Detail Article

Vaksin Covid-19 mRNA-1273, Ini yang Perlu Diketahui

dr. Dita Arccinirmala
Des 31
Share this article
6fefd9e06b1819d3f23eb1e2e8a0780c.jpg
Updated 31/Des/2020 .

Pada 18 Desember 2020, FDA memberikan Otorisasi Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization/EUA) untuk vaksin mRNA-1273 SARS-CoV-2 pada individu berusia 18 tahun ke atas. Uji klinis fase 3 dilakukan mulai Juli 2020 melibatkan lebih dari 30.000 peserta yang menerima dua dosis 100 μg pada hari ke-1 dan ke-29 atau plasebo. Sementara ini hasil yang didapatkan adalah tingkat efikasi vaksin sebesar 94,1% dan vaksin dapat ditoleransi dengan baik.

Sindrom pernapasan akut yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 muncul pada Desember 2019 dan menyebar secara global, menyebabkan pandemi penyakit coronavirus 2019 (Covid-19). Kebutuhan mendesak akan vaksin mendorong respons secara internasional, dengan lebih dari 120 kandidat vaksin SARS-CoV-2 yang mulai dikembangkan dalam 5 bulan pertama tahun 2020. Salah satunya adalah vaksin mRNA-1273, yang merupakan nanopartikel lipid yang dienkapsulasi, nucleoside-modified messenger RNA (mRNA) - yang mengkode glikoprotein SARS-CoV-2 spike (S) yang distabilkan dalam konformasi prefusi. Glikoprotein S memediasi perlekatan sel inang dan diperlukan untuk masuknya virus; ini adalah target utama untuk banyak kandidat vaksin SARS-CoV-2.


Pada 18 Desember 2020, FDA memberikan Otorisasi Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization/EUA) untuk vaksin mRNA-1273 SARS-CoV-2 pada individu berusia 18 tahun ke atas, setelah sebelumnya FDA memberikan EUA untuk vaksin BNT-162b2 SARS-CoV-2 pada pasien berusia 16 tahun ke atas pada 11 Desember 2020.


Profil vaksin mRNA-1273 SARS-CoV-2

1.   Vaksin kode genetik

2.   Dosis: 2 suntikan dengan jarak 28 hari

3.   Tidak perlu pengenceran

4.   Penyimpanan:

-         Beku (-20 ° C) selama 6 bulan

-         Suhu lemari es standar (2-8 ° C) selama 30 hari

-         Suhu ruangan: Hingga 12 jam


Pada 16 Maret 2020, uji klinis fase 1 dilakukan untuk menentukan keamanan, reaktogenisitas, dan imunogenisitas mRNA-1273. Peserta yang memenuhi syarat adalah orang dewasa sehat berusia 18 hingga 55 tahun yang menerima dua suntikan vaksin dengan jarak 28 hari dengan dosis 25 μg, 100 μg, atau 250 μg. Vaksin diberikan dengan dosis 0,5 mL di otot deltoid pada hari ke-1 dan ke-29; follow up dilakukan selama 7 dan 14 hari setelah masing-masing vaksinasi dan pada hari ke-57, 119, 209, dan 394. Peserta mencatat reaksi lokal dan sistemik, menggunakan alat bantu memori, selama 7 hari setelah setiap vaksinasi. Peserta tidak diinstruksikan untuk secara rutin menggunakan asetaminofen atau analgesik atau antipiretik lain sebelum atau setelah vaksinasi tetapi diminta untuk mencatat obat baru yang diminum.


Hasilnya, setelah vaksinasi pertama, respons antibodi lebih tinggi dengan dosis yang lebih tinggi. Setelah vaksinasi kedua, titer meningkat. Efek samping yang terjadi di antaranya kelelahan, menggigil, sakit kepala, mialgia, dan nyeri di tempat suntikan. Efek samping sistemik lebih umum terjadi setelah vaksinasi kedua, terutama dengan dosis tertinggi, dan tiga peserta (21%) dalam kelompok dosis 250 μg melaporkan satu atau lebih efek samping yang parah.


Uji klinis fase II dilakukan dengan dua kali vaksinasi dan selang waktu 28 hari pada dewasa sehat berusia 18-55 dan 55 tahun ke atas. Peserta menerima dosis 50 μg, dosis 100 μg, atau plasebo pada kedua vaksinasi dan akan diikuti selama 12 bulan setelah vaksinasi kedua.


Uji klinis fase 3 (COVE study) dimulai pada Juli 2020 dan masih berlangsung, melibatkan orang Amerika yang berusia 65 tahun ke atas; individu yang lebih muda dengan penyakit kronik risiko tinggi. Uji klinis dilakukan dengan National Institute of Allergy and Infectious Diseases dan melibatkan lebih dari 30.000 peserta yang menerima dua dosis 100 μg pada hari ke-1 dan ke-29 atau plasebo. Analisis efikasi utama yang dirilis 30 November 2020 melibatkan 196 peserta yang dinyatakan positif SARS-CoV-2 (kelompok plasebo: 185 kasus; kelompok vaksin: 11 kasus). Dari 30 orang yang menjadi sakit parah berada di kelompok plasebo, termasuk 1 orang yang meninggal. Tingkat efikasi vaksin sebesar 94,1% dan vaksin dapat ditoleransi dengan baik.


Data imunogenisitas pada 90 hari setelah vaksinasi kedua dievaluasi pada 34 peserta dalam uji coba fase 3. Pada dosis 100 μg, mRNA-1273 menghasilkan antibodi pengikat dan penetral tingkat tinggi yang sedikit menurun dari waktu ke waktu, seperti yang diharapkan, tetapi tetap meningkat pada semua peserta 3 bulan setelah vaksinasi booster.


Image : Ilustrasi (Photo by Artem Podrez from Pexels)

Referensi:

1. Jackson LA, Anderson EJ, Rouphael NG, Roberts PC, Makhene M, Coler RN, et al. An mRNA Vaccine against SARS-CoV-2 — Preliminary Report. N Engl J Med. 2020; 383:1920-31 https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa2022483

2.  Cennimo DJ. What is the mRNA-1273 coronavirus disease 2019 (COVID-19) vaccine? [Internet]. 2020 Dec 11 [cited 2020 Dec 21]. Available from: https://www.medscape.com/answers/2500139-201129/what-is-the-mrna-1273-coronavirus-disease-2019-covid-19-vaccine

3.  Widge AT, Rouphael NG, Jackson LA, Anderson EJ, Roberts PC, Chappell JD, et al. Durability of Responses after SARS-CoV-2 mRNA-1273 Vaccination. NEJM [Internet]. 2020 Dec 3. Available from: https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMc2032195


Share this article
Related Articles