Detail Article

Pregabalin 75 mg Pre-Operatif Efektif Menurunkan Intensitas Nyeri Post-Operatif pada Tindakan Rhinoplasty

dr. Lupita Wijaya
Agt 18
Share this article
4058703eddfea20ba9902ad595c21060.jpg
Updated 18/Agt/2020 .

Berbagai golongan analgesik telah digunakan dalam terapi nyeri post-operatif. Saat ini, muncul pemahaman bahwa nyeri post-operatif terjadi akibat sensitisasi saraf dorsal horn di mana dalam hal ini dilakukan konsep pre-emptive analgesia (terapi analgesik pre-operatif) untuk melindungi saraf pusat dari efek stimulus noxious (lokasi operasi di tubuh) yang dapat menyebabkan pasien mengalami hiperalgesia, alodinia, dan peningkatan nyeri pasca-operasi.

Dua obat anti-epilepsi, yakni gabapentin dan pregabalin, dilaporkan memiliki efek anti-hiperalgesik dan anti-alodinia yang dapat diberikan dalam manajemen terapi nyeri post-operatif.1 Diketahui bahwa golongan obat gabapentinoid (pregabalin dan gabapentin) ini mampu menekan efek mediator inflamasi (TNF, glutamat) dan menekan aktivitas saraf dorsal horn yang meningkat post-operatif. Hal ini mendukung pre-emptive analgesia. Obat ini berikatan dengan reseptor alfa-2-delta, sehingga alfa-2-delta gagal meningkatkan pelepasan glutamate presinaps, sehingga sensitivitas saraf postsinaps di dorsal horn menurun dan tidak terjadi sensitisasi saraf tersebut.2


Pada manajemen nyeri post-operatif, pemberian pregabalin 75-150 mg dosis tunggal pre-operatif, memberikan efek anti-nosiseptif serta menghambat transmisi sinyal berlebih pada medulla spinalis dan dorsal horn, sehingga efektif secara signifikan menurunkan nyeri post-op pada beberapa kasus bedah seperti bedah ortopedik, disektomi lumbar, septoplasti, tiroidektomi, hingga histerektomi.3


Menurut studi Mohammadi A, et al, studi acak tersamar ganda dan terkontrol plasebo pada 128 pasien, usia 19-33 tahun, masuk katergori ASA I dan memerlukan tindakan rhinoplasty. Semua pasien mendapatkan anestesi standar berupa intravena propofol, inhalasi desflurane, dan infus intravena asetaminofen (15 mg/kBB untuk berat badan <50 kg dan 1000 mg untuk berat badan >50 kg). Pasien dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu 64 pasien mendapat Pregabalin 75 mg 1 jam sebelum operasi; 64 pasien lainnya kelompok plasebo yang diberikan kapsul berisi 0,5 gram bubuk gula. Skor intensitas nyeri (VAS) di-follow up pada jam ke-2, 4, 6, 12 dan 24 pascaoperasi.

Hasilnya adalah pemberian 75 mg oral Pregabalin 1 jam sebelum rhinoplasty, menunjukkan skor intensitas nyeri (VAS) lebih rendah secara konsisten dan signifikan pada 4, 6, 12 dan 24 jam pascaoperasi, jika dibandingkan dengan plasebo (nilai p=0,002).


Image : Ilustrasi

Referensi:

1.  Dahl JB, Mathiesen O, Moiniche S. Protective premedication : An option with gabapentin and related drugs? A review of gabapentin and related drugs? A review of gabapentin and pregabalin in the treatment of post-operative pain. ActaAnaesthesiol Scand. 2004;48:1130-6.

2.  Chincholkar M. Analagesic mechanisms of gabapentinoids and effects in experimental pain models: A narrative review. British Journal of Anaesthesia. 2018;120(6):1315-34.

3.  Alles SRA, Cain SM, Snutch TP. Pregabalin as a pain therapeutic: Beyond calcium channels. Front Cell Neurosci. 2020;14:83.

4.  Mohammadi A, Yazdani Y, Nazari H, Choubsaz M, Azizi B, Nazari H et al. The effect of a single 75 milligram preoperative doses of pregabalin on postoperative pain in rhinoplasty: A double-blinded, placebo-controlled randomized clinical trial. Journal of Cranio-Maxillofacial Surgery. 2020.

Share this article
Related Articles