Luka kanker dapat didefinisikan sebagai luka kronik nyeri yang tidak sembuh yang berasal dari kanker dan dikarenakan peningkatan nekrosis dan infeksi, kuantitas discharge (cairan/lendir) berbau sangat meningkat.
Pada kanker stadium lanjut, malignant fungating wound dapat dijumpai hingga 5%, tetapi jumlah ini diabaikan karena tidak terdapat daftar kanker berbasis populasi yang menyertai kejadian ini. Perkiraan harapan hidup adalah sekitar 6-12 bulan. Sebagian besar kasus adanya discharge dari luka tidak sembuh dengan bau, berdarah, dan inflamasi di sekitarnya disertai nyeri berat dan isolasi sosial menyebabkan pilihan terapi menjadi terbatas dan memprediksi prognosis yang sangat buruk.
Luka kanker berasal dari tumor kulit primer atau lesi metastatik tumor primer, atau tumor di bagian lebih dalam menyusup ke kulit, sebagian besar kasus dari keganasan payudara, paru, kepala dan leher, dan genitalia. Gejala yang mungkin berkaitan dengan malignant fungating wounds yang ada pada gangguan kulit dan subkutan dan derajat maksimumnya, yaitu bau badan-2, dermatitis bulosa-5, kulit kering-3, eksema-3, eritroderma-5, atrofi lemak-3, nyeri kulit-3, pruritus-3, atrofi kulit-3, indurasi kulit-5, ulserasi kulit-5, sindrom Steven Johnson-5, nekrolisis epidermal toksik-5. Jika derajat menurut CTCAE (Common Terminology Criteria for Adverse Events) adalah 5, maka ini merupakan komplikasi letal.
Lingkungan mikro tumor terdiri dari sitokin inflamasi yang secara negatif mempengaruhi penyembuhan luka. Oleh karena itu, pembedahan luka kanker berdampak pada gagalnya penyembuhan luka. Pembedahan yang tidak perlu dapat meningkatkan progresivitas tumor. Selain itu, kerusakan kulit terkait kelembaban dan pruritus memperburuk penyembuhan luka. Eksisi sangat jarang dijumpai pada luka kanker. Jika luka ini muncul dan menginfiltrasi kulit, diperlukan terapi sistemik. Reseksi R0 tidaklah realistis. Indikasi bedah akut adalah perdarahan, ileus, kondisi septik (bahkan mungkin perlu amputasi), kompresi mielin. Angka kematian sangat tinggi. Negative pressure wound therapy (tekanan -100 sampai -125 mmHg secara kontinu selama 24 jam) tidak disarankan secara rutin pada malignant fungating wound karena mempengaruhi drainase limfatik dan dapat memindahkan sel-sel tumor ke dalam sirkulasi.
Komponen penting dalam luka kanker adalah memilih dressing luka yang sesuai:
- Aktivitas anti-mikroba dressing silver sangat efektif dalam mengurangi discharge malignant fungating wound dan bau. Namun, radioterapi tidak kompatibel dengan dressing mengandung silver karena memengaruhi radiasi ionisasi yang terutama meningkatkan efek samping yang tidak diinginkan.
- Honey coated foam dressing memiliki efek serupa dengan dressing mengandung silver, tetapi honey tidak dianjurkan sebagai terapi standar.
- Hydrocolloid foam dressing dapat mengurangi nyeri dan membantu kondisi penyembuhan luka dengan efek melembabkan sementara menyerap eksudat masif.
- Kompres calcium alginate dapat meminimalkan perdarahan.
- Polyurethane foam dressing memiliki kapasitas absorpsi eksudat yang tinggi. Selain itu, dressing ini menghindari bau dan menjaga kulit sekitar luka tetap intak, dan tidak menyebabkan trauma saat dilepas.
Hemostasis dan antibiotik topikal memiliki efek yang baik dalam mengurangi bau dan discharge:
- Metronidazole topikal (0,8%) memiliki efek anti-mikroba yang sangat baik.
- Polyhexamethylene biguanide (PHMB 0,2%) sebanding dengan metronidazole dalam mengurangi bau pada hari ke-8.
- Larutan miltefostine 6% kurang bermanfaat pada luka kanker (diaplikasikan untuk memperlambat progresivitas tumor).
- Arsenic trioxide dengan efek hemostyptic mudah diaplikasikan dan ekonomis sebagai terapi topikal.
- Ekstrak teh hijau sebagai fitoterapi tradisional esensial memiliki efek anti-mikroba dan juga mengurangi bau.
- Oxymetazoline memiliki efek vasokonstriktor simpatomimetik dan dekongestan.
- Etamsylate merupakan derivat sulfonic acid dengan efek protektif terhadap vaskular dan hemostatik yang dapat diaplikasikan secara langsung pada luka.
- Charcoal sebagai absorbent menghambat bau.
Waktu penggantian dressing yang sesuai harus diimplementasikan pada rutinitas harian pasien. Selain itu, pasien juga mandi dan dilakukan prosedur higien. Dalam keadaan nyeri berat, pencegahan nyeri harus dilakukan. Dianjurkan untuk meminimalkan frekuensi penggantian dressing berdasarkan kualitas luka.
Kesimpulan:
Luka kanker dapat didefinisikan sebagai luka kronik nyeri yang tidak sembuh yang berasal dari kanker dan dikarenakan peningkatan nekrosis dan infeksi, kuantitas discharge (cairan/lendir) berbau sangat meningkat. Pemilihan dressing luka dan waktu penggantian dressing yang sesuai mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien kanker.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: cottonbro-Pexels)
Referensi:
- Furka A, Simko C, Kostyal L, Szabo I, Valikovics A, Fekete G, et al. Treatment algorithm for cancerous wounds: A systematic review. Cancers 2022;14:1203.
- Starace M, Carpanese MA, Pampaloni F, Dika E, Pileri A, Rubino D, et al. Management of malignant cutaneous wounds in oncologic patients. Support Care Cancer 2022;30(9):7615-23.