Detail Article

Jerawat Akibat Pemakaian Masker (Maskne)

dr. Lydia Febriana
Agt 02
Share this article
81e3105f0dacb625135c662091288e9f.jpg
Updated 02/Agt/2021 .

Maskne adalah istilah baru pada pandemi COVID-19, yang termasuk dalam akne mekanik karena penggunaan masker, akibat adanya lingkungan mikro kulit baru dan gesekan masker dengan kulit. Lingkungan mikro oklusif menyebabkan disbiosis mikrobioma. Selain itu, suhu kulit yang meningkat bisa memicu keringat. 


Suatu studi mengevaluasi efek dermatologis dari penggunaan masker dalam jangka waktu lama. Sebanyak 21 orang sehat (pria dan wanita, sekitar usia 20-40 tahun), memakai masker (Korea Filter 94/KF 94), selama 6 jam berturut-turut. Dilakukan pengukuran suhu kulit, kemerahan kulit, sekresi sebum, hidrasi kulit, trans-epidermal water loss (TEWL), dan elastisitas kulit, pada saat sebelum memakai masker, setelah memakai masker selama 1 jam, dan setelah memakai masker selama 6 jam. Hasilnya, ditemukan suhu kulit, kemerahan, hidrasi, dan sekresi sebum berubah secara signifikan setelah 1 dan 6 jam pemakaian masker. Suhu kulit, kemerahan, dan hidrasi menunjukkan perbedaan yang signifikan antara area pemakaian masker dan area tanpa masker. Dari studi, disimpulkan kondisi dan waktu pemakaian masker dapat mengubah karakteristik kulit, terutama area perioral.

 

Suhu kulit di pipi, daerah perioral, dan dagu lebih tinggi pada 1 jam setelah memakai masker. Suhu kulit daerah perioral dan dagu juga lebih tinggi 6 jam setelah dibandingkan sebelum memakai masker. Namun, tidak ada perbedaan suhu kulit yang signifikan antara 1 dan 6 jam setelah memakai masker. Suhu tetap konstan setelah meningkat ke suhu tertentu. Suhu kulit pipi, daerah perioral, dan dagu menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan area tanpa masker (dahi), diduga akibat peningkatan paparan panas dari napas sendiri dan suhu internal yang meningkat secara bersamaan akibat efek penutupan dari masker.

 

Kemerahan kulit pada pipi lebih tinggi pada 1 dan 6 jam setelah dibandingkan sebelum memakai masker. Kulit kemerahan bagian dahi juga meningkat setelah 1 jam pemakaian masker. Peningkatan kemerahan pada kulit pipi secara signifikan lebih tinggi dari dahi. Hidrasi kulit daerah perioral lebih rendah setelah 1 dan 6 jam pemakaian dibandingkan sebelum memakai masker, terdapat perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan area tanpa masker (dahi dan periorbita). Sekresi sebum pada dahi, pipi, dagu, dan perioral lebih tinggi setelah 1 dan 6 jam pemakaian dibandingkan sebelum memakai masker.

 

Dalam studi ini, ditemukan bahwa memakai masker dapat menyebabkan perubahan kulit. Suhu kulit dan sebum meningkat di pipi, daerah perioral, dan dagu. Kemerahan pada kulit pipi juga meningkat. Hidrasi kulit daerah perioral menurun. Secara khusus, ada yang perbedaan signifikan pada suhu kulit, kemerahan, dan hidrasi setelah memakai masker dibandingkan dengan area non-masker. Efek dari pemakaian masker pada hidrasi kulit lebih terlihat pada daerah perioral.

 

Studi lainnya, mengevaluasi insidens reaksi kulit dari pemakaian masker selama pandemi COVID-19. Studi survei ini dilakukan di Thailand pada bulan Mei 2020, dengan menggunakan kuisioner, melalui platform online. Kuisioner diisi oleh 1.231 subjek, sebagian besar berjenis kelamin perempuan (73,8%) dan berusia di atas 30 tahun (72,1%). Sebagian besar peserta memakai masker kurang dari 4 jam per hari (53,8%). Mengenai jenis masker, 644 peserta (52,3%) mengenakan masker kain, sedangkan 552 (44,8%) memakai masker bedah. Hanya 35 peserta (2,8%) menggunakan respirator N95 selama pandemi. Secara keseluruhan, 767 peserta (62,3%) mengeluhkan reaksi kulit (sebanyak 1.594 keluhan) setelah penggunaan masker, dengan keluhan terbanyak adalah munculnya jerawat (32,2%), pruritus/gatal (22,1%), dan kulit berminyak (14,7%). Kejadian reaksi kulit tersebut (jerawat, gatal, dan kulit berminyak) lebih tinggi signifikan pada penggunaan masker bedah dibandingkan masker kain. Jumlah lapisan masker bedah menghasilkan efek oklusi/penutupan lebih tinggi daripada masker kain. Faktor lainnya yaitu memiliki kulit berminyak, berjerawat sebelum mulai memakai masker, dan lama durasi penggunaan masker (> 4 jam setiap hari) secara bermakna dikaitkan dengan reaksi kulit.

 

Beberapa hal mengenai perawatan wajah rutin yang dapat dipertimbangkan untuk mencegah terjadinya maskne:

  1. Pembersih muka (cleansing): Pembersih lembut dengan bahan aktif antibakteri untuk pemeliharaan mikrobioma kulit yang sehat.
  2. Perawatan kulit tanpa bilas (Leave-on skincare): Sebaiknya hindari yang mengandung alkohol, asam salisilat, alpha-hydroxy acid (AHA), dan retinol dalam formulasi perawatan kulit berjerawat karena peningkatan risiko dermatitis kontak iritan di bawah oklusi berkepanjangan.
  3. Pelembab: Pelembab penting dalam pemeliharaan fungsi pelindung kulit yang sehat dan mengurangi gangguan mikrobioma kulit; dapat menggunakan serum, lotion, atau pelembab berbahan dasar krim. Hindari pelembab yang oklusif (misalnya, petrolatum, minyak mineral, dan dimetikon) dan emolien (lanolin, gliserol stearat, gliseril stearat, dan sterol kedelai) yang dapat memicu oklusi jerawat dalam kasus maskne.
  4. Pengobatan jerawat topikal: Bahan aktif seperti benzoil peroksida, asam salisilat, sulfur, alpha-hydroxy acid (AHA), dan retinoid, yang memiliki risiko lebih tinggi untuk memicu dermatitis kontak iritan dengan pemakaian masker.
  5. Tabir surya: Tabir surya kimiawi dapat menyebabkan sensitisasi karena fotodegradasi, lebih buruk pada individu dengan atopi saat kontak dengan keringat/kelembaban di bawah oklusi. Tabir surya tahan air dengan rasio lipofilik/hidrofilik tinggi juga meningkatkan komedogenisitas.

 

Simpulan:

Studi menemukan bahwa pemakaian masker dapat menyebabkan perubahan kulit, yaitu suhu kulit dan sebum meningkat di pipi, daerah perioral, dan dagu, kemerahan pada kulit pipi, hidrasi kulit daerah perioral menurun setelah memakai masker dibandingkan dengan area non-masker.

 


Gambar: Ilustrasi (photo by rawpixel.com - www.freepik.com)

Referensi:

  1. Chaiyabutr C, Sukakul T, Pruksaeakanan C, Thumrongtharadol J, Boonchai W. Adverse skin reactions following different types of mask usage during the COVID-19 pandemic. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2021;35(3):e176-e178.
  2. Teo W. The "Maskne" microbiome - pathophysiology and therapeutics. Int J Dermatol. 2021;10.1111/ijd.15425.
  3. Park S, Han J, Yeon YM, Kang NY, Kim E. Effect of face mask on skin characteristics changes during the COVID-19 pandemic. Skin Res Technol. 2020;10.1111/srt.12983.


Share this article
Related Articles