
Vitamin D, yang berperan penting bagi kesehatan, dapat diperoleh dari makanan, suplemen, obat-obatan, atau diproduksi tubuh. Setelah masuk ke dalam tubuh, vitamin D diproses di hati menjadi 25-hidroksivitamin D (25(OH)D) dan kemudian diubah di ginjal menjadi bentuk aktif, 1,25-dihidroksivitamin D, yang digunakan tubuh. Ada dua jenis utama vitamin D, yaitu D2 dan D3. Keduanya diproses di hati menjadi bentuk yang sama dan beredar dalam darah dalam waktu yang lebih lama dibanding bentuk lain. Vitamin D yang tidak digunakan akan dipecah dan dikeluarkan melalui empedu serta feses.
Penelitian menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D cukup umum terjadi di berbagai negara, termasuk Polandia, meskipun dampaknya terhadap kesehatan masyarakat masih terus dipelajari. Sebagian besar penelitian menyebutkan bahwa kekurangan vitamin D dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, meskipun ada juga beberapa studi yang tidak menemukan hubungan ini. Meski hasil penelitian bervariasi, banyak studi jangka panjang menunjukkan manfaat vitamin D dalam mencegah kanker dan menurunkan risiko kematian.
Konsensus terbaru dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang semakin kuat mengenai manfaat vitamin D bagi kesehatan di semua usia, dengan tujuan memberikan panduan yang jelas tentang pencegahan dan pengobatan kekurangan vitamin D.
Rekomendasi Vitamin D Berdasarkan Pembaruan 2023:
- Jadwal pencegahan dan pengobatan kekurangan vitamin D di Polandia menggunakan cholecalciferol (vitamin D3) sebagai pilihan utama, dan calcifediol sebagai pilihan kedua untuk kondisi medis tertentu. Calcifediol digunakan jika cholecalciferol tidak meningkatkan kadar 25(OH)D dalam darah atau jika diperlukan peningkatan cepat.
- Pencegahan kekurangan vitamin D untuk populasi umum harus disesuaikan secara pribadi, bergantung pada usia, berat badan, paparan sinar matahari, pola makan, dan gaya hidup.
- Jika tidak ada panduan khusus untuk penyakit tertentu, pencegahan kekurangan vitamin D pada kelompok berisiko harus mengikuti rekomendasi untuk populasi umum dengan dosis maksimal harian sesuai kelompok usia.
- Untuk populasi umum yang mengalami kekurangan vitamin D yang telah terbukti secara medis, dosis cholecalciferol (atau calcifediol) harus disesuaikan berdasarkan kadar 25(OH)D dalam darah, usia, dan berat badan.
- Pada kelompok berisiko yang mengalami kekurangan vitamin D, dosis cholecalciferol (atau calcifediol) harus disesuaikan berdasarkan kadar 25(OH)D dalam darah, usia, jenis penyakit yang diderita, pengobatan yang dijalani, serta berat badan.
- Menyesuaikan jadwal pemberian dosis sesuai preferensi pasien, misalnya dengan pemberian mingguan atau bulanan, dapat meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.
- Untuk populasi umum, tidak ada ketentuan khusus untuk pemeriksaan kadar 25(OH)D dalam darah, dan pemeriksaan massal untuk seluruh populasi tidak disarankan.
- Untuk kelompok berisiko, pemeriksaan kadar vitamin D dalam darah sangat dianjurkan.
- Jika suplemen calcifediol diberikan dalam dosis harian 10 µg dalam bentuk larutan oral karena alasan medis, pemeriksaan kadar 25(OH)D pertama dianjurkan dilakukan dalam 6–8 hari setelah memulai suplemen.
Pencegahan Kekurangan Vitamin D Berdasarkan Rekomendasi untuk Populasi Umum:
1. Bayi Baru Lahir dan Anak Usia Dini
- Bayi 0–6 bulan: Disarankan mengonsumsi 400 IU/hari (10 µg/hari) vitamin D3 sejak hari pertama kehidupan, tanpa melihat metode pemberian ASI atau susu formula.
- Bayi 6–12 bulan: Disarankan mengonsumsi 400–600 IU/hari (10–15 µg/hari), tergantung dari asupan vitamin D dalam makanan sehari-hari.
- Bayi cukup bulan yang sehat: Tidak disarankan menggunakan calcifediol.
2. Anak-Anak (1–10 Tahun)
- Anak usia 1–3 tahun: Dianjurkan mengonsumsi 600 IU/hari (15 µg/hari) vitamin D3 sepanjang tahun karena keterbatasan paparan sinar matahari.
- Anak usia 4–10 tahun: Jika mereka sering berjemur selama 15–30 menit antara pukul 10.00–15.00 tanpa tabir surya dari Mei hingga September, suplemen vitamin D3 tidak wajib, tetapi tetap dianjurkan.
- Jika anak kurang terpapar sinar matahari, dianjurkan konsumsi 600–1.000 IU/hari (15–25 µg/hari) sepanjang tahun, tergantung berat badan dan asupan makanan.
- Calcifediol tidak disarankan untuk anak usia 1–10 tahun.
3. Remaja (11–18 Tahun)
- Pilihan utama: Vitamin D3, dengan calcifediol sebagai alternatif jika diperlukan.
- Jika remaja rutin berjemur selama 30–45 menit antara pukul 10.00–15.00 tanpa tabir surya dari Mei hingga September, suplemen vitamin D3 tidak wajib, tetapi tetap aman dan dianjurkan.
- Jika tidak cukup terpapar sinar matahari, disarankan konsumsi 1.000–2.000 IU/hari (25–50 µg/hari) sepanjang tahun.
- Alternatif: Jika tidak memenuhi rekomendasi, dapat mengonsumsi calcifediol 10 µg/hari (larutan oral), dengan pemeriksaan kadar vitamin D dalam darah setelah 6–8 hari.
4. Dewasa (19–65 Tahun)
- Pilihan utama: Vitamin D3, dengan calcifediol sebagai alternatif jika diperlukan.
- Jika rutin berjemur selama 30–45 menit antara pukul 10.00–15.00 tanpa tabir surya dari Mei hingga September, suplemen vitamin D3 tidak wajib, tetapi tetap dianjurkan.
- Jika tidak cukup terpapar sinar matahari, disarankan konsumsi 1000–2000 IU/hari (25–50 µg/hari) sepanjang tahun.
- Alternatif: Jika tidak memenuhi rekomendasi, dapat mengonsumsi calcifediol 10 µg/hari (larutan oral), dengan pemeriksaan kadar vitamin D dalam darah setelah 6–8 hari.
5. Lansia (>65 Tahun)
a. Lansia Muda (65–75 Tahun)
- Vitamin D3 tetap menjadi pilihan utama, dengan calcifediol sebagai alternatif.
- Karena produksi vitamin D di kulit menurun, dianjurkan konsumsi 1.000–2.000 IU/hari (25–50 µg/hari) sepanjang tahun.
- Jika tidak memenuhi rekomendasi, calcifediol 10 µg/hari (larutan oral) bisa digunakan sebagai alternatif, dengan pemeriksaan kadar vitamin D setelah 6–8 hari.
b. Lansia Tua (>75 Tahun) dan Lansia Sangat Tua (>90 Tahun)
- Vitamin D3 tetap menjadi pilihan utama, dengan calcifediol sebagai alternatif.
- Karena produksi vitamin D menurun, risiko penyerapan yang buruk, dan metabolisme yang berubah, dianjurkan konsumsi 2.000–4.000 IU/hari (50–100 µg/hari) sepanjang tahun.
- Jika tidak memenuhi rekomendasi, calcifediol 10 µg/hari (larutan oral) bisa digunakan sebagai alternatif, dengan pemeriksaan kadar vitamin D setelah 6–8 hari.
6. Ibu Hamil dan Menyusui
- Wanita yang merencanakan kehamilan harus mengonsumsi vitamin D3 (atau calcifediol jika perlu), sebaiknya dengan pemantauan kadar vitamin D dalam darah.
- Saat hamil hingga menyusui, suplementasi vitamin D3 harus dipantau agar kadar vitamin D tetap optimal (>30–50 ng/mL).
- Jika tidak bisa melakukan tes darah, dianjurkan konsumsi 2.000 IU/hari (50 µg/hari) sepanjang kehamilan dan menyusui.
- Pada kondisi medis tertentu, calcifediol 10 µg/hari dapat digunakan, tetapi harus dengan pengawasan dokter karena di luar indikasi yang terdaftar.
7. Bayi Prematur
a. Bayi lahir sebelum usia 32 minggu kehamilan
- Jika sudah bisa mendapatkan nutrisi melalui saluran pencernaan, diberikan 800 IU/hari (20 µg/hari) vitamin D3 sejak hari pertama kehidupan hingga bulan pertama.
- Pemantauan kadar vitamin D dalam darah harus dilakukan setelah 4 minggu konsumsi suplemen.
- Dosis lebih dari 1.000 IU/hari (25 µg/hari) dapat berisiko overdosis, terutama bagi bayi dengan berat lahir di bawah 1.000 g.
b. Bayi lahir pada usia 33–36 minggu kehamilan
- Dianjurkan konsumsi 400 IU/hari (10 µg/hari) vitamin D3 sejak hari pertama kehidupan, tanpa melihat metode pemberian ASI atau susu formula.
- Tidak perlu pemeriksaan kadar vitamin D dalam darah secara rutin, kecuali pada bayi dengan risiko tinggi kekurangan vitamin D, seperti yang mendapat nutrisi melalui infus lebih dari 2 minggu, terapi ketoconazole lebih dari 2 minggu, terapi antikejang, kolestasis, atau berat lahir di bawah 1.500 g.
Rekomendasi ini bertujuan untuk memastikan setiap kelompok usia mendapatkan asupan vitamin D yang cukup guna mencegah kekurangan dan menjaga kesehatan secara optimal.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: Pexels)
Referensi:
Płudowski P, Kos-Kudła B, Walczak M, Fal A, Zozulińska-Ziółkiewicz D, Sieroszewski P, et al. Guidelines for preventing and treating vitamin D deficiency: A 2023 update in Poland. Nutrients 2023 Jan 30;15(3):695.