Detail Article

Pengaruh Suplementasi Vitamin D terhadap Sensitivitas dan Sekresi Insulin pada Prediabetes

dr. Karen Denisa
Agt 01
Share this article
192f29dc8a36f3961ba8bac4d1cd6276.jpg
Updated 01/Agt/2025 .

Beberapa studi observasional menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang rendah dalam darah berhubungan erat dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2. Meskipun uji klinis acak pada individu dengan prediabetes menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D tidak secara signifikan menurunkan risiko diabetes, meta-analisis terbaru menunjukkan manfaat suplementasi vitamin D dalam memperlambat progresi ke diabetes (penurunan risiko relatif 11% – 12%) serta meningkatkan kemungkinan kembali ke regulasi glukosa normal (peningkatan manfaat relatif 48%). 

Vitamin D diduga berperan dalam menjaga keseimbangan glukosa, meskipun mekanismenya belum sepenuhnya dipahami. Sel β pankreas memiliki reseptor vitamin D (VDR), dan studi pada hewan menunjukkan bahwa kekurangan VDR mengganggu sekresi insulin, sementara ekspresi VDR yang tinggi melindungi dari kerusakan sel β dan peradangan. Vitamin D juga diketahui meningkatkan sensitivitas insulin melalui peningkatan ekspresi reseptor insulin dan efektivitas kerjanya. Namun, studi intervensi menunjukkan hasil yang bervariasi, kemungkinan karena ukuran sampel kecil, durasi pendek, dan populasi serta intervensi yang tidak homogen. Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk mengevaluasi secara acak dan terkontrol efek suplementasi vitamin D3 terhadap pencegahan diabetes tipe 2 pada orang dewasa di AS dengan prediabetes dan kelebihan berat badan atau obesitas, dan analisis sekunder ini secara khusus menilai dampaknya terhadap sensitivitas insulin dan fungsi sel β.


Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda terkontrol plasebo yang dilakukan di 22 lokasi di Amerika Serikat untuk mengevaluasi efek suplementasi vitamin D3 dosis 4000 IU per hari selama 24 bulan terhadap sensitivitas insulin dan fungsi sel β pada orang dewasa dengan prediabetes dan kelebihan berat badan atau obesitas. Peserta dipilih berdasarkan dua dari tiga kriteria glikemik prediabetes sesuai pedoman ADA 2010, tanpa mempertimbangkan kadar vitamin D awal. Selama studi, dilakukan tes toleransi glukosa oral (OGTT) serta pengukuran kadar glukosa, insulin, dan C-peptida pada bulan ke-0, 12, dan 24. Fungsi sel β dan sensitivitas insulin dihitung menggunakan indeks HOMA2, CPI, IGI, dan disposition index. Analisis difokuskan pada peserta dengan data lengkap, dan data dihentikan saat peserta mengalami diabetes, menghentikan intervensi, atau mengonsumsi suplemen di luar ketentuan. Analisis statistik dilakukan dengan model campuran linier, log-transformasi, dan uji Wilcoxon, serta analisis subkelompok dilakukan pada peserta dengan kadar 25(OH)D awal <12 ng/mL dan <20 ng/mL.


Sebanyak 1774 peserta dianalisis dalam studi ini, dengan usia rata-rata 60,5 tahun dan indeks massa tubuh (IMT) rata-rata 31,9 kg/m². Kadar vitamin D awal rata-rata sebesar 27,9 ng/mL dan meningkat menjadi 54,9 ng/mL pada kelompok vitamin D setelah 24 bulan, sementara tetap stabil pada kelompok plasebo. Selama 24 bulan, kejadian diabetes lebih rendah secara signifikan pada kelompok vitamin D dibandingkan plasebo (13,1% vs 18,0%; hazard ratio [HR] 0,70; interval kepercayaan 95% [CI], 0,54–0,91). Namun, secara keseluruhan, tidak ada perbedaan bermakna dalam perubahan indeks fungsi sel β (disposition index berbasis C-peptida [DIcpep] dan disposition index berbasis insulin [DIins]), sensitivitas insulin (homeostasis model assessment 2 dari C-peptida [HOMA2%Scpep] dan homeostasis model assessment 2 dari insulin [HOMA2%Sins]), maupun respons awal terhadap glukosa (indeks C-peptida [C-peptide index, CPI] dan indeks insulinogenik [insulinogenic index, IGI]) antara kedua kelompok. Menariknya, pada subkelompok dengan kadar vitamin D awal sangat rendah (<12 ng/mL), ditemukan peningkatan signifikan fungsi sel β dengan suplementasi vitamin D dibandingkan plasebo (perbedaan rata-rata DIcpep 8,5% dan DIins 18,5%). Temuan ini menunjukkan manfaat potensial suplementasi vitamin D terhadap fungsi sel β hanya pada individu dengan defisiensi vitamin D yang berat.

 

Kesimpulan:

Meskipun secara keseluruhan suplementasi vitamin D tidak menunjukkan perbedaan signifikan terhadap fungsi sel β dan sensitivitas insulin pada individu dengan pradiabetes, hasil studi ini menunjukkan adanya manfaat nyata pada kelompok dengan kadar vitamin D sangat rendah (25[OH]D <12 ng/mL) yang mendapakan suplementasi vitamin D, di mana terjadi peningkatan fungsi sel β yang lebih baik dibandingkan plasebo.


Ilustrasi: Foto (Freepik)

Referensi:

Rasouli N, Brodsky IG, Chatterjee R, Kim SH, Pratley RE, Staten MA, et al. Effects of vitamin D supplementation on insulin sensitivity and secretion in prediabetes. J Clin Endocrinol Metab. 2022;107(1):230-40. doi: 10.1210/clinem/dgab649

Share this article
Related Articles