Vitamin D dapat diperoleh dari makanan, dan juga hasil konversi 7-dehydrocholesterol di kulit dengan iradiasi ultraviolet. Banyak studi telah mengkonfirmasi defisiensi vitamin D yang dikaitkan dengan banyak penyakit, khususnya penyakit ginjal dan paling representatif adalah pasien nefropati diabetik, dan kadar vitamin D yang rendah akan menyebabkan penyakit lebih berat.
Studi pada hewan telah menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D dapat meningkatkan aktivitas sistem RAAS. Sebagai tambahan, kadar vitamin D yang lebih rendah lebih mungkin mengalami resistensi insulin. Terdapat banyak studi berbasis terapi ACEI atau ARB yang menggunakan vitamin D aktif untuk menurunkan proteinuria dan melindungi ginjal. Kombinasi calcitriol dengan penghambat sistem RAAS dapat menekan peningkatan renin reaktif dengan lebih efektif. Oleh karena itu, untuk mengkonfirmasi apakah terapi dengan calcitriol untuk penyakit ginjal diabetik efektif, maka dilakukan suatu studi meta-analisis.
Suatu studi meta-analisis telah dilakukan untuk menilai efek kuratif dari calcitriol untuk nefropati diabetik dari berbagai studi yang relevan dan memenuhi syarat yang ada di database Chinese VIP, Wan Fang Data, China National Knowledge Infrastructure, PubMed, Embase, dan Google Scholar.
Hasilnya dari analisis 20 studi acak dengan kontrol (n=1.450, kelompok terapi 856 kasus dan kelompok kontrol 594 kasus) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan penggunaan ACEI/ARB saja, kombinasi ACEI/ARB dengan calcitriol berbagai dosis (0,25 mcg/hari, 0,5 mcg/hari, 0,25-0,5 mcg/hari) dapat secara bermakna menurunkan protein 24 jam (0,46%, p<0,00001), dan dapat menurunkan hipersensitive C-reactive protein (0,63%, p=0,001) dan (0,6%, p<0,00001). Namun, tidak ditemukan perbedaan nyata pada glycosylated hemoglobin dan laju filtrasi glomerulus, kreatinin serum yang lebih rendah, dan peningkatan konsentrasi ion kalsium.
Dari hasil meta-analisis tersebut disimpulkan bahwa dibandingkan dengan penggunaan ACEI/ARB saja, dampak dari pemberian calcitriol pada nefropati diabetik lebih nyata, khususnya penurunan protein urin 24 jam dan hipersensitive C-reactive protein. Diperlukan lebih banyak uji klinik acak untuk mengkonfirmasi hasil tersebut.
Image: Ilustrasi (sumber: http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Referensi:
1. Mou X, Zhou DY, Zhou DY. The effect of active vitamin D on diabetic nephropathy - A meta-analysis of randomized controlled trials. RISM. 2019;000596.4(5).
2. Mallayasamy M, David HA, Pandian RS. Comparison of angiotensin receptor blocker alone and in combination with vitamin D analogue in reducing proteinuria in diabetic nephropathy patients. Int J Pharm Pharm Sci.2014;6(8):201-5.