Pasien yang baru terdiagnosis diabetes melitus tipe II dapat menderita hiperglikemia berat dengan gula darah 300-350 mg/dL tanpa ketoasidosis diabetik maupun hyperosmolar hyperglycemia. Penelitian menunjukan bahwa hampir semua penderita diabetes melitus tipe II yang baru terdiagnosis dan datang dengan hiperglikemia berat, terapi oral kombinasi DPP-4 inhibitor dan metformin seperti Kombiglyze XR merupakan terapi yang efektif sebagai alternatif penggunaan insulin.
Hampir setiap rekomendasi terpublikasi menyarankan penggunaan terapi insulin pada pasien dengan hiperglikemia berat. Meskipun begitu, inisiasi pemberian insulin terkadang menyulitkan karena membutuhkan waktu untuk mengedukasi mengenai cara menyuntikkan insulin dan memantau gula darah secara mandiri. Sulfonilurea terbukti dapat menurunkan gula darah pasien hiperglikemia berat pada sebuah studi campuran retrospektif/prospektif. Pada studi acak prospektif, glipizide terbukti memiliki efektifitas yang serupa dengan insulin dalam menurunkan gula darah yang tinggi (300-700 mg/dL) secara cepat pada pasien dengan hbA1c kurang dari 13%. Diantara sediaan oral yang sudah ada, dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor adalah pemicu sekresi insulin yang efektif dengan efek samping hipoglikemia yang lebih rendah dibandingkan sediaan oral lainnya. Kombinasi antara DPP-4 inhibitor dan metformin menguntungkan karena meningkatkan sekresi insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin secara bersamaan.
Studi ini merupakan studi label terbuka, acak terkontrol selama 12 minggu pada 100 pasien dewasa penderita diabetes melitus tipe 2 yang baru terdiagnosis dengan membandingkan penggunaan Kombiglyze XR (K group) yang merupakan kombinasi saxagliptin 5 mg dan metformin 1000 mg dengan glipizide XL (G group) 10 mg setiap hari. Pemberian Kombiglyze XR dengan dosis awal saxagliptin 5 mg dan metformin 1000 mg, dinaikan sesuai dengan toleransi setelah 7 hari pemberian menjadi 5/2000 mg setiap harinya; sedangkan glipizide diberikan dengan dosis tetap 10 mg.
Pada akhir penelitian, rata-rata glukosa darah kelompok K dan G adalah 137 dan 129 mg/dL (7.6 dan 7.1 mmol/L). Target gula darah puasa sebesar 80-130 mg/dL tercapai pada kelompok K sebesar 54% dan pada kelompok G sebesar 66% (P = NS). Sel HOMA-β menunjukkan perbaikan sebesar 5.8- dan 5.9-kali dibandingkan dengan sebelumnya pada kelompok K dan kelompok G. Sedangkan EIR mengalami kenaikan sebesar 9.5- dan 13.1-kali dibandingkan dengan sebelumnya pada kelompok K dan kelompok G pada akhir penelitian.
Prevalensi hipoglikemia ditemukan lebih rendah pada kelompok K (8% dengan 4 episode) dibandingkan dengan kelompok G (24% dengan 27 episode). Angka kejadian hipoglikemia dalam 24 jam juga lebih rendah pada kelompok K dibandingkan dengan kelompok G (kelompok K 0.28 episode, kelompok G 0.31 episode, P = 0.05).
Kesimpulan:
Kombiglyze XR dan glipizide XL efektif dalam mengontrol gula darah dan memperbaiki sel β pada pasien yang baru terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 dengan hiperglikemia berat. Angka kejadian hipoglikemia pada penggunaan Kombiglyze XR lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan glipizide XL.
Gambar: Image by xb100 - Freepik
Referensi:
Amblee A, Lious D, Fogelfeld L. Combination of Saxagliptin and Metformin Is Effective as Initial Therapy in New-Onset Type 2 Diabetes Mellitus With Severe Hyperglycemia. J Clin Endocrinol Metab. June 2016;101(6):2528 – 2535. 10.1210/jc.2015-4097