Detail Article

SOD-Gliadin Memperbaiki Hasil Fototerapi Pasien Vitiligo

Dr. Josephine Herwita
Jun 22
Share this article
31cd2d3211760cbdde988647b93b93b2.jpg
Updated 24/Jun/2021 .

Vitiligo merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan depigmentasi dari kulit dan rambut. Vitiligo diperkirakan dialami oleh 1% - 2% dari populasi global. Penyakit ini sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya sehingga keinginan untuk sembuh sangat tinggi, namun tatalaksana vitiligo masih tidak memuaskan pada kebanyakan kasus. 


Pemberian suplementasi superoxide dismutase (SOD) sebagai antioksidan yang bekerja paling awal pada sel diharapkan dapat menurunkan stres oksidatif dan menurunkan aktivasi mediator inflamasi pada kasus vitiligo. Selain itu, sebuah studi juga menunjukkan bahwa kandungan SOD pada darah penderita vitiligo cenderung lebih rendah dibanding orang normal.


Studi yang dilakukan oleh Fontas dan kolega memberikan hasil yang positif dalam hal terapi SOD pada penderita vitiligo. Penelitian yang melibatkan 50 penderita vitiligo berusia ≥ 18 tahun dengan vitiligo yang menyerang paling tidak 5% dari seluruh permukaan tubuh. Subjek dikelompokan menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kedua kelompok menjalani fototerapi dengan narrowband ultraviolet B (NB-UVB) selama 24 minggu. Kelompok intervensi menerima 2 kapsul Glisodin (SOD-Gliadin 250 mg) pada pagi hari dan 2 kapsul pada 30 menit sebelum makan siang selama 12 minggu pertama. Dua belas minggu selanjutnya, kelompok intervensi diberikan 2 kapsul Glisodin pada pagi hari. Sedangkan, kelompok kontrol diberikan plasebo dengan aturan pemberian yang sama. Kedua kelompok disarankan untuk menghindari paparan sinar matahari selama terapi berlangsung.


Keluaran primer yang dinilai adalah skoring vitiligo, yaitu Vitiligo Extent Score (VES), dan keluaran sekunder berupa kualitas hidup yang dinilai dengan Dermatologi Life Quality Index (DLQI). Efek samping diurutkan berdasarkan Common Terimnology Criteria for Adverse Events (CTCAE).


Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbaikan VES yang signifikan dari baseline pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol, baik pada minggu ke-12 terapi (9,74%, p=0,0002 vs 4,81%, p=0,0515), maupun pada minggu ke-24 terapi (19,85%, p<0,0001 vs 8,83%, p=0,0676).


Pada kelompok intervensi, sebanyak 6/25 (24%) subjek berhasil mencapai perbaikan VES sebesar 30% dan 4/25 (16%) mencapai 50%. Sedangkan pada kelompok kontrol, jumlah subjek yang mencapai perbaikan VES 30% hanya 3/25 (12%) dan 1/25 (4%) yang mencapai 50%. Proporsi pasien mencapai perbaikan VES 30% dan 50% pada kedua kelompok.


Kualitas hidup pasien, yang dinilai dengan DLQI, menunjukkan perbaikan yang lebih signifikan pada kelompok intervensi dibandingkan kontrol dari baseline. Pada minggu ke-12 terapi, skor DLQI membaik 1,51 poin (p=0,0386) pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol membaik 0,84 poin (p=0,2935). Pada minggu ke-24 terapi, hasil DLQI pada kelompok intervensi membaik sebesar 2,47 poin (p<0,0001) dan pada kelompok kontrol hanya 1,85 poin (p=0,004).


Efek samping timbul sebanyak 18 kasus pada kelompok intervensi dan 16 kasus pada kelompok kontrol. Semua kasus tergolong ringan (grade 1) dan seluruhnya tidak dianggap berkaitan dengan tatalaksana yang diberikan. Oleh karena itu, toleransi terhadap intervensi yang diberikan sangat baik.


Dari hasil penelitian diatas, dapat dilihat bahwa didapatkan kejadian repigmentasi terjadi pada 20% subjek kelompok intervensi, dan hanya 9% pada kelompok kontrol. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pemberian suplementasi SOD-Gliadin dapat secara signifikan meningkatkan kejadian repigmentasi setelah 24 minggu terapi (p<0,0001). Peningkatan keberhasilan repigmentasi juga dikaitkan dengan perbaikan kualitas hidup pada penderita vitiligo.


Pada penelitian ini mayoritas subjek yang dilibatkan (92%) sudah pernah mengalami kegagalan pada minimal 1 lini terapi vitiligo dan durasi penyakitnya sudah mencapai 20 tahun. Oleh karena itu, dibutuhkan studi lebih lanjut terutapa pada onset yang lebih singkat untuk melihat apakah hasil efikasi akan sama.

 


Silakan baca juga: Glisodin, Super Oxide Dismutase ekstrak Melon dengan Gliadin, sebagai penangkal radikal bebas lini utama. 

Gambar: Ilustrasi (sumber: https://www.britannica.com/science/vitiligo)

Referensi: Fontas E, Montaudié H, Passeron T. Oral gliadin‐protected superoxide dismutase in addition to phototherapy for treating non‐segmental vitiligo: A 24‐week prospective randomized placebo‐controlled study. Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology. 2021. 


Share this article
Related Articles