Penyakit coronavirus (coronavirus disease-2019/ COVID-19) derajat parah dapat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome/ARDS) yang melibatkan infiltrasi alveolar oleh neutrofil yang teraktivasi. Metoprolol, obat antihipertensi dari golongan beta-blocker, telah digunakan selama beberapa dekade untuk mengobati berbagai kondisi penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, aritmia, dan infark miokard.
Studi-studi sebelumnya telah menetapkan hubungan antara terapi beta-blocker dan peningkatan kelangsungan hidup pada pasien sakit kritis, seperti: sepsis, gagal napas akut, cedera otak traumatis berat, dan lain-lain. Temuan terbaru menunjukkan bahwa metoprolol memiliki efek langsung pada neutrofil dan meredam efek merusaknya selama peradangan yang memburuk.
Para peneliti (Clemente-Moragón, et al) mengevaluasi pengaruh metoprolol terhadap peradangan alveolar dan fungsi pernapasan pada pasien dengan ARDS terkait COVID-19 dalam studi pilot mereka. Sebanyak 20 pasien COVID-19 dengan ARDS pada ventilasi mekanis invasif secara acak diberikan terapi metoprolol (15 mg setiap hari selama 3 hari) atau masuk kelompok kontrol (tanpa pengobatan). Semua pasien menjalani bronchoalveolar lavage (BAL) sebelum dan setelah metoprolol/kontrol. Keamanan pemberian metoprolol dievaluasi dengan hemodinamik invasif dan pemantauan elektrokardiogram serta ekokardiografi.
Berikut temuan-temuan hasil studi pilot tersebut:
. Pemberian metoprolol tidak menunjukkan efek samping.
. Pada awal studi (baseline), konten neutrofil dalam BAL tidak berbeda antar kelompok. Sebaliknya, pasien pada kelompok metoprolol memiliki neutrofil yang jauh lebih sedikit pada pemeriksaan BAL hari ke-4 (median: 14,3 neutrofil/ml [Q1, Q3: 4,63, 265 neutrofil/ml] vs median: 397 neutrofil/ml [Q1, Q3: 222, 1.346 neutrofil/ ml] pada kelompok metoprolol dan kontrol; P= 0,016).
. Metoprolol juga mengurangi konten terjebak neutrofil ekstraseluler dan penanda peradangan paru lainnya.
. Oksigenasi (PaO2:FiO2) meningkat secara signifikan setelah 3 hari pemberian metoprolol, sedangkan pada subjek kontrol tetap tidak berubah (median: 130 [Q1, Q3: 110, 162] vs median: 267 [Q1, Q3: 199, 298] pada awal dan hari ke-4, pada kelompok metoprolol dan kontrol; P 0,003).
. Pasien yang mendapat terapi metoprolol memerlukan ventilasi mekanis invasif lebih singkat dibandingkan pada kelompok kontrol (15,5 ± 7,6 vs 21,9 ± 12,6 hari; P= 0,17).
KESIMPULAN
Dalam uji coba pilot tersebut, pemberian metoprolol intravena kepada pasien dengan ARDS terkait COVID-19 aman, mengurangi perburukan radang paru, dan meningkatkan oksigenasi. Pemanfaatan metoprolol untuk ARDS terkait COVID-19 tampaknya merupakan strategi yang aman dan tidak mahal yang dapat meringankan beban pandemi COVID-19 yang layak dipertimbangkan.
Gambar: Ilustrasi (Image by kjpargeter - www.freepik.com)
Referensi:
Clemente-Moragón A, Martínez-Milla J, Oliver E, Santos A, Flandes J, Fernández I, Rodríguez-González L, et al. Metoprolol in Critically Ill Patients With COVID-19. J Am Coll Cardiol. 2021 Sep 7;78(10):1001-1011. doi: 10.1016/j.jacc.2021.07.003.