Studi dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan terapi kombinasi pregabalin dengan celecoxib untuk penanganan nyeri akut pada HNP lumbar. Visual Analogue Scale (VAS) digunakan untuk membandingkan derajat nyeri dan Oswestry Dysfunction Index (ODI) digunakan untuk menilai fungsi vertebra lumbar pada kedua kelompok. Hasilnya, terapi kombinasi celecoxib dengan pregabalin selama 14 hari lebih efektif untuk meredakan nyeri akut, meningkatkan fungsi vertebra lumbar, serta penurunan tingkat inflamasi pada pasien dengan HNP lumbar.
Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) lumbar merupakan gangguan penyakit degeneratif dari diskus intervertebralis, di mana jaringan nukleus pulposus menonjol keluar dan menekan radiks saraf, menimbulkan masalah neurologis berupa radikulopati dengan gejala nyeri punggung bawah hingga ke tungkai. Pada kasus yang lebih berat, parestesia yang disertai nyeri sesuai dengan persarafan yang terkompresi menyebabkan gangguan dalam beraktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan terapi untuk meredakan nyeri akut pada HNP.
Celecoxib merupakan antagonis COX-2 selektif yang menghambat sintesis prostaglandin, sehingga dapat meredakan nyeri. Namun, terapi celecoxib saja seringkali tidak cukup untuk meredakan nyeri akut akibat HNP. Pregabalin merupakan pengatur kanal ion kalsium dan mencegah pelepasan neurotransmitter yang banyak digunakan untuk penanganan nyeri neuropati. Studi ini dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan terapi kombinasi pregabalin dengan celecoxib untuk penanganan nyeri akut pada HNP lumbar.
Sejumlah 142 pasien dengan nyeri akut akibat HNP lumbar yang diterapi secara konservatif direkrut ke dalam penelitian ini.
Kriteria inklusi penelitian ini:
· Terdiagnosis dengan HNP lumbar.
· Mengalami nyeri akut sebagai akibat dari HNP lumbar.
· Pasien dan keluarganya menandatangani persetujuan tindak medis.
Sementara itu, kriteria eksklusinya:
· Protrusi dan kompresi berat dari saraf cauda equina.
· Membutuhkan tindakan pembedahan gawat darurat.
· Memiliki komorbid penyakit lain yang berat
· Insufisiensi hati dan ginjal
· Gangguan saraf
· Riwayat penggunaan analgesik dalam 1 bulan terakhir
· Alergi pregabalin atau celecoxib
· Wanita hamil dan menyusui
Pasien yang memenuhi kriteria dialokasikan secara acak ke dalam kelompok terapi atau kelompok kontrol. Kedua kelompok mendapatkan terapi celecoxib 2 x 200 mg dan terapi relaksasi dengan pemijatan selama 60 menit per hari selama 2 minggu. Namun, kelompok terapi juga mendapatkan tambahan terapi pregabalin 3x150 mg per hari selama hari 1-10, diikuti 3x75 mg selama hari 10-14.
Visual analogue scale (VAS) dengan skor total 10 (skor tinggi menandakan derajat nyeri yang lebih serius) digunakan untuk membandingkan derajat nyeri antara kedua kelompok sebelum serta 2, 7, dan 14 hari setelah terapi. Oswestry dysfunction index (ODI) digunakan untuk menilai fungsi vertebra lumbar sebelum terapi, 7 hari setelah terapi, dan 14 hari setelah terapi, antara lain termasuk pertanyaan: nyeri punggung bawah dan tungkai, kesemutan tungkai bawah, membalikkan badan dari posisi telentang, perubahan postur dari duduk ke berdiri, berjalan, duduk, berbaring, mengerjakan pekerjaan rumah, dan bekerja, masing-masing bernilai 5 poin dengan skor total 50. Skor lebih tinggi menandakan disfungsi lumbar yang lebih serius.
Untuk menilai tingkat inflamasi pada kedua kelompok, dilakukan pengambilan darah sebelum dan sesudah terapi untuk mengukur kadar TNF-α dan IL-6. Efek samping celecoxib yang dinilai antara lain pusing, gangguan pencernaan, nyeri perut, diare, mual, dan muntah, sementara efek samping pregabalin yang dinilai antara lain pusing, mengantuk, mual, muntah, dan disorientasi.
Hasil uji repeated ANOVA memperlihatkan adanya penurunan skor VAS yang signifikan antara sebelum dan sesudah terapi pada kedua kelompok (p<0,05). Kedua kelompok memiliki skor VAS yang lebih rendah pada hari ke-2, 7, dan 14 pasca-terapi dibandingkan sebelum terapi (p<0,05), di mana skor VAS di hari ke-7 dan 14 secara signifikan lebih rendah dibandingkan skor VAS di hari ke-2 (p<0,05), dan skor VAS di hari ke-14 juga secara signifikan lebih rendah dibandingkan hari ke-7 (p<0,05). Kelompok terapi menunjukkan skor VAS yang lebih rendah secara signifikan di hari ke-2, 7, dan 14 dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05).
Hasil serupa juga dapat diamati pada perubahan skor ODI. Kedua kelompok terapi memiliki skor ODI pada hari ke-7 dan 14 yang lebih rendah dibandingkan sebelum terapi (p<0,05), di mana skor ODI di hari ke-14 lebih rendah dibandingkan di hari ke-7 (p<0,05). Skor ODI pada kelompok terapi lebih rendah secara signifikan pada hari ke-7 dan 14 dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05).
Tidak ada perbedaan kadar TNF-α dan IL-6 yang signifikan sebelum terapi (p>0,05). Namun, setelah terapi, kedua kelompok berhubungan dengan kadar TNF-α dan IL-6 yang lebih rendah dibandingkan sebelum terapi (p<0,05). Kelompok terapi memiliki kadar TNF-α dan IL-6 yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (p<0,001). Tidak terdapat perbedaan efek samping yang signifikan antara kedua kelompok.
Kesimpulan:
Terapi kombinasi celecoxib dengan pregabalin selama 14 hari lebih efektif untuk meredakan nyeri akut, meningkatkan fungsi vertebra lumbar, serta penurunan tingkat inflamasi pada pasien dengan HNP lumbar dibandingkan monoterapi celecoxib, tanpa peningkatan risiko efek samping.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: Artem Podrez - Pexels)
Referensi:
Chen J, Xiang Y, Xiao Y, Tang J, Feng C. Observation of the effect of pregabalin combined with celecoxib in the treatment of acute pain of lumbar intervertebral disc herniation. Indian J Pharm Sci. 2022; 84: 16-20.