Detail Article

Erenumab sebagai Terapi Migrain, Apakah Efektif?

dr. Yohanes Jonathan
Jan 25
Share this article
50485ff0f5e2ab3c7c01e031d24d19c2.jpg
Updated 25/Jan/2022 .

Migrain adalah nyeri kepala dengan karakteristik khusus, yaitu nyeri kepala berdenyut. Penyakit ini merupakan kejadian umum, namun memiliki dampak negatif pada banyak aspek kehidupan. Erenumab, merupakan terapi terbaru yang diharapkan dapat menjadi pilihan penanganan migrain.


Migrain dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu dengan aura atau tanpa aura. Migrain dengan aura mewakili 33% dari seluruh kejadian migrain, dan belum ada tata laksana yang direkomendasikan untuk menghentikan atau mencegah gejala tersebut. Erenumab adalah antibodi monoklonal terhadap reseptor anti-CGRP yang dikembangkan sebagai pencegahan migrain. Obat ini telah menunjukkan manfaatnya dalam mengurangi migrain episodik dan kronik, yaitu dalam mengurangi monthly migraine days (MMD) – jumlah hari tanpa migrain dalam 1 bulan, dan penggunaan acute migraine specific medication (AMSM). Namun, penderita migrain dengan aura memiliki respons berbeda dibandingkan penderita tanpa aura, dan memiliki risiko penyakit vaskular yang lebih tinggi, sehingga perlu diketahui keamanan dari erenumab sebagai tata laksana bagi migrain dengan aura.

 

Sebuah studi menganalisis 4 penelitian acak tersamar ganda yang melibatkan penggunaan erenumab sebagai pengobatan migrain. Partisipan penelitian merupakan penderita migrain berusia 18-65 tahun dengan migrain episodik atau kronik dan akan diacak untuk dikelompokkan sebagai penerima erenumab atau plasebo. Dosis erenumab yang diberikan pada penelitian-penelitian tersebut bervariasi, beberapa pasien menerima 70 mg, dan beberapa menerima 140 mg satu kali setiap bulannya, secara injeksi subkutan.

 

Hasil penelitian menunjukkan dari 2443 partisipan pada 4 penelitian, 1400 (52,2%) menerima 1 atau lebih dosis erenumab (70 atau 140 mg), dan 1043 (38,9%) menerima plasebo. Analisis menunjukkan bahwa pasien dengan migrain episodik dan riwayat aura, terdapat perubahan MMD (jumlah hari kejadian migrain dalam 1 bulan) pada minggu ke-12 dengan least square mean -1,1 (95% CI, -1,7 hingga -0,6) pada penerima erenumab 70 mg, dan -0,9 (95% CI, -1,6 hingga -0,2) pada penerima erenumab 140 mg, dibandingkan plasebo. Pasien dengan migrain kronik dan riwayat aura, least square mean dibandingkan plasebo adalah -2,1 (95% CI, -3,8 hingga -0,5) pada penerima erenumab 70 mg, dan -3,1 (95% CI, -4,8 hingga -1,4) pada penerima erenumab 140 mg.


Keamanan erenumab dapat dinilai berdasarkan terjadinya kejadian yang tidak diinginkan (KTD) pada penelitian. Penelitian secara keseluruhan melaporkan jumlah KTD yang serupa pada penerima erenumab (46,4%; 343 orang), dan penerima plasebo (49,7%; 280 orang) pada penderita migraine tanpa aura. Kelompok penderita migraine dengan aura juga menunjukkan hasil serupa, yaitu laporan KTD pada penerima erenumab (47,7%; 315 orang), dan penerima plasebo (47,9%; 230 orang). Laporan KTD pun secara keseluruhan digolongkan sebagai kejadian ringan atau sedang.


Hasil analisis dari 4 penelitian teracak tersebut menunjukkan penurunan frekuensi migrain dan kebutuhan konsumsi obat spesifik untuk migrain pada pasien migrain dengan/tanpa aura. Temuan dari analisis juga menunjang manfaat dan keamanan dari penggunaan erenumab pada populasi tersebut.

 


Gambar: Ilustrasi (Photo by Alex Green from Pexels)

Referensi:

Ashina M, Goadsby PJ, Dodick DW, Tepper SJ, Xue F, Zhang F, et al. Assessment of erenumab safety and efficacy in patients with migraine with and without aura: a secondary analysis of randomized clinical trials. JAMA Neurology. 2021 Dec. Available from: https://doi.org/10.1001/jamaneurol.2021.4678


Share this article
Related Articles