Detail Article

Dapatkah Saliva Digunakan Untuk Diagnostik Covid-19?, Ini Hasil Studinya.

dr. Kupiya Timbul Wahyudi
Mei 08
Share this article
fc8979d5a5004418258dd7f4decb96c9.jpg
Updated 01/Sep/2022 .

Saat ini diagnosis COVID-19 dibuat melalui swab nasofaring, Real Time reverse transcription Polymerase Chain Reaction (rRT-PCR) dari spesimen pernapasan merupakan tes standar emas untuk mendeteksi infeksi SARS-CoV-2. Studi terbaru menunjukkan bahwa pemeriksaan saliva dapat digunakan sebagai diagnostik Covid-19, hal ini merupakan kesimpulan dari studi yang dilakukan oleh Dr. Lorenzo Azzia dari Unit of Oral Medicine and Pathology, ASST dei Sette Laghi, Department of Medicine and Surgery, University of Insubria, Varese, Italy dan kolega yang telah dipublikasikan secara online dalam Journal of Infection baru-baru ini.

Penggunaan air liur sebagai sampel diagnostik memiliki beberapa keuntungan: karena air liur dapat dengan mudah disediakan oleh pasien, tidak memerlukan personel khusus untuk pengumpulannya. Selain itu, kenyamanan prosedur secara bermakna lebih tinggi jika dibandingkan dengan prosedur swab nasofaring atau dahak.


Dalam studinya, Dr. Lorenzo Azzia menganalisis sampel saliva pasien COVID-19 dan membandingkan hasilnya dengan data klinis dan laboratorium mereka. Sampel saliva dari 25 pasien COVID-19 dianalisis dengan rRT-PCR. Data berikut dikumpulkan: usia, jenis kelamin, komorbiditas, obat-obatan. Nilai laktat dehidrogenase (LDH) dan protein C reaktif ultrasensitif (usRCP) didaftarkan pada hari yang sama ketika swab saliva dikumpulkan. Prevalensi kepositifan dalam air liur dan hubungan antara data klinis dan "the cycle threshold" sebagai indikator viral load semikuantitatif dipertimbangkan.


Dua puluh lima subjek dilibatkan dalam penelitian ini, 17 pria dan 8 wanita. Usia rata-rata adalah 61,5 +/- 11,2 tahun. Gangguan kardiovaskular dan / atau dismetabolik diamati pada 65,22% kasus. Semua sampel diuji positif untuk keberadaan SARS-CoV-2, sementara ada hubungan terbalik antara nilai LDH dan Ct. Dua pasien menunjukkan hasil saliva positif pada hari yang sama ketika apusan faring atau pernapasan menunjukkan konversi.


Dari studi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa saliva adalah alat yang andal untuk mendeteksi SARS-CoV-2. Peran saliva dalam diagnosis COVID-19 tidak dapat terbatas pada deteksi kualitatif virus, tetapi juga dapat memberikan informasi tentang evolusi klinis penyakit.

 


Image: Ilustrasi (sumber: https://oncologynews.com.au/)

Referensi: Lorenzo Azzia, Giulio Carcano, Francesco Gianfagna, Paolo Grossi, Daniela Dalla Gasperinae Angelo Genoni, Mauro Fasano, Fausto Sessa, Lucia Tettamanti, Francesco Carincii, Vittorio Maurino, Agostino Rossi, AngeloTagliabue, Andreina Baj. Saliva is a reliable tool to detect SARS-CoV-2. Journal of Infection 2020. [Internet. Cited 28/4/2020]. Available at:https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/  S0163445320302139


 

Share this article
Related Articles
Related Products
0d3e9f3b575fc4ca83e225c2fd676185.jpg
11437aabd4be90bb086737b9445a954d.png
57ba94f5a2290f52af8b1d47db41d452.jpg
19e3e0b067e8465cf29fce7092c2a4f0.jpg
0bcab55e2964aa38590fc4b6a2e4603a.jpg
bf395dbe06d3485fd0bfef5a98e319f2.jpg
aabbdb7f64b9141e089716c2d5da8874.png
6a4546d00a93928c274d33ad60065abe.jpg
6aa6e520713ff3af0d21664234640e93.jpg
8b8f86b712a585b43799bd481e410327.jpg