Syok sepsis merupakan kondisi gangguan metabolisme yang gejala klinisnya sangat mirip dengan defisiensi thiamine. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa pasien kritis seringnya mengalami defisiensi thiamine, dengan stres metabolik, penurunan atau perburukan asupan nutrisi dan adanya komorbiditas yang menjadi faktor risiko terjadinya defisiensi.
Penelitian terbaru oleh Domino, dkk menilai pemberian thiamine pada 88 pasien syok sepsis menunjukkan tidak adanya manfaat pada semua pasien. Namun, pada pasien dengan syok sepsis dan pada hasil laboratorium yang mengalami defisiensi thiamine, pemberian thiamine dikaitkan dengan penurunan laktat pada 24 jam dan memungkinkan untuk terjadinya penurunan mortalitas. Pada prakteknya, klinisi memberikan thiamine jika dicurigai adanya defisiensi thiamine, khususnya pada pasien dengan konsumsi alkohol jangka panjang atau faktor risiko lain untuk terjadinya defisiensi thiamine.
Thiamine merupakan komponen penting metabolisme aerob pada manusia, berfungsi sebagai kofaktor pyruvate dehydrogenase dan alpha-ketoglutarate dehydrogenase dalam siklus Krebs. Selain perannya dalam metabolisme oksidatif mitokondria, thiamine juga berperan penting pada jalur pentose-phosphate dimana membantu dalam regenerasi untuk menurunkan senyawa nicotinamide adenine dinucleotide phosphate.
Defisiensi thiamine pyrophosphate, yang merupakan fosforilasi dan bentuk aktif dari thiamine, berfungsi menghambat siklus Krebs yang menyebabkan metabolisme oksidatif menjadi tidak aktif dan memproduksi adenosine triphosphate. Gangguan yang muncul akibat defisiensi thiamine meliputi asidosis laktat, hipotensi, dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Pasien syok sepsis mempunyai risiko khusus untuk terjadi defisiensi thiamine yang disebabkan karena meningkatnya stress oksidatif mitokondria, asupan nutrisi yang menurun dan penyakit yang mendasari sebelumnya.
Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menilai kebenaran hipotesis bahwa pasien kritis dengan syok sepsis yang terpapar dengan thiamine menunjukkan perbaikan kadar laktat dan outcome klinis yang beragam dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan thiamine. Desain dan metodenya adalah retrospektif, single center, subyeknya adalah pasien dewasa yang dirawat berdasarkan ICD-9 dan ICD-10 mempunyai diagnosis syok sepsis atau pasien pembedahan yang dirawat di ICU. Kemudian pasien yang mendapatkan suplementasi thiamine IV dalam 24 jam setelah perawatan di RS diidentifikasi dan dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapatkan thiamine.
Hasilnya menunjukkan pada pasien yang mendapatkan thiamine secara bermakna mengalami penurunan "lactate clearance" pada syok sepsis serta dampak sekunder menunjukkan adanya penurunan mortalitas pada 28 hari setelahnya.
Image: Ilustrasi
Referensi:
1. Woolum JA, Abner EL, Kelly A, Bastin MLT, Morris PE, Flannery AH. Effect of Thiamine Administration on Lactate Clearance and Mortality in Patients With Septic Shock. Critical Care Medicine 2018;20:30.
2. Collie JTB, Greaves RF, Jones OAH, et al. Vitamin B1 in critically ill patients: Needs and challenges. Clin Chem Lab Med 2017;55:1652–68.