Detail Article

Vitamin D dapat Mengontrol Progresivitas Infeksi Dengue, Benarkah?

Esther Kristiningrum
Mei 06
Share this article
680af92ecf36a2e0e673b90aecddeb17.jpg
Updated 01/Sep/2022 .

Dengue, salah satu masalah kesehatan publik yang paling penting di daerah tropis dan subtropis, adalah infeksi virus pada manusia yang ditularkan oleh nyamuk. Bentuk aktif vitamin D dapat berperan dalam proteksi melawan virus dengue (DENV), penyebab dengue.

Sel-sel yang terinfeksi DENV menunjukkan respons imun kritis yang berperan dalam imunopatogenesis. Secara umum, kebocoran plasma, suatu tanda patologi yang nyata pada dengue berat, dapat disebabkan oleh badai sitokin yang diinduksi aktivasi sel target utama dari infeksi DENV, seperti sel dendritik, monosit, dan makrofag, yang rentan terhadap replikasi virus. Sel dendritik yang terinfeksi DENV dapat menginduksi permeabilitas endotel dan kebocoran plasma melalui produksi sitokin dan metalloproteinase.

 

Studi sebelumnya menunjukkan bahwa vitamin D memodulasi respons imun inflamasi terhadap infeksi virus, termasuk DENV. Saat ini telah dilaporkan bahwa vitamin D menyebabkan penurunan tingkat ekspresi reseptor mannose, produksi sitokin proinflamasi, dan kerentanan terhadap infeksi DENV jika monosit terdiferensiasi menjadi makrofag. Efek yang sama juga ditemukan pada makrofag yang diturunkan dari monosit dari donor sehat yang mengonsumsi suplemen vitamin D.

 

Selanjutnya juga telah dilakukan studi untuk menilai efek suplementasi vitamin D oral terhadap infeksi DENV-2, ekspresi TLR, dan produksi sitokin proinflamasi dan antiinflamasi pada sel dendritik yang diturunkan dari monosit (monocyte-derived dendritic cell/ MDDC) pada 20 donor sehat. Mereka secara acak mendapat vitamin D3 1000 IU atau 4000 IU per hari selama 10 hari. Hasilnya menunjukkan bahwa MDDC dari donor yang mendapat vitamin D3 4000 IU/hari kurang rentan terhadap infeksi DENV-2 dibanding MDDC dari donor yang mendapat vitamin D 1000 IU/hari. Lebih lanjut, sel-sel ini menurunkan ekspresi mRNA dari TLR3, 7, dan 9, downregulation produksi IL-12/IL-8, serta meningkatkan sekresi IL-10 sebagai respons terhadap infeksi DENV-2.

 

Dari studi ini disimpulkan bahwa pemberian vitamin D 4000 IU/hari menurunkan infeksi DENV-2. Penemuan ini mendukung kemungkinan peran vitamin D dalam memperbaiki respons imun bawaan terhadap DENV. Peningkatan suplementasi vitamin D3 dapat menurunkan respons proinflamasi yang ditemukan pada pasien dengan dengue berat dan dapat digunakan sebagai strategi untuk mengontrol progresivitas dengue.

 

Studi lain juga menilai apakah suplementasi vitamin D oral berpengaruh pada kerentanan terhadap DENV dan produksi sitokin proinflamasi pada makrofag yang diturunkan dari monosit (monocyte-derived macrophages/ MDM), menemukan bahwa MDM dari donor sehat yang mendapat vitamin D 4000 IU/hari selama 10 hari memiliki resistensi terhadap infeksi DENV-2, penurunan sitokin proinflamasi yang bermakna, dan produksi interleukin-10 (IL-10) yang tinggi dibanding yang mendapat vitamin D 1000 IU/hari. Lebih lanjut juga ditemukan penurunan TLR intraseluler dan CAMP mRNA yang bermakna. Dengan demikian, disimpulkan bahwa vitamin D 4000 IU/hari merupakan dosis yang adekuat untuk mengontrol progresivitas dengue dan replikasi DENV.

 

Diperlukan studi lebih lanjut untuk menentukan kemungkinan vitamin D sebagai anti-DENV yang berperan pada replikasi DENV dan sebagai imunomodulator terhadap respons imun bawaan pada MDDC.

 

Image : Ilustrasi (Photo by Pixabay from Pexels)

Referensi:

1.   Martínez-Moreno J, Hernandez JC, Urcuqui-Inchima S. Effect of high doses of vitamin D supplementation on dengue virus replication, Toll-like receptor expression, and cytokine profiles on dendritic cells. Molecular and Cellular Biochemistry 2019; 464(1-2):169-80. DOI: 10.1007/s11010-019-03658-w 

2.   Giraldo DM, Cardona A, Urcuqui-Inchima S. High-dose of vitamin D supplement is associated with reduced susceptibility of monocyte-derived macrophages to dengue virus infection and pro-inflammatory cytokine production: An exploratory study. Clin Chim Acta. 2018;478:140-151. doi: 10.1016/j.cca.2017.12.044.

 

Share this article
Related Articles
Related Products
2959c57d037ec10e61dee930e91458f1.jpg
eea9ef01f2b3ef28b2a750315afddb68.jpg
80274fb87695856c0d83edfec24fc761.jpg
ed53885d8ecd317ce3cf7b850c78edcd.jpg
560c7bae63aeae9ae8b358fce1d0eac8.jpg
3f12d69bf3aae3f648a4530dbe93c869.jpg
3dba097662f2977298cafaaf733471f6.jpg
5133d790021e008eac5822c73792cb15.jpg
86cb121b0fc4420b98eaa8d0f15b1c36.jpeg
0a99ba4a8d365c51b41505eb81993361.jpg