Kalsifikasi arteri koroner (CAC) dan kalsifikasi katup aorta (AVC) merupakan faktor penting penyebab serangan jantung dan stenosis aorta, yang meningkat seiring usia dan lebih sering terjadi pada pria. Vitamin K2 dan D diketahui berperan melindungi pembuluh darah dari kalsifikasi dengan mengaktifkan protein matriks Gla (MGP), penghambat alami proses kalsifikasi. Hasil penelitian AVADEC menunjukkan tidak ada efek signifikan terhadap progresi AVC, namun analisis lanjutan menilai dampaknya pada CAC dan perubahan plak koroner.
Penelitian AVADEC merupakan uji klinis acak multisenter dengan desain tersamar ganda terkontrol plasebo yang dilakukan di empat rumah sakit di Denmark untuk menilai efek suplementasi vitamin K2 dan D terhadap progresi kalsifikasi arteri koroner (CAC) dan katup aorta (AVC). Peserta adalah pria berusia 65–74 tahun dengan skor AVC ≥300 AU, direkrut dari studi DANCAVAS, dan diacak menerima vitamin K2 (720 µg/hari) serta vitamin D (25 µg/hari) atau plasebo selama 24 bulan. Pemeriksaan klinis dan pengambilan darah dilakukan setiap 6 bulan, sementara CT scan tanpa kontras dilakukan pada awal, tahun pertama, dan tahun kedua untuk menilai skor CAC, serta CT angiografi kontras untuk menganalisis volume dan jenis plak koroner menggunakan perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan. Titik akhir utama adalah perubahan skor CAC dari awal hingga 24 bulan, sedangkan titik akhir sekunder meliputi perubahan volume plak, tingkat penyempitan arteri, dan keamanan berupa gabungan kejadian infark miokard, revaskularisasi, serta kematian. Analisis statistik dilakukan dengan model efek campuran berdasarkan prinsip intention-to-treat.
Sebanyak 389 peserta dari 4 pusat penelitian diikutsertakan dalam uji klinis AVADEC, namun 85 orang dikeluarkan karena memiliki penyakit jantung iskemik atau data CT yang tidak lengkap, sehingga total 304 peserta (155 plasebo, 149 intervensi) menyelesaikan penelitian. Rata-rata usia peserta adalah 71 tahun, dengan karakteristik dasar yang seimbang antara kelompok, kecuali riwayat penyakit jantung keluarga yang lebih tinggi secara signifikan pada kelompok intervensi (14% vs 7%) dan tekanan darah diastolik yang lebih rendah secara signifikan (83 mmHg vs 87 mmHg). Penggunaan statin umum pada kedua kelompok (68,4% vs 73,2%). Skor median CAC awal adalah 655 AU pada kelompok plasebo dan 636 AU pada kelompok suplementasi vitamin K2+D.
Hasil utama menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam progresi CAC selama 2 tahun (254 AU vs 203 AU), dengan selisih rata-rata 51 AU. Analisis subkelompok dengan kepatuhan ≥90% juga menunjukkan hasil serupa (247 AU vs 210 AU). Namun, pada peserta yang menggunakan statin, terdapat penurunan signifikan pada progresi CAC, dan hasil yang signifikan juga ditemukan dengan metode akar kuadrat. Pada analisis sekunder, tidak ada perbedaan signifikan pada peserta dengan skor CAC <400 AU (81 vs 77 AU), tetapi pada mereka dengan skor ≥400 AU, progresi CAC lebih rendah secara signifikan pada kelompok intervensi (380 vs 288 AU) serta signifikan dengan metode akar kuadrat. Analisis volume plak menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok untuk plak nonkalsifikasi (46 mm³ vs –6 mm³) ataupun untuk perkembangan stenosis koroner (perubahan 8,0% vs 4,5%). Dari sisi keamanan, hanya 3 peserta (1,9%) pada kelompok suplementasi mengalami kejadian klinis seperti infark miokard, revaskularisasi, atau kematian dibandingkan 10 peserta (6,7%) pada kelompok plasebo.
Kesimpulan:
Suplementasi vitamin K2 dan D menunjukkan manfaat potensial pada pasien dengan skor CAC ≥400 AU dan dalam menurunkan kejadian klinis kardiovaskular, meskipun tidak secara signifikan menurunkan progresi CAC secara keseluruhan.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: prathanchorruangsak-Envato element)
Referensi:
Hasific S, Oevrehus KA, Lindholt JS, Mejldal A, Dey D, Dahl JS, et al. Effects of vitamin K2 and D supplementation on coronary artery disease in men: a RCT. JACC: Advances. 2023 Nov 1;2(9):100643.