelah bergejala pada pasien COVID-19 dewasa derajat ringan hingga sedang yang tidak dirawat di rumah sakit. Hasilnya, molnupiravir efektif mengurangi risiko rawat inap atau kematian pada pasien COVID-19 dewasa yang berisiko perburukan dan tidak divaksinasi.
Pasien COVID-19 yang diikutkan sebagai peserta adalah yang tidak divaksinasi, dan dengan setidaknya satu faktor risiko untuk perburukan penyakit (usia >60 tahun, kanker aktif, penyakit ginjal kronik, penyakit paru obstruktif kronik, obesitas (IMT≥30), penyakit jantung serius [gagal jantung, penyakit arteri koroner, atau kardiomiopati], atau diabetes melitus). Peserta secara acak menerima molnupiravir dengan dosis 800 mg atau plasebo 2x/hari selama 5 hari. Titik akhir efikasi primer adalah tingkat kejadian rawat inap atau kematian pada hari ke-29; kejadian efek samping sebagai titik akhir keamanan utama.
Hasilnya, didapatkan total peserta 1433, dengan 716 menerima molnupiravir dan 717 menerima plasebo. Keunggulan molnupiravir ditunjukkan pada analisis interim dengan risiko rawat inap atau kematian hingga hari ke-29 lebih rendah pada kelompok yang menerima molnupiravir (28 dari 385 peserta [7,3%]) vs plasebo (53 dari 377 [14,1%]) (perbedaan -6,8%; interval kepercayaan 95%: -11.3 hingga -2.4; p = 0,001). Dalam analisis final pada 1433 peserta, persentase peserta yang dirawat di rumah sakit atau meninggal hingga hari ke-29 lebih rendah pada kelompok molnupiravir vs plasebo (6,8% [48 dari 709] vs 9,7% [68 dari 699] ]; perbedaan -3,0%; interval kepercayaan 95%: -5,9 hingga -0,1).
Hasil analisis waktu-ke-peristiwa/time-to-event analysis/survival analysis juga konsisten dengan hasil utama, di mana tingkat rawat inap atau kematian hingga hari ke-29 adalah sekitar 31% lebih rendah dengan molnupiravir vs plasebo (hazard ratio 0,69; 95% CI, 0,48-1,01).
Satu kematian (0,1%) dilaporkan pada kelompok molnupiravir dan 9 (1,3%) dilaporkan pada kelompok plasebo hingga hari ke-29. Risiko kematian lebih rendah sebesar 89% (95% CI, 14 hingga 99) pada molnupiravir vs plasebo. Kesepuluh peserta tersebut telah dirawat di rumah sakit sebelum kematian, dan semua kematian ditetapkan terkait dengan COVID-19. Persentase peserta dengan setidaknya satu efek samping serupa pada kedua kelompok (216 dari 710 peserta [30,4%] pada kelompok molnupiravir dan 231 dari 701 [33,0%] pada kelompok plasebo).
Efikasi molnupiravir konsisten hampir di seluruh subkelompok, seperti waktu dari onset hingga bergejala (dengan acuan 3 hari), usia, komorbid DM, obesitas. Namun, pada analisa subkelompok berdasarkan status antibodi terhadap COVID-19 dari infeksi sebelumnya, molnupiravir tidak menunjukkan efikasi yang signifikan bagi orang yang memiliki antibodi tersebut (positif). (Hazard Ratio: 2,3 , interval kepercayaan 95%: -1.7 hingga 7.1)
Kesimpulan:
· Pengobatan dini dengan molnupiravir efektif mengurangi risiko rawat inap atau kematian pada pasien COVID-19 dewasa yang berisiko perburukan dan tidak divaksinasi.
· Efikasi molnupiravir konsisten hampir di seluruh subkelompok, meliputi usia, komorbid DM, obesitas. Namun, molnupiravir tidak menunjukkan efikasi yang signifikan bagi orang yang memiliki antibodi terhadap COVID-19 dari infeksi sebelumnya.
Gambar: Ilustrasi (Foto oleh artem podrez dari pexels)
Referensi:
1. Jayk Bernal A, Gomes da Silva MM, Musungaie DB, Kovalchuk E, Gonzalez A, Delos Reyes V, et al. Molnupiravir for oral treatment of Covid-19 in nonhospitalized patients. N Engl J Med. 2021 Dec 16:NEJMoa2116044. doi: 10.1056/NEJMoa2116044. Epub ahead of print. PMID: 34914868; PMCID: PMC8693688.
2. Molnupiravir [Internet]. 2021 [cited 2022 March 2]. Available from: https://www.fda.gov/media/154472/download
3. Merck's COVID-19 pill may be less effective than first hoped [Internet]. 2021 [cited 2021 December 24]. Available from: https://www.medscape.com/viewarticle/963785