Sebuah tinjauan sistematis terhadap kepatuhan pasien rawat jalan dalam mengonsumsi suplemen nutrisi oral (ONS/oral nutrition supplement) menemukan bahwa rata-rata kepatuhan terutama pada ONS yang memiliki densitas energi yang lebih tinggi masih bervariasi, antara 30% hingga 100%.
Mengonsumsi kurang dari jumlah nutrisi yang ditargetkan, terutama protein, dapat menyebabkan malnutrisi, morbiditas, dan risiko kematian pada pasien dialisis. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 66,4% pasien hemodialisis mengonsumsi kurang dari tiga kali menu makan utama, dan 59,2% melaporkan melewatkan kudapan (snack) pada hari dialisis. Malnutrisi sering terjadi pada pasien dialisis yang diakibatkan proses katabolisme, inflamasi, dan kehilangan protein yang meningkat.
Konsensus dari International Society of Renal Nutrition and Metabolism menunjukkan bahwa konsumsi ONS selama prosedur hemodialisis (HD) dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan status gizi. Namun sampai saat ini, penelitian yang membandingkan manfaat ONS yang diberikan intra-dialisis (Intra-ONS) dan yang diberikan pada hari pasien tidak melakukan dialisis (Inter-ONS) pada pasien HD masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian berikut bertujuan untuk mengetahui potensi ONS yang diberikan dengan kedua metode di atas.
Pasien penyakit ginjal kronik (PGK) stadium akhir dengan usia >18 tahun, yang telah menjalani prosedur hemodialisis selama 4 jam, 3 kali seminggu selama ≥6 bulan, dengan dialisis yang adekuat yang ditunjukkan dengan Kt/V >1,2 dan skor inflamasi malnutrisi (MIS) ≥6 masuk sebagai kriteria subjek penelitian.
Pasien ini selanjutnya diacak menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok suplemen ONS intradialitik (INTRA-ONS) (n = 16) dan kelompok suplemen ONS interdialitik (INTER-ONS) (n = 16). Pada kelompok INTRA-ONS, suplemen diminum saat pasien menjani prosedur HD, sedangkan pada kelompok INTER-ONS suplemen diminum di hari pasien tidak melakukan HD. Suplemen pada kedua kelompok dikonsumsi 3 kali seminggu selama 12 minggu. Parameter yang dinilai adalah skor inflamasi malnutrisi (MIS) dan kadar albumin serum.
Hasil analisis setelah 12 minggu adalah:
· Total MIS menurun secara signifikan pada pasien dari kelompok INTRA-ONS (- 6,13, 95% CI - 8,29 hingga - 3,96) dan kelompok INTER-ONS (- 3,50, 95% CI - 5,56 hingga - 1,35). Perbedaan yang signifikan dalam perubahan MIS diamati antara kedua kelompok (- 3,06, 95% CI - 5,94 hingga - 0,17).
· Tidak ada perbedaan signifikan yang diamati antara kedua kelompok terkait kadar albumin serum, asupan makanan, maupun pengukuran antropometri.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu hanya dilakukan pada satu center dan durasi follow-up yang singkat. Selain itu, penelitian ini tidak mengevaluasi perubahan kondisi katabolisme protein dan biomarker inflamasi lainnya, serta hubungan antara ONS selama hemodialisis dan perubahan nutrisi secara keseluruhan.
Kesimpulan:
Dari penelitian didapatkan bahwa pemberian ONS selama dialisis (intradialisis ONS) menunjukkan efek yang sebanding pada biomarker nutrisi secara keseluruhan tetapi menghasilkan derajat MIS yang lebih rendah daripada yang diberikan secara interdialisis setelah 12 minggu intervensi. Temuan penelitian ini menunjukkan potensi terapeutik ONS yang diberikan selama hemodialisis. Studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan efek jangka panjang dari suplementasi ONS intradialitik terhadap prevalensi malnutrisi, rawat inap, dan mortalitas di antara pasien hemodialisis.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: pexels)
Referensi:
Satirapoj B, Apiyangkool T, Thimachai P, Nata N, Supasyndh O. Intradialytic oral nutrition effects on malnourished hemodialysis patients: A randomized trial. Sci Rep. 2024 Sep 13;14(1):21400.