
Vitamin D (VD) memiliki peran penting dalam kesehatan mental. Salah satunya, kejadian depresi pada populasi wanita sangat dipengaruhi oleh rendahnya kadar vitamin D dalam serum. Vitamin D terutama diperoleh melalui paparan sinar matahari, khususnya sinar ultraviolet B (UVB), yang menyumbang sekitar 80%–90% dari total asupan vitamin D, serta dari makanan seperti susu dan olahannya serta ikan berlemak.
Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui dampak vitamin D terhadap sistem saraf dan suasana hati wanita, khususnya dengan depresi. Hanya artikel berbahasa Inggris yang relevan yang dianalisis, terutama yang melibatkan wanita dengan kadar vitamin D rendah. Salah satu fungsi penting vitamin D adalah menjaga kesehatan usus, yang ternyata sangat berhubungan dengan kondisi mental, karena perubahan mikrobiota usus dapat memicu gangguan suasana hati.
Depresi lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria, dengan perbedaan yang mulai tampak sejak usia remaja. Faktor hormonal seperti estrogen dan progesteron sangat memengaruhi kestabilan emosi wanita, terutama saat menstruasi, kehamilan, dan menopause. Saat hormon tidak seimbang, wanita menjadi lebih rentan terhadap depresi, dan ini juga berdampak pada efektivitas pengobatan depresi. Secara umum, kekurangan vitamin D, perubahan hormon, serta stres lingkungan yang tinggi membuat wanita lebih berisiko mengalami gangguan suasana hati sepanjang hidupnya.
Vitamin D memiliki peran penting dalam kesehatan mental sejak masa kehamilan. Kekurangan vitamin D saat hamil dapat memengaruhi perkembangan otak janin dan meningkatkan risiko gangguan mental di masa dewasa. Depresi sendiri merupakan gangguan psikiatri yang paling umum dan berhubungan erat dengan fungsi saraf. Beberapa mekanisme menjelaskan kaitan antara vitamin D dan depresi, mulai dari keberadaan reseptor vitamin D di otak yang mengatur emosi, hingga peran vitamin D dalam produksi serotonin, hormon yang memengaruhi suasana hati. Kadar vitamin D yang rendah sering ditemukan pada penderita depresi, termasuk ibu hamil dan remaja. Kekurangan vitamin D juga berhubungan dengan gangguan tidur, gangguan kecemasan, dan gangguan psikotik seperti skizofrenia. Selain itu, kondisi ini juga dikaitkan dengan masalah kesehatan lain seperti diabetes, penyakit jantung, dan gangguan kekebalan tubuh. Orang dengan warna kulit lebih gelap, seperti ras Asia dan Afrika, lebih rentan kekurangan vitamin D karena penyerapan sinar mataharinya lebih sedikit. Gaya hidup yang minim aktivitas di luar ruangan, pakaian tertutup, penggunaan tabir surya, serta musim dingin juga menurunkan kadar vitamin D dalam tubuh. Hal ini menjelaskan mengapa gangguan mood seperti seasonal affective disorder (SAD) lebih sering terjadi di musim dingin. Pada wanita hamil, kekurangan vitamin D dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti preeklamsia, diabetes gestasional, kelahiran prematur, serta gangguan perkembangan janin. Bahkan, kadar vitamin D yang rendah juga dikaitkan dengan gangguan pramenstruasi (PMS) dan gejalanya, seperti perubahan mood, nyeri, dan mudah marah. Vitamin D juga penting untuk menjaga sistem imun dan fungsi otak, serta berperan dalam kualitas tidur dan pengaturan hormon. Di masa menopause, penurunan hormon estrogen menyebabkan wanita lebih rentan mengalami kekurangan vitamin D yang berdampak pada kepadatan tulang, massa otot, dan kesehatan mental. Oleh karena itu, suplementasi vitamin D menjadi salah satu strategi yang dinilai efektif dan ekonomis untuk membantu mengatasi gangguan mental, terutama pada wanita. Anjuran kebutuhan harian vitamin D berbeda-beda di tiap negara, mulai dari 200 hingga 4000 IU per hari, tergantung usia, status hormonal, dan kondisi seperti kehamilan atau obesitas.
Berbagai studi menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang rendah berkaitan erat dengan peningkatan risiko depresi, kecemasan, dan gangguan suasana hati lainnya, terutama pada wanita. Dari 36 studi yang dianalisis, sebanyak 26 studi menemukan bahwa semakin rendah kadar 25(OH)D dalam darah, semakin tinggi tingkat gejala depresi yang dialami. Orang yang mengalami gangguan tidur atau suasana hati cenderung lebih sering berada di dalam ruangan, sehingga paparan sinar UVB berkurang dan kadar vitamin D menurun. Vitamin D diketahui mengatur produksi serotonin—hormon yang memengaruhi emosi dan tidur—melalui jalur biokimia otak. Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D (hingga 4000 IU/hari) selama 6 bulan dapat menurunkan tingkat depresi dan kecemasan, serta meningkatkan fungsi seksual wanita dengan kadar vitamin D rendah. Wanita menopause atau pascamelahirkan juga menunjukkan perbaikan signifikan setelah diberi vitamin D dibandingkan yang hanya menerima plasebo. Bahkan, program terapi di alam seperti “forest therapy” terbukti membantu meningkatkan kadar vitamin D dan kualitas hidup wanita paruh baya. Kekurangan vitamin D selama kehamilan berdampak besar terhadap risiko komplikasi seperti preeklamsia, kelahiran prematur, hingga gangguan kekebalan tubuh pada bayi. VDD (vitamin D deficiency) juga berkontribusi terhadap penurunan volume otak dan kualitas tidur, serta meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi berat (MDD).
Selain itu, kondisi seperti PMS, gangguan pascapersalinan, osteoporosis, dan demensia juga terkait dengan rendahnya kadar vitamin D. Wanita dengan gaya hidup yang menghindari matahari atau berpakaian tertutup cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami kekurangan vitamin D. Studi pada mahasiswi di Timur Tengah menunjukkan bahwa kebiasaan menghindari sinar matahari dan rendahnya asupan makanan kaya vitamin D berkaitan dengan peningkatan gangguan kecemasan. Data dari berbagai negara juga menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang rendah menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi kesehatan mental dan kualitas hidup wanita dari berbagai kelompok usia. Oleh karena itu, pemantauan kadar vitamin D dan pemberian suplemen yang tepat dapat menjadi langkah preventif dan terapeutik yang efektif untuk menjaga kesehatan jiwa dan raga wanita.
Kesimpulan:
Kekurangan vitamin D terbukti berhubungan dengan meningkatnya risiko depresi dan gangguan suasana hati pada wanita, sehingga menjaga kadar vitamin D yang optimal dapat menjadi langkah penting untuk mendukung kesehatan mental.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: Pexels)
Referensi:
Mentis I. The effects of vitamin D on mood alteration in women's life: Focus on depression. Acta Neurobiol Exp (Wars). 2023;83:307–16. DOI:10.55782/ane-2023-2436.